Bismillah.
It's Ramadhan, it is not Ramadhan, let's still pick an ayah from Quran, ponder upon it, reflect upon it.
***
I'lamu annallaha yuhyil ardha ba'da mautiha..
ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ يُحْىِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلْـَٔايَـٰتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya. [Surat Al-Hadid (57) ayat 17]
Tapi bukan ayat itu yang ingin aku tuliskan tadabburnya di sini. Melainkan ayat-ayat sebelumnya, terutama ayat 14. Ayat yang tahun ini ingin kutanam lebih dalam hatiku. Mendengarkan lagi penjelasannya, bagiku masih relate. Aku merasa ini ayat yang cocok, untuk menyegarkan lagi hati yang kering. Sebuah pengingat dan pelajaran, tentang apa-apa yang harus kulakukan, jika aku tidak mau kehilangan iman, atau surut iman.
What a long prolog isn't it? Yang mau langsung denger penjelasan ayat 14 Al Hadid dari Ustaz Nouman, boleh langsung ke video dibawah ini:
Ayat 12-15 surat Al Hadid adalah gambaran peristiwa di masa yang akan datang. Allah memberikan kita cuplikannya, supaya kita tidak menyesal jika tidak mengetahuinya di dunia sekarang.
Di akhirat nanti, akan ada masa saat kita dilingkupi kegelapan, begitu gelap dan mata kita tidak bisa melihat apapun. Tidak ada listrik, tidak ada hp, tidak ada senter, juga tidak ada lilin. Pada hari itu, kita akan melihat bahwa orang-orang beriman laki-laki dan perempuan, mereka lah yang "membawa" cahaya. Cahayanya ada di depan dan sisi kanan mereka. Ustadz Nouman menjelaskan, cahaya yang di depan itu berasal dari hati (qalb) karena keimanan mereka, sedangkan cahaya yang di sisi kanan berasal dari amal shalih mereka. Setiap orang-orang beriman, memiliki intensitas cahaya yang berbeda. Ada yang begitu besar, hingga cahayanya jauh menerangi ke depan. Tapi ada juga yang redup, dan itu membuatnya hanya bisa berjalan pelan-pelan karena hanya bisa melihat selangkah di depan. Untuk mereka yang memiliki cahaya di depan dan di kanan mereka, berita gembira disampaikan. Bahwa ada surga untuk mereka, dan surga itu adalah kemenangan yang besar.
يَوْمَ تَرَى ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَـٰتِ يَسْعَىٰ نُورُهُم بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَـٰنِهِم بُشْرَىٰكُمُ ٱلْيَوْمَ جَنَّـٰتٌۭ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا ۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ
(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar". [Surat Al-Hadid (57) ayat 12]
Pada hari itu juga...
يَوْمَ يَقُولُ ٱلْمُنَـٰفِقُونَ وَٱلْمُنَـٰفِقَـٰتُ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱنظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِن نُّورِكُمْ قِيلَ ٱرْجِعُوا۟ وَرَآءَكُمْ فَٱلْتَمِسُوا۟ نُورًۭا فَضُرِبَ بَيْنَهُم بِسُورٍۢ لَّهُۥ بَابٌۢ بَاطِنُهُۥ فِيهِ ٱلرَّحْمَةُ وَظَـٰهِرُهُۥ مِن قِبَلِهِ ٱلْعَذَابُ
Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu". Dikatakan (kepada mereka): "Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)". Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. [Surat Al-Hadid (57) ayat 13]
Jika di ayat 12 Allah gambarkan orang-orang beriman yang Allah beri nikmat cahaya, maka ayat 13-14 menjelaskan gambaran orang-orang munafik. Orang-orang yang mungkin dulu di dunia, terlihat seolah-oleh beriman juga dari penampilan dan kata-katanya, namun di dalam hatinya tidak ada iman, pun amal shalihnya, tidak ikhlas. Tidak ada cahaya di depan dan di kanan mereka. Saat mereka melihat orang-orang beriman yang diberi nikmat cahaya, mereka meminta agar orang-orang beriman yang sudah berjalan dengan cahaya, untuk menunggu dan memberikan cahaya pada mereka.
Ustadz Nouman menjelaskan, ibarat lilin atau obor, mereka berpikir, meminta cahaya kan bisa, toh tidak akan menghilangkan cahaya yang dimiliki seseorang. Tapi seperti yang dijelaskan di ayat 13, hari itu... bukan hari saat kita bisa "meminta cahaya". Cahaya yang dibawa setiap orang pada hari itu, hanya dapat dicari dan di dapatkan dari iman dan amal shalih ketika masih hidup di dunia. Ya, saat ini. Kelak, setelah mati, kita tidak bisa meminta/mencarinya.
Setelah percakapan itu, akan ada dinding yang memiliki pintu diantara orang-orang beriman dan orang-orang munafik. Dan setelah itu, percakapan di antara orang munafik dan orang-orang yang beriman. Percakapan yang semoga, bisa menjadi pelajaran yang kita ambil... barangkali... barangkali atas sebab ini kita kehilangan iman kita, bagaimana iman surut, bahkan bisa hilang. Semoga Allah menghindarkan kita untuk terjebak dengan kesalahan orang-orang munafik yang dijelaskan Allah di ayat 14.
يُنَادُونَهُمْ
أَلَمْ نَكُن مَّعَكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ وَلَـٰكِنَّكُمْ فَتَنتُمْ
أَنفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَٱرْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ ٱلْأَمَانِىُّ
حَتَّىٰ جَآءَ أَمْرُ ٱللَّهِ وَغَرَّكُم بِٱللَّهِ ٱلْغَرُورُ
Orang-orang
munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata:
"Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?" Mereka menjawab:
"Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran
kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga
datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh
(syaitan) yang amat penipu. [Surat Al-Hadid (57) ayat 14]
Jujur miris banget pas dengerin awal penjelasan ayat ini... pas baca terjemahannya aja, kita udah dibuat takut. Kenapa? Karena digambarkan, bahwa dulu, orang-orang munafik tersebut pernah bersama-sama dengan orang-orang yang beriman. Lalu apa yang membedakan mereka dengan orang-orang beriman? Apa yang membuat mereka terjatuh dan menjadi orang-orang munafik yang tidak diberikan nikmat cahaya di hari akhir?
1. Walakinnakum fatantum afusakum (puting yourself in fitnah/bad environment)
Kalau di terjemah, diartikan "tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri". Di video, ustadz Nouman menjelaskan, maksudnya fatantum anfusakum itu, menempatkan diri di situasi dimana Allah terus menguji iman kita, sebenernya bener gak sih iman kita. Nah, contoh yang disebutkan ustadz Nouman, misalnya dengan terus menerus bergaul dengan lingkungan atau teman-teman yang buruk. Jadi bukannya berusaha hijrah, tapi malah merasa aman dengan keburukan di sekitar. Merasa seolah tidak akan terjerumus, meski dikelilingi dengan keburukan. Bukannya bersegera untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, tapi malahan melakukan poin ke 2, yang menjadi alasan bagaimana iman seseorang bisa hilang
2. Watarabbashtum (procrastination)
"dan menunggu-nunggu", di sini ustadz Nouman menjelaskan, bahwa maksudnya menunda. Menunda untuk hijrah. Menunda untuk meninggalkan dosa-dosa kecil. Menunda, karena 'sombong' dan mengira bisa dengan mudah sewaktu-waktu berhenti dan keluar dari lingkungan buruk tersebut.
Padahal kan ya... semakin lama seseorang berkubang dalam keburukan, maka noda kotorannya juga makin bandel untuk dibersihkan. Apalagi kalau tanpa sadar menjadi habit, padahal dari habit, bisa menjadi karakter. TT Ya Allah lindungi kami dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang bisa membuat iman hilang. Lindungi kami dari meremehkan kesalahan kecil, padahal tidak ada dosa yang kecil, jika kita memandang dari POV kepada siapa kita bermaksiat TT
3. Wartabtum (fell into doubt)
Saat kita menunda-nunda untuk bertaubat, menunda-nunda untuk pergi dari lingkungan yang buruk, saat itulah keraguan-keraguan mulai ditanamkan setan di kepala kita. Setiap dosa akan mengundang rasa bersalah, dan itu yang membuat kita merasa tidak nyaman. Dan saat merasa tidak nyaman itu, otak kita mulai sok pintar dan bertanya-tanya, emang kenapa sih, islam banyak banget aturan, kenapa harus pakai kerudung, kenapa alkohol haram, kenapa babi haram, dll, dst. Sampai puncaknya mulailah mempertanyakan, kenapa Allah menciptakan neraka.
Keraguan itu hadir, karena kita mulai terpengaruh pemikiran dari lingkungan dan teman-teman yang buruk. Yang awalnya kita pikir gak masalah menghabiskan mayoritas waktu kita dengan obrolan plurarisme, liberarisme, dan sekularisme. Perlahan kita mulai merasa nyaman dan biasa saja dengan kebengkokan pemikiran tersebut. Lalu keraguan itu hadir, emang betul ya islam satu-satunya agama yang benar? Kenapa orang baik dari agama lain gak bisa masuk surga, dll, dst.
4. Wagharratkumul amaniyy (false hope deceive you)
Ketika keraguan sudah menutupi kejernihan pikiran kita. Saat keraguan sudah benar-benar menutupi fitrah dan mata hati kita akan kebenaran, saat itu kita mulai terpedaya oleh angan-angan kosong. Justifikasi dan pembenaran. Gapapa maksiat asal masih islam di ktp. Gapapa terjerumus dalam dosa-dosa besar, memakan harta haram (riba,dll), asalkan tiap tahun umrah/haji.
Angan-angan kalau kita akan dimaafkan dan diampuni, padahal kita sama sekali tidak ada keinginan atau usaha untuk memperbaiki diri. Tidak ada tangis penyesalan taubat. Meremehkan akhirat. Seolah bisa hidup bergelimang dosa, kemudian mati masuk surga. Di luar nampak seolah bersama dengan orang-orang yang beriman, fisiknya hadir, namun hatinya kosong. Na'udzubillahi min dzalik.
***
Dari ayat tersebut, kita belajar agar tidak terjebak dan kehilangan iman kita tanpa kita sadari. Jika pun, suatu saat kita merasa sudah begitu jauh dari Allah, lalu rasanya ingin menyerah dengan diri sendiri, jangan hentikan tadabbur quran kita. Karena setelah ayat-ayat yang menghidupkan rasa takut, Allah melanjutkannya dengan ayat-ayat yang menumbuhkan rasa harapan juga. Karena sungguh, jangankan menghidupkan hati yang mati, menghidupkan bumi yang mati pun hal yang mudah untuk Allah. Jadi, mari sering-sering hujani hati kering kita dengan ayat-ayatNya.
ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ يُحْىِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلْـَٔايَـٰتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya. [Surat Al-Hadid (57) ayat 17]
Wallahua'lam bishowab.
***
*warning* bagian ini di skip aja.
PS: Entah berapa kali draft ini dibuka dan ditutup, jemariku bukannya tidak bisa menuliskannya. Tapi berbagai pikiran yang mendesak desak dikepala membuatku memilih untuk diam, kemudian memandangi poin-poin yang hendak kujabarkan dari ayat yang kupilih. Ayat.. yang merupakan MFA-ku di bulan Ramadan ini. Tapi bagaimana aku bisa menuliskan ulang inti dari tadabbur yang kudapatkan, saat aku melihat ke cermin, dan menyadari betapa aku masih berjuang supaya tidak kehilangan iman seperti yang digambarkan di ayat tersebut. Aku takut, kalau aku sekedar menyampaikan ulang isi dari video, dalam bentuk tulisan, sekedar itu. Kemudian merasa aman dan merasa selesai, kemudian kembali jatuh dalam deskripsi yang digambarkan di ayat tersebut.
Tapi tidak menuliskannya juga salah. Karena aku sudah pernah melalui masa-masa sulit menulis seperti ini. Saat itu, aku menyadari bahwa yang bisa membantuku bukan lari, dan menyimpan semuanya sendiri. Tapi memaksa diri terus menulis dan membaca, memaksa diri menghadapi realita, mengakui kesalahan, dan berusaha kuat untuk menghilangkan bisikan atau pikiran buruk. Fokus mencoba berjalan, satu, satu. Kecil, kecil. Jadi meski tulisannya belum selesai. Aku memilih menulis PS dulu, mengeluarkan ketakutan dan mencoba menendang tembok tinggi yang kubangun sendiri. Ayo jangan kalah oleh dirimu sendiri. Bukankah itu pelajaran yang Allah ingin sampaikan di tiap bulan Ramadan? La'allakum tattaqun? La'allakum tasykurun? Mari belajar lagi makna takwa, mari belajar lagi untuk bersyukur. Dengan apa? Mulai dari menulis ini dulu, kemudian praktik lagi, kemudian jika jatuh/lupa lagi, membaca lagi, mendengarkan lagi, lalu menulis lagi, lalu berdiri dan mencoba melangkah lagi.
It's okay. Allah knows what's on your mind, Allah knows and understand that you're weak. But as Allah doesn't give up on you, please don't give up on yourself.
PSS: I would never know, that Allah wants me to convey this tadabbur in lisan first, and then in written form. Aku rindu bisa menulis tadabbur ayat-ayatNya. Tapi aku tahu, untuk bisa Allah mudahkan menulis tentang ayat-ayatNya, aku perlu membersihkan hati dulu, jika kering, perlu disirami.
Menulis ini mengingatkanku pada salah satu penulis tadabbur yang beberapa tulisannya sering kuulang-ulang baca. Ia tidak lagi mengupdate blog-nya, aku masih menyayangkan dan bertanya-tanya kenapa. Tapi kini aku mendapatkan sedikit jawabannya. Karena tidak mudah, karena memang butuh effort. Now I'm just grateful that I can still read it from the archive.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya