#fiksi #SensiMe
Bismillah.
"Gue ikut"
"Ikut
Lis,"
bebek yang suka ngikut aja, hehe (sumber gambar dari sini) |
Awalnya,
kalimat-kalimat singkat itu tidak mengganggu pikiran Lisa. Namun saat diskusi
berlangsung dan kata "ngikut aja" muncul, Lisa mulai geram.
Lisa menempatkan
diri sebagai moderator. Seperti kebanyakan moderator, Lisa membuka diskusi,
menyampaikan sedikit latar belakang, dan bertanya pendapat peserta diskusi.
Diskusi singkat itu
berjalan lancar, sampai Lisa tiba-tiba menyadari, peserta seolah sedang
mengubah peran Lisa. Peserta satu persatu berkata "ngikut aja", saat
ditanyakan kesimpulan dari diskusi. Lagi, peserta satu persatu membeo, ngikut
saja, saat ditanyakan keputusan apa yang harus dilakukan.
Wajah Lisa mengeras,
dahinya berkerut, namun ia masih berusaha mempertahankan senyum pahit di
bibirnya.
***
Lisa terisak,
menangis, saat ia terpojok dan dipaksa menjadi pemimpin yang harus menentukan
keputusan. Lisa adalah wanita biasa, seperti kebanyakan wanita lain. Fitrah
Lisa bukan memimpin, fitrah Lisa ingin mendengarkan keputusan dan berucap,
sami'na wa atha'na.
Lisa terisak,
menangis, bahkan dalam bunga tidurnya. Ada malu yang membuat wajahnya tak
berani ia tegakkan. Ada rasa kesal yang membuat tangannya mengepal keras.
"Masih adakah
jiwa laki-laki di diri kalian? Masihkah ada fitrah memimpin dalam diri
kalian?"
Lisa terbangun,
masih heran karena ia terisak dalam tidurnya. Pertanyaan itu terus terngiang di
kepalanya. Seolah memaksa bibirnya untuk berteriak di hadapan para peserta yang
mengaku "laki-laki" itu. Namun sebagian hatinya menahan lidahnya kelu.
Lisa wanita biasa.. Ia tahu perbedaan peran laki-laki dan wanita. Dan ia tahu,
jika tanya itu ia teriakkan, ia mungkin langsung dicap sebagai seorang feminis.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya