Follow Me

Tuesday, August 26, 2025

Open Letter in Slowly

Bismillah.

 

Bulan Juni kemarin, saat aku mulai mengaktifkan lagi pakai aplikasi Slowly, dan menyelesaikan hutang balas surat 1 tahun yang lalu, aku menemukan ada fasilitas baru yang ada di Slowly, yaitu Open Letter.

 

Open Letter, seperti namanya adalah surat terbuka. Surat yang bisa dibaca banyak orang, tanpa harus masuk ke inbox seseorang. Dan seperti namanya, open letter benar-benar membuka peluang untuk mendapatkan teman di Slowly yang sama-sama punya keinginan untuk terhubung, entah karena topik/pertanyaan yang ditulis di surat terbuka tersebut, atau karena hal lain. Membaca banyak Open letter di Slowly sekarang ibarat blogwalking[1], aku bisa belajar mengenal orang-orang baru lewat surat tersebut, meski sayangnya cuma satu surat. Kalau mau baca lebih banyak surat, kita harus memberikan balasan dulu ke surat terbuka tersebut.

 

 

Sejak awal daftar Slowly, aku ingin cari temen yang bisa diajak sharing tentang buku/menulis. Ini template suratku, waktu dulu aku masih pakai fasilitas profil di Slowly.

 

Hi! I'm Blue.. Do you read books? If you do, what is your recent favorite book? Tell me is it about? And what is the lesson learn or memorable things from that book? If you don't, what do you usually do in your spare time, other than youtube, and social media? Do you have a hobby? I'll be waiting for your reply. Have a nice day~ 

 

Tapi ya gitu, meski di profil topic nulisnya interested in literacy/book, jarang yang share tentang buku. Lanjut ke automatch, ini aku pakai untuk latihan bahasa asing, topik mental health, dan topik traveling. Tapi hasilnya terlalu bagus juga, ya ada sih yang balas, tapi dikit, trus udah aja.

 

Setelah baca open letter beberapa kali, aku akhirnya memberanikan diri membuat Open Letterku. Kali ini, bukan tentang buku sih, tapi aku cari temen nulis. Open Letter ini kutulis tgl 3 Juli yang lalu. Meski pas nulis, aplikasi Slowly banyak meminta kita untuk nulis Open Letter yang panjang, aku sebisa mungkin ingin membuat surat terbuka yang singkat, tapi tetap menarik. Kenapa? Karena pengalaman sebelumnya, ada banyak open letter yang aku skimming dan males baca hanya karena sekilas tahu bahwa tulisan ini panjang *mental block. Setelah open letter-nya kupublikasi, tebak berapa banyak balasan yang aku dapat? 7/8 surat kalau gak salah. Bagiku ini keberhasilan banget! Dari open letter ini, aku jadi nulis cerpen bahasa inggris, nyoba terjemahin puisiku dan belajar diksi-diksi puitis bahasa inggris, juga jadi tahu tentang haiku.

 

Oh ya, yang penasaran sama open letternya, bisa baca di bawah ini.

 

 

 

Terbaca kah? Maaf ya karena sharenya lewat SS dari hp, karena fasilitas Open Letter Slowly saat ini cuma bisa dibuka di aplikasinya, di versi web-nya masih belum tersedia. Gimana setelah baca, tertarik untuk kirim balasan suratnya gak? Kalau tertarik, boleh banget add id slowly-ku N7Z2QX

 



***



Dari 7/8 surat yang masuk, ada yang udah gak terhubung lagi sih. Tapi ada juga yang masih terhubung. Tapi aku sudah biasa saja dengan fenomena itu. Aku pribadi gak mencari teman yang kirim-mengirim surat sampai lama, bagiku mengenal orang asing, dan saling bertukar surat satu kali saja, itu sudah lebih dari cukup. Cukup untukku mengisi energi sosialku. My extrovert side is still there, though my introvert side somehow "filter" many people. Lucu sebenarnya mengenali diri yang E/I-nya gak stabil. Aku masih enjoy buka Slowly tiap hari (dan ini sekarang bisa dimunculin last seen-nya), tapi untuk balas surat, aku tetap saja memilih untuk menunda dan menunggu mood yang tepat, sifat E baru bisa muncul saat I sedang tidak low batt. Kalau sedang low battery, lebih baik fokus input aja. Semoga sih inputnya yang bermanfaat dan bergizi ya. Bukan sekedar distraksi dan junk information.



Sekian. Kututup tulisan ini dengan ajakan menulis, jika kamu membuat surat terbuka/open letter, apa yang akan kau tulis? Share open lettermu di blog/medium, dan bagikan linknya di komentar yaa~
 
Bye5!
 
Wallahua'lam. 
 
 
*** 



PS:

[1] aku masih blogwalking, baca-baca tulisan di medium. Tapi entah kenapa membaca tulisan medium itu feelnya beda kaya blogwalking di blog (blogger, wordpress, tumblr). Mungkin karena di medium, lebih banyak yang nulisnya artikel, jadi sedikit kurang personal (ada sih yang banyak bercerita tentang diri juga, tapi tidak banyak). Jadi rasanya bukan kaya mengenal orangnya, lebih ke mengenal ide/opininya. Padahal salah satu hal yang aku suka dari blogwalking adalah mengenal dan mengamati orang lain secara personal dari jauh. Seperti membuka lembar jurnal/diary yang terbuka. Dari situ aku belajar untuk memahami kesulitan dan caranya menyelesaikan masalah. Dari situ aku belajar untuk melihat sisi lain dari orang tersebut, yang tidak ia tampakkan di media sosial. Begitu. Tapi blogwalking di Medium tetap asik sih, meski untuk rutin melakukannya masih perlu effort lebih, karena kebiasaan buruk diri lebih prefer scroll sosmed >< astaghfirullah. Anyway, mari tetap semangat menulis, entah itu blog/surat. Juga sempatkan blogwalking, untuk membuka wawasan dan POV kita lebih lebar. 

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya