Bismillah.
Tahun baru, and everybody seems busy to celebrate it. Terompet.. kembang api.. konser musik.. having some fun to end the year we left. Dan sms-sms happy new year-pun berserakan. Dan asa, harapan, serta mimpi membumbung tinggi saat tahun baru hadir.
Aku mungkin salah satu dari mereka yang sibuk merayakan tahun baru, tapi yang jelas aku tak beli terompet, tak melihat warna-warni kembang api, tidak pula mengirim sms tahun baru. Mm... entah mengapa, aku enggan melakukannya. Aku ingat sekali, seorang teman, mm.. sahabat.. remind me about something I forgot. Malam itu aku mengirim sms happy new year pada semua temanku (almost all of them). Balasan mereka standar. Tapi sahabatku yang satu ini, ia berbeda. Kau tahu apa balasannya?
Tak ada suara terompet, tak juga gelegar kembang api. Hanya terdengar isakan tangis di sore sebelum 1 Muharram datang. Kau tahu apa yang mereka lakukan? Instead of having some fun to end the year, mereka instropeksi diri.. mencoba memaknai pergantian tahun. Sudah cukup baikkah kita di tahun kemarin? Atau masih banyak yang harus dibenahi? (kurang lebih isinya begitu)
Astaghfirullahal 'adzim.. aku.. aku.. speechless. Ya Allah. Ampuni hamba-Mu ini Ya Ghofur...! Since then.. aku mulai mengerti, realize, kalau sebuah momen pergantian tahun, bukan untuk kita rayakan, tapi lebih tepat untuk kita maknai. :) Wish I'm gonna be a better person in this year. Amin Ya Rabb..
Bellz^^fighting!
Allahua'alam.
***
PS: Disalin tanggal 26 Oktober 2016
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya