Bismillah.
Beberapa waktu yang lalu, aku mampir ke profil Medium seseorang, di dalamnya ada sebuah Pinned Post, isinya sebuah tulisan yang ia buat untuk mengenang Ayahnya. Almarhum ayahnya yang sudah berpulang terlebih dahulu.
Tulisannya panjang, dan aku baru membaca bagian awalnya. Tapi bagian awalnya saja, sudah membuat mataku panas dan menangis. Tulisan yang sudah kubaca entah berapa hari itu, masih saja membekas dan menggerakkan jemariku. Jujur, ingin lanjut membacanya, tapi sayangnya.. aku tidak menyimpan link-nya, pun tidak mengingat nama penulisnya. TT
Sang Ayah meninggal karena kanker. Menjalar dari paru, hingga sampai ke otak. Begitu jarang mengeluh, sampai baru diketahui di hari-hari terakhir, saat sakitnya sudah benar-benar tidak tertahan.
Aku ingat bagaimana penulis, menulis awal tulisannya... ia menyapa ayahnya, bertanya bagaimana di sana, berprasangka baik sebagai bentuk doa, bahwa alam barzakh ayahnya terang dan luas, pun bertetangga dengan orang-orang shalih.
Aku tidak bisa menyelesaikan membaca, karena saat itu rangkaian perasaan negatif tiba-tiba kelabu. Ada ketakutan-ketakutan. Semoga rasa takut ini mengantarkan diri menjadi makin dekat pada Allah. Bukankah itu, salah satu tujuan Allah menciptakan kematian? Allahumma inna nas-aluka khusnul khatimah. Dan doa-doa lain melintas kala ketakutan akan kematian mencekam. Semoga Allah mewafatkan kita sebagai seorang muslim, tawaffana muslima. Semoga Allah wafat bersama orang-orang yang berbakti.
رَّبَّنَآ إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًۭا يُنَادِى لِلْإِيمَـٰنِ أَنْ ءَامِنُوا۟ بِرَبِّكُمْ فَـَٔامَنَّا ۚ رَبَّنَا فَٱغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّـَٔاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ ٱلْأَبْرَارِ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. [Surat Ali-Imran (3) ayat 193]
Di akhir zaman seperti ini, mengingat kematian seharusnya melembutkan hati kita. Tapi jika kita tidak berhati-hati, masa-masa mengingat kematian ini hanya akan bertahan sebentar saja. Kemudian dalam hitungan menit, kita lupa lagi, kita tenggelam lagi dengan kesibukan memikirkan dunia, kita tenggelam lagi dalam arus gemerlap dunia yang melenakan.
***
Terakhir, izinkan kututup tulisan ini dengan ucapan terimakasih. Jazakumullah khairan, untuk yang menulis tulisan tersebut. Ia mungkin hanya menulisnya untuk Ayahnya, atau untuk dirinya. Tapi tulisan yang ia post di Medium tersebut, Allah antarkan untuk sampai padaku, dan dibaca, meski hanya sebagiannya, tidak sampai akhir. Terima kasih telah mengingatkanku tentang kematian.
Satu lagi, terimakasih juga kepada teteh-teteh Qaf.id. Saat menulis ini, dan kemudian mencari ayat "tawaffana ma'al abrar" di lafzi dan menyalin ayatnya ke sini, aku teringat masa-masa belajar bersama di kortim, melingkar dan berbagi insight dari ayat tersebut. Kalau bukan karena study group Qaf.id, aku mungkin tidak akan merasa begitu dekat dengan ayat-ayat di halaman akhir surat Ali Imran. Aku teringat bagaimana teteh-teteh gak cuma berusaha mengkaji ayatnya, tapi juga berusaha untuk menghafalnya. Miss you all.. *cuma bisa nulis di sini tapi, gak berani nyampaiin langsung. Semoga Allah memberkahi dan memudahkan semua teteh-teteh di Qaf.id. Jazakumullahu khairan.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya