Follow Me

Sunday, April 28, 2024

Iqab

Bismillah.
 
*warning* selftalk, curcol
 
Pertama kenal diksi 'iqab/iqob' mungkin saat kuliah tahun pertama, lewat unit Mata' (Majelis Ta'lim) Salman ITB. Sebagai seseorang yang dari TK-Kuliah di negri, jujur jarang menggunakan kosakata arab. Sedikit-sedikit mengenal istilah akhi-ukhti, mabit, dan beberapa kata familiar lain dari Rohis SMA. Tapi kata iqab? Hm, baru pernah tahu dari Mata' Salman.

Iqab/iqob artinya hukuman. Dulu kenal istilah iqab, pas dijelasin aturan, kalau telat apel AM Mata' tiap sabtu pagi, ada iqabnya. Aku udah lupa sih dulu iqabnya apa. Tapi aku ingat, karena aturan ini, aku jadi izin ke dosen olahragaku, biar latihan lari di saraga bisa lebih awal, biar gak telat ikut apel, biar gak kena iqab.

Singkat cerita, aku bertemu komunitas yang pendirinya AM Mata' juga. Sudah hampir 2 tahun tidak bergabung, dorongan ingin lebih produktif di bulan Ramadan membuatku akhirnya daftar, juga karena tidak mau di kick dari grup karena sudah terlalu lama gak ikutan programnya. Dan karena ketidakdisiplinanku, aku kena iqab. Iqabnya tadabbur dan share hasil tadabburnya di sosmed, status wa, atau story, atau post di feed ig.
 
Aku tunda terus hukuman itu, hingga hari ini. Alasannya? Gak ada, aku gak punya dalih. Yang aku tahu, aku kesulitan untuk menulis hasil tadabbur karena overthinkingku. Karena aku ingin tadabbur yang baik, yang bukan sekedar tulisan, tadabbur yang terlebih dahulu membekas di hati dan aku usahakan untuk mengamalkannya. Dan hasilnya? Menunda juga tidak memudahkanku untuk mempraktikannya. Aku rindu menulis tadabbur. Tapi sekedar 'iqab', tidak bisa memaksaku untuk melakukannya. Pun MFA kemarin. Padahal draftnya sudah ada. Tapi tetap saja...

I want to write about "How We Loose Our Iman, tadabbur from Al Hadid" for MFA.
 
I want to make a series tadabbur from Surah Luqman, just like what I did for Surah Yasin in ig @betterword_kirei. Aku ingin belajar ulang, membuka lagi google classroom, membaca RM, mengerjakan tugas sharing session. Apalagi saat aku membaca lagi dan lagi surat ini dan artinya, aku merasa ada begitu banyak mutiara hikmah yang harusnya diambil dan diamalkan. Right from the first page. Hmm.

Tapi ketakutanku, bahwa aku hanya sekedar menulis, kemudian meninggalkannya. Seolah selesai sudah proses tadabbur. I hate to think about it. Seharusnya bismillah saja, lalu kerjakan. Tapi mengapa memilih menunda, dan justru tenggelam dalam distraksi? Bukankah kau ingin syawal ini lebih baik dari bulan sebelum kau bertemu Ramadan?

Rasanya ingin lari saja, menghilang sekejap! Mengeja tadabbur di sini, tapi melupakan iqab yang seharusnya dikerjakan. hm.

Anyway, that's for today. Doakan aku, semoga bisa menulis tadabbur meski hanya sedikit. Sesederhana apapun. Kesampingkan dulu overthinkingnya bell. Stop thinking what will people think when you post it somewhere. Just focus to write on yourself. Jika memang sulit untuk membagikannya, kamu selalu bisa untuk menyembunyikannya di sini. You know, this blog is your safe zone. Sejak 2008 lalu. Bukankah kau merasa begitu nyaman di blog ini, sehingga kamu bahkan tidak perlu menyembunyikan tulisan alay jaman SMP dulu? Hehe

So please... jangan lari. jangan menenggelamkan diri. jangan terbawa arus. jangan kalah oleh overthinking. mudahkan, jangan dipersulit.

Wallahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya