Follow Me

Thursday, July 29, 2021

SelfD #11: What am I afraid of?

Bismillah.

#SelfDiscovery


Why the question for this SelfD series is getting harder to answer? Perharps I'm thinking it too deep, that's why it sounds heavy.


***


I'm afraid to make my parents disappointed again

I'm afraid to fall again, and have no strength or will to get up

I'm afraid I didn't have any light on the day where it's dark

I'm afraid to even getting near hellfire

I'm afraid I only do good in talking and writing but never good in action

I'm afraid...


***


Selain itu, kalau mau jawab lebih simple, aku takut kecoa, kalau cuma liat sih biasa, tapi kalau udah gerak apalagi mendekat, tanpa sadar heboh sendiri. Sama anjing atau banyak juga, dulu waktu SD pulang ke rumah mbah tiap hari. Suka tiba-tiba freeze, pura-pura ambil batu kalau misal ngelihat ada anjing. Banyak juga, banyak, spesies yang sekeluarga sama bebek dan angsa. Takutnya karena sering diceritain kalau diteot banyak itu sakit. Jadi deh, kalau liat rombongan banyak dari jauh sering ngeri.


Aku juga takut sama petir atau beledeg, yang satu ini fitrah yang Allah masukkan ke hati manusia. Rasa takut tiap ada gelegar suaranya, atau bahkan tiap ada kilatan cahayanya. Sesuatu banget pas belajar fisika di SMP dan diingetin baiknya Allah menjadikan kecepatan cahaya lebih dari kecepatan suara. Dan dengan itu jadi bisa lebih tenang, kalau misal jarak antara cahaya kilat dan suara petir lebih dari satu detik. Karena artinya petirnya jauh. Kalau kita denger dan liat cahayanya berbarengan, kata guru Fisikaku, coba pegang telinga, siapa tahu udah hilang karena kena petir hehe.


Satu lagi, mimpi buruk. Bukan takut sampai ga pengen tidur. Tapi tiap habis mimpi buruk, pasti langsung cari orang *kalau di rumah. Pindah tempat, biar ga ngantuk. Sekarang udah gak sih, waktu udah tahu bahwa mimpi buruk itu bisa jadi hal baik bagi kita. (Baca juga cerpen: Nightmare in Juicy Life)


Ah, satu lagi, terakhir. Takut kalau orangtua sakit. Ada memori waktu kecil, ibu sakit, aku berbaring nemenin di sebelahnya. Gak bisa tidur, ingin memastikan bahwa ibu masih bernafas. Hm... Malu bahas tentang ini, keinget betapa buruk diri sebagai seorang anak. Let's just pray for them. Allahummaghfirli wali walidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira. Aamiin.


Selesai.


***




No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya