Follow Me

Wednesday, October 9, 2013

Tentang Stalker : Marahi Saja Beberapa Foto

saat kita bertanya mengapa, coba bertanyalah pada diri
baru kemudian bertanya kepada orang lain - kirei

-muhasabah diri-

Bismillah...

Celotehan tentang facebook part dua,

-Semua manusia itu punya sifat penasaran. Ada bantahan?
Tampaknya tidak.
Wajar jika pengguna facebook lain menstalking facebook kita.
Ga usah marah padanya.
Marahi saja beberapa foto, atau beberapa postingan yang kita tak ingin dilihat stalker itu. Mengapa kau ada disana.

-Facebook bisa kita penggal jadi dua kata, face dan book. Face adalah muka, book diartikan buku, jika kita gabung, jadi muka buku. Iya, itu mengada-ada. Tapi yang saya perhatikan facebook memang seperti muka buku atau biasa kita sebut cover.
Banyak cover yang jujur, beberapa pencitraan, bahkan menipu.
Karena manusia jika melihat cover saja pasti tak tau isi bukunya, sedangkan Tuhan Maha Melihat dan Maha Penentu buku itu laku atau tidak, Tuhan yang ngasi rezki kan.
Jadi cari aja apa yang membuat-Nya ridho dengan facebook ini.

-Facebook itu ibarat pisau. Berhati-hatilah menggunakannya.
Pisau itu bisa dipakai untuk ngupas apel, atau melukai orang, atau bisa juga untuk nusuk diri sendiri, melukai diri sendiri tanpa sengaja juga bisa.
- status seseorang di buku muka-nya 
***


Ga usah marah padanya. Marahi saja beberapa foto atau beberapa postingan yang kita tak ingin dilihat stalker itu.

Jleb. Felt hurt reading those lines of word. Ya, benar. Bukan mereka yang harus kumarahi. Terima kasih sudah mengingatkan.

***

Teringat malam kemarin sebelum sebuah keputusan kuambil. Bagaimana aku, merasa PD dengan pengaturan privasi-ku. Kemudian semua seolah remuk, pecah berserakan. Awalnya aku kira, sekedar melepas 'tag', bisa membuat foto diri yang di tag temen jadi tidak muncul di graphsearch-nya fb. But somehow, masih muncul. Sempat frustasi, bingung, takut, dan segala perasaan tak menyenangkan menyesak dada.

Teringat cerita seorang ustadz, yang begitu menjaga tentang foto-nya. Seorang hafizh, yang tidak rela jika fotonya tersebar di dunia maya. Harga mati baginya, jika memang ingin di upload, maka foto tersebut harus di crop. Begitu ketatnya ia menjaga hal tersebut. Dan diri? Hiks. Merasa cukup sudah "menyembunyikan dari kronologi".

***

Untuk diri. Berlajarlah untuk melihat kesalahan diri, sebelum mencari-cari kesalahan orang lain.
Untuk diri. Mungkin sudah saatnya kau bangun dan tersadar. Bahwa selama ini diri, hanya mengaku-aku menjaga hijab dengan baik. Kenyataannya? Kau masih jauh dari itu Bel! Jangan lelah untuk belajar, tertitah melangkah mendekat padaNya. Jangan lelah, karena IA datang menyambutmu dengan berlari.

"Aku menuruti keyakinan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku selalu menyertainya bila ia mengingat-Ku. Maka jika ia mengingat Daku dalam dirinya, Aku pun mengingatnya didalam diri-Ku, dan jika dia mengingat-Ku ketika dia sedang berada di tengah-tengah khalayak ramai, niscaya Kuingat dia di dalam kumpulan orang yang lebih baik daripada mereka itu.

Bila ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta, dan bila ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka aku mendekat sedepa, dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari". (HR : Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
 Allahua'lam bishowab.

2 comments:

ditunggu komentarnya