Judulnya kuambil dari sebuah kalimat paling ngena yang ingin kucatat dari sebuah podcast di youtube. Aku lupa, awalnya dari mana. But Allah somehow guide me to watch and listen to that podcast. Sebuah podcast wawancara, narasumbernya Ustadz Bendri Jaisyurrahman.
Ada banyak pelajaran yang bisa diambil, banyak reminder, banyak hikmah. Tentang parenting, tentang pentingnya peran ayah, tentang hikmah dan refleksi, barangkali salah satu alasan mengapa amanah itu belum diberikan, karena aku belum siap, harus lebih banyak belajar.
Ada banyak pelajaran yang bisa diambil, banyak reminder, banyak hikmah. Tentang pentingnya akhlak. Bahwa ilmu kita, akan sia-sia, kalau kita nggak memperbaiki akhlak kita. Pengingat untuk menjadi terbaik kepada orang-orang terdekat kita, keluarga kita.
***
Balik ke judul. Di salah satu obrolan, muncul kalimat tersebut. "Tidak ada perempuan yang pendiam, yang ada perempuan yang terluka". Karena akhir-akhir ini lagi tertarik dengan psikologi. Kalimat itu membuatku bertekad untuk menuliskannya di sini. Ini pelajaran yang didapat dari observasi dan pengalaman. Bahwa fitrah perempuan itu cerewet, introvert atau extrovert, fitrahnya tetap cerewet. Bedanya kalau extrovert, dia bisa cerewet ke banyak orang. Sedangkan introvert, biasanya cuma cerewet ke orang-orang yang dia nyaman. Dan kalau ia tidak pernah cerewet sama sekali, begitu pendiam, berarti ada luka di hatinya. Luka yang membuat ia menutup diri dan memilih untuk tidak menggunakan fitrahnya yang suka bercerita, dan kebutuhannya mengeluarkan sekian ribu kata dalam sehari.
Kalimat sederhana itu membuatku banyak berpikir. Pertama tentang diri. Aku balik cek lagi, bagaimana dulu pas kecil aku pendiem. Trus SD ketemu temen yang cerewet, belajar jadi cerewet haha. Lalu SMP, masih suka cerewet tapi ke orang-orang tertentu aja. Lalu SMA, Kuliah, masa-masa berat. Lalu lebih nyaman banyak menulis saja. Atau kadang bercerita banyak pada orang asing yang tidak dekat. Lalu kembali ke rumah, belajar ulang lagi untuk ngobrol dengan mamah. Kadang lupa, terlalu banyak cerita sampai lupa mendengarkan. Kadang mendengarkan, tapi masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
Kalimat sederhana itu membuatku banyak berpikir. Kedua tentang orang lain. Beberapa perempuan yang menurutku seorang pendiam. Aku bertanya-tanya, apa sisi pendiam itu hanya padaku? Karena aku belum masuk circle orang-orang yang membuat ia nyaman bercerita panjang lebar. Atau memang ada luka di hatinya, yang masih ia simpan, tanpa ada yang tahu satu pun? Jika pun ada luka, semoga Allah menyembuhkannya. Allah, selalu tahu cara yang tepat, skenario yang tepat untuk itu.
Terakhir, untukmu perempuan-perempuan pendiam. Mari menulis lebih banyak. Kau akan temukan, bahwa meski tetap menjadi pendiam, Allah titipkan penyembuhan lewat menulis. Allah Maha Tahu, bahwa menemukan orang yang mau mendengarkan dan nyaman untuk bercerita itu tidak mudah. Maka Allah ciptakan pena, sebagai salah satu nikmat dariNya untuk yang kesulitan 'menyanyikan' suara hati dalam nada intonasi lisan. Maka menulislah, apapun, abstrak maupun gamblang. Panjang maupun pendek. Jika itu masih kurang, jangan lupa bahwa Allah selalu siap mendengarkanmu. Lewat doa-doamu, dalam bisikan, atau hanya dalam hati. Lewat doa yang tak terucap, tapi coba kau sampaikan lewat lafal-lafal yang diajarkan Nabi dan RasulNya, atau doa yang terdapat di dalam Al-Qur'an. Allah Maha Mendengar, bahkan hembusan nafas pendek yang terasa begitu berat. Atau satu bulir air yang mengalir sunyi dari kelopak mata kananmu. Saat semua orang tidak mungkin mengerti dirimu, ada Allah, selalu ada Allah Yang Maha Melihat dan Maha Mendengar, Yang Mengetahui Isi Hatimu.
Wallahua'lam bishowab.
***
Beberapa doa favorit:
- Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fuanna
- Ya Muqallibal qulub tsabbit qalbi 'ala dinik
- Laa ilaha illa anta subhanaka faqina 'adzabannar
- Rabbi inni massaniyadhurr wa anta arhamurrahimin
- Allahummaj'alni minattawwabina waj'alni min 'ibadika shalihin
- satu lagi, doa yang belum dihafal karena lumayan panjang. doa supaya dijadikan Al Quran sebagai musim semi, tapi yang lengkap dari pembukanya. Allahumma inna abiduk banu abidik....
*mohon koreksi jika ada yang salah.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya