Follow Me

Saturday, November 15, 2025

Ujian Kejujuran

Bismillah.

 

Baru saja import tulisan quote & insight ke Medium. Trus seperti biasa buka twitter (it's still hard for me to call that web x wkwkwk. biarin aja ya, ketahuan banget umur udah tua). Anyway, buka twitter, share beberapa link tulisan yang belum di-share, lalu menulis caption ini untuk tulisan import dari medium berjudul kejujuran:

 

Pengingat kejujuran. Hal sederhana, yang sayangnya sudah terkikis pelan-pelan sejak kecil. I see other people fell 'the test', never knowing someday I would fall the test too. Have you fall into the sins of lies? How deep?
 

Selesai tweet. Ada rasa bersalah. Rasanya caption-nya begitu click bait, tidak sesuai dengan isi linknya. Isi linknya cuma tentang pengingat kejujuran, trus insightnya juga pendek, ayo jujur dan jangan jatuh ke dalam kebohongan. Tapi caption-nya... seolah-olah aku hendak menceritakan bagaimana aku melihat orang lain jatuh di ujian kejujuran. Dan bagaimana aku pun diuji hal tersebut.

 

Karena rasa bersalah itu, aku akhirnya menulis ini. Just in case someone felt disappointed after clicking that import post on medium.

 

***

 

Pengingat kejujuran. Hal sederhana, yang sayangnya sudah terkikis pelan-pelan sejak kecil. I see other people fell 'the test', never knowing someday I would fall the test too. Have you fall into the sins of lies? How deep? - @isabellakirei

 

Tentang orang lain yang jatuh di ujian kejujuran. Aku teringat seorang teman SD yang mencontek demi nilai bagus, yang dicontek adalah sahabat SDku yang sangar, digigitlah itu anak yang mencontek. Yang dihukum siapa? Yang menggigit hahaha. I'm proud of her though. She's one of my real bestie. Alhamdulillah masih terjalin silaturahim, belum lama ketemu langsung, makan bareng dan "menangkap" momen bersama dalam ruangan kotak.

 

Tentang orang lain yang jatuh di ujian kejujuran. Aku juga teringat saat Ujian Nasional dan Ujian Sekolah di SMP. Bahkan guruku sendiri memberitahuku untuk tidak pelit memberikan contekan pada teman saat ujian. Guru TT >.< Pun aku ingat saat menangis kejer di kamar mandi SMP, saat merasa terkhianati, saat aku tahu teman dekatku ternyata memilih jalan beli kunci jawaban Ujian Nasional.

 

Tentang orang lain yang jatuh di ujian kejujuran. Masih sama, momen Ujian Nasional dan Ujian Akhir Sekolah kelas 12 dulu. Aku teringat ada segerombolan siswa yang memberi kunci jawaban, saat sebelum ujian yang lain sibuk belajar, latihan mengerjakan soal, mereka sibuk menghafal kunci jawaban. Aku juga teringat saat malam sebelum ujian kimia (entah ujian nasional atau ujian akhir sekolah), tiba-tiba tersebar kisi-kisi soal uraian. Semua orang sibuk berusaha mengerjakan soal kisi-kisi tersebut. Ada yang bertanya padaku cara mengerjakan dan jawabannya. Saat itulah hatiku berteriak tanpa suara, aku tidak bisa tidur sampai aku membuat catatan di Facebook dan membagikannya ke teman-teman kelasku. Aku gak mau ikut-ikutan. Pun sebelum masuk kelas, ada saja yang masih menanyakan soal-soal tersebut padaku, dengan halus aku menolaknya, aku takut, bagiku ada yang salah, meski orang lain berpendapat itu sah-sah saja karena cuma kisi-kisi. Kisi-kisi apa yang bentuknya jelas-jelas soal yang bisa dikerjakan? Pun aku merasa semakin yakin dengan pilihan sikapku, saat ujian berlangsung dan benar, soalnya begitu mirip, meski mungkin angkanya berbeda. Aku tidak tahu persisnya karena setelah perasaan tidak nyaman aku memilih untuk mengabaikan soal kisi-kisi meski sudah melihatnya.

 

Tentang orang lain yang jatuh di ujian kejujuran. Pun saat di kampus dulu. Mulai dari dua mahasiswa yang dihukum karena tugas matkul TTKI (Tata Tulis Karya Ilmiah) membuat kalimat sama persis, lalu disuruh maju ke kelas. Atau saat aku dibuat kaget setelah tahu ternyata banyak mahasiswa yang memilih untuk mengerjakan PR pemrograman mencontek file tugas kakak tingkat nim 001 yang memang pintar. I don't know how they get the files though, never really seen the actual file, only heard about it. Atau saat aku dulu ikut kelas sama satu tingkat di bawahku, ada kuis dadakan, aku duduk di belakang, saat sudah selesai kuis dikoreksi bersama, tukeran gitu sama temen sebelah. Dan temen sebelahku memilih untuk memberi tahu nilai yang salah, aslinya 100 (benar semua), jadi salah satu. Kenapa? Karena dia takut ketahuan saling contek karena satu baris nilainya sama semua. Sungguh mengherankan >.< Mohon yang tahu almamaterku, jangan dijadikan ini sebagai stereotipe ya. Karena ya, pasti ada oknum seperti itu. Aku yakin banyak juga yang jujur.

 

Sekian tentang orang lain yang jatuh di ujian kejujuran. Kali ini setelah jari telunjuk selesai, empat jari lain mengarah padaku. Aku pun pernah jatuh di ujian kejujuran. Memang bukan seperti yang di contoh di atas. Tapi aku ingat beberapa kali berbohong pada orangtua, teman, dan dosen, perkara progres kepenulis tugas akhir. TT  Mungkin aku pernah menulis tentang itu di sini, atau di blog anonim lain. Intinya once you fall for this test, a small lies becomes bigger and bigger. It also makes you anxious all the time, afraid someone's gonna catch your lies. Pelajaran pahit banget untukku. Cukup untuk mengajarkanku lebih baik diam jika tidak bisa mengatakan kebenaran. Kuatkan dulu iman, lalu saat beranikan diri untuk jujur. Jujurlah pada diri dulu, dan tentu jujur juga pada orang lain.

 

Ujian kejujuran adalah ujian yang akan berulangkali hadir dalam hidup kita. Dan untuk bisa lulus dari ujian ini, terkadang kita harus remidial. Tak apa. Yang penting jangan memberi label pendusta pada diri. Teruslah berlatih dan belajar untuk jujur, pada diri dan pada orang lain.

 

Untukku saat ini, mungkin ujian kejujuran niat. Jangan sampai bilangnya ingin ini itu, tapi prakteknya nol. Itulah tantangannya kalau banyak nulis. Sama kaya orang yang banyak bicara. Ada ujian kejujuran juga di situ. Jangan sampai apa yang ditulis berbeda dengan kenyataan. Bukan berarti kita jadi tidak bisa menyampaikan kebenaran hanya karena kita masih berjuang meniti dan menegakkan kebenaran itu. Tapi jujurlah dalam usaha dan effort kita. Cause Allah sees our effort. Menuliskan ini jadi mengingatkanku pada manusia, bulan, fase bulan. We're all have the dark part, the back part of the moon. And We're going through phases like the moon, we're not always the beauty and full bright moon. Tapi bukan berarti itu menghalangi kita untuk menyampaikan kebenaran. Like what the old saying is, katakan kebenaran meski pahit,.

 

Sekian. Semoga Allah memudahkan kita untuk lulus ujian kejujuran. Aamiin. 

 

Terakhir, sebuah doa. Allahumma arinal haqqa haqqa warzuqnat-tiba'ah, wa arinal bathila bathila warzuqnaj-tinabah. Aamiin.

 


 

Wallahua'lam bishowab. 

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya