Follow Me

Wednesday, July 31, 2024

2 Tahun Menikah

July 31, 2024 0 Comments
Bismillah.


-Muhasabah Diri-


Waktu berlalu begitu cepat. Dua tahun berlalu sejak ia mengucapkan mitsaqan ghaliza. Dua tahun yang penuh cerita yang masih ingin kusimpan sendiri dalam diary. Biarlah blog ini sebagai ruang untuk bercerita apa yang melintas di kepala, juga perasaan, juga... tentang buku-buku yang aku coba salin pelajaran dan hikmahnya di sini agar lebih erat dalam ingatan.


Tapi sesekali, aku juga ingin menuliskan di sini. Sejenak meninggalkan jejak dan refleksi. Bahwa dua tahun menikah, ada begitu banyak pelajaran juga muhasabah.


***


1. Belajar Tidak Egois


Ini pelajaran pertama, yang aku rasa sampai sekarang masih sedang kupelajari. Saat dua orang menikah, mudah untuk mengedepankan ego. Mudah untuk menjadikan perbedaan menjadi bahan konflik. Mudah pula untuk merasa bahwa prioritasku posisinya lebih tinggi daripada prioritasnya. Atau rencanaku ini, dan aku tidak mau ada perubahan.

 

Padahal menikah, bukan sekedar tentang ego. Tapi justru tentang keselarasan dan keharmonian antara dua orang yang berbeda, yang punya ego masing-masing. Jadi, mari terus belajar untuk tidak egois.

 

2. Belajar Komunikasi

 

Saat ada perbedaan, konflik, ketidaksetujuan, atau bahkan kesamaanpun, harus ada komunikasi yang lancar saat kita menikah. Kenapa? Karena jika terhambat dan memilih untuk disimpan, apalagi kalau menyimpan energi negatif, maka hasilnya akan berbahaya. Emosi yang menumpuk suatu saat akan meledak. Dan saat meledak, tentu tidak mudah untuk meredakannya. Lebih baik sesegera mungkin dikomunikasikan, tapi bukan selalu harus to the point dan gak peduli kondisi dan situasi. Tetap harus peka untuk tahu timing yang tepat. Jika ada prasangka terutama yang buruk, cepat-cepat diusir dan dihindari. Kalau sulit, banyak curhat ke Allah, coba nulis dll. Lalu komunikasikan. Agar jangan sampai prasangka menggelapkan rasionalitas, dan membuat kita melihat dengan kacamata negatif.

 

3. Simbiosi ........

 

Dua orang yang tadinya asing, lalu bersama, sudah pasti akan saling mempengaruhi. Semoga simbiosis muatualisme, bukan komensalisme atau na'udzubillah parasitisme. Semoga saling menyemangati untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, saling mengingatkan jika ada yang berbelok atau mundur. Bukan justru saling memberati dan makin menjauh dari-Nya. Jangan sampai saling menyalahkan jika ada satu dua kualitas kuantitas ibadah yang menurun.

 

4. Visi

 

Semoga gak lupa visi yang ditulis dulu, jangan sampai cuma muter-muter dan mengambang tanpa ada tujuan. Jangan sampai cuma biarin ngalir seperti air. Terus perbaiki diri, jangan jadi orang merugi akan waktu. You're not young anymore. Sibukkan dengan kebaikan, sibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat. Jangan mendaki tangga yang salah.


5. Akui kekurangan dan terus berusaha menjadi lebih baik


Pandang pasangan dengan kacamata lebih baik. Akui kekuranganmu dan apresiasi kebaikannya. Tetaplah berusaha menjadi lebih baik meski dengan segala kekurangan. Mari berjingkat dari zona nyaman. Banyak doa, banyak usaha, banyak istighfar.

 

***

 

Tulisan ini ditulis sebagai pengingat diri yang masih berusaha menjalani 'peran baru' ini dengan baik. Teruntuk ia yang mendampingiku di perjalanan yang in syaa Allah masih begitu panjang ini, semoga engkau bersabar dengan segala kekurangan dan kelemahanku.


Terakhir, sebuah doa.


Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyyatina qurrota a'yun waj'alna lil muttaqina imama, innaka antal wahhab. Aamiin.


Wallahua'lam bishowab.

Sunday, July 28, 2024

Teknologi Mengubah Cara Berpikir Masyarakat Modern

July 28, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

Nukil Buku Berpikir Itu "Dipraktekin" - Tim Wesfix, Grasindo


***


Nicholas Charr mengatakan teknologi mengubah cara berpikir masyarakat modern. Kebiasaan online, berselancar dari website satu ke yang lain, membuat kita berpikir secara divergen, terpecah-pecah, dan bercabang.
.
.
.
Sebenarnya otak kita di desain untuk berpikir linear dan urut. Sebelum internet ada, kita terbiasa untuk berpikir koheren, berkesinambungan, runtut dan teratur. Sedangkan dengan teknologi yang semakin berkembang, kita terbiasa melakukan berbagai macam hal dalam waktu yang hampir bersamaan. Ini membuat pikiran kita gampang terpecah, gampang terdistraksi.

Pikiran yang divergen atau gampang terdistraksi cenderung kurang dalam. Ketajaman pikiran untuk fokus pada satu analisis mulai terkikis. Kita pun akan kehilangan kemampuan berkonsentrasi dan merenung. Apakah Anda menyadarinya?"


***


 

***

 

Beberapa aktivitas untuk mempertajam otak:

📱 Membatasi penggunaan gawai.

2 jam sehari. Butuh disiplin yang keras.

 

📚 Lebih sering membaca buku

Gunakan waktu luang untuk baca, minimal 2 jam sehari.

Membaca buku akan membuat otak lebih aktif sehingga memacu memori untuk melebarkan ruangnya. Membaca tulisan panjang akan membuat otak kita tidak cepat lelah.

 

🆕 Melakukan hal-hal baru

Otak kita selalu tertarik pada hal-hal baru.

Ikut yoga, klub martial art, kusus filsafat, menjahit. Eksperimen masak atau menulis.

 

👥 Berinteraksi dengan orang lain

Mengobrol berbagai macam topik yang menarik

 

🧠 Mengingat

Terlihat sepele namun tidak semudah yang kita kira.

Mengingat membutuhkan fokus dan konsentrasi. Pikiran pun harus benar-benar aktif.

 

***

 

Sekian. Semua tulisan diatas di nukil dari hidden gems yang kutemukan di iPusnas. Alhamdulillah iPusnas ada aplikasi buat pc/laptop. Kadang, nemu aja, buku-buku menarik dari sini. Meski belum bisa mencerna dan menulis ulang berdasarkan pemahaman dari membaca buku dari tim Wesfix tersebut. Meski belum bisa sepenuhnya mencoba mempraktekkan tips untuk mempertajam otak, terutama poin nomer 1. Tapi setidaknya, semoga dengan mengunggah nukil buku ini, ada lebih banyak yang mendapat manfaat. Barangkali, ada yang akhirnya tertarik membaca buku ini, kemudian selesai lebih cepat membacanya daripada aku. Kemudian menuliskan review tentang buku ini dan merekomendasikannya pada orang lain. *I'm thinking too far ahead, aren't I?

 

Anyway, meski ada begitu banyak yang bergelut di pikiran. Meski ada begitu banyak hal tidak ideal. Teruslah berusaha untuk memperbaiki diri. Selambat apapun. Bacalah buku. Mulailah dari satu halaman, dari buku tipis yang kau minati topik/temanya. Barangkali dari sana, kita mulai memperbaiki lagi cara berpikir kita, yang barangkali tanpa sadar tergerus oleh kebiasaan yang dibawa beserta teknologi saat ini.

 

Jangan malu bertanya, meski kita bisa saja googling.

 

Jangan meninggalkan membaca, meski jumlah menit yang kita habiskan di sosial media jauh lebih banyak.

 

Jangan lupa untuk cek recek informasi, sebelum terbawa emosi, atau reaktif membagikan atau berkomentar di informasi tersebut.

 

Terakhir, teknologi memang mengubah cara berpikir kita tapi bukan berarti kita lantas tidak memiliki kontrol untuk memilih. Memilih, apakah ingin terbawa arus dan mengikuti saja bagaimana teknologi sadar tanpa sadar menunjukkan efek negatif pada diri kita. Atau, memilih untuk memegang kontrol akan diri sendiri, sembari meminta bantuan-Nya saat menyadari betapa lemahnya diri.

 

Wallahua'lam.


***


Keterangan : Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Monday, July 15, 2024

Akhir-akhir Ini Begitu Dingin

July 15, 2024 0 Comments

Bismillah.

-Muhasabah Diri-


Akhir-akhir ini begitu dingin di Purwokerto.

 

Akhir-akhir ini, apa kabar hati? Apa kabar iman? Dingin juga kah?

 

***

 

Malam larut masih terbangun. Waktu yang kubiarkan dicuri. Waktu yang kugunakan dalam kondisi sadar teringat usia yang sudah tidak muda. Waktu yang sedikit ini... masihkah mau disia-siakan?

 

Mengapa masih nyaman lari dan menutup mata, tidur dan tenggelam?

 

Bukankah mendustakan kenyataan tidak akan mengubah apa pun?

 

Ada banyak hal yang bisa disyukuri, mengapa memilih untuk mengeluh?

Ada banyak hal yang bisa dilakukan, mengapa memilih untuk bermalasan?

 

Telingamu, mungkin kalau bisa bicara, ia ingin lebih banyak mendengarkan lantunan ayat-ayatNya

Matamu, mungkin kalau bisa bicara, juga ingin lebih banyak melihat alam dan ayat-ayatNya

Tanganmu, mungkin kalau bisa bicara, juga ingin bekerja dan berkarya mencari bekal untuk kehidupan yang hakiki.

Kakimu, mungkin kalau bisa bicara, ingin melangkah dan segera berlari menuju RabbNya.

Dan hatimu... ya hatimu... mau sampai kapan kau menutup telinga akan tangisan rindu kepada-Nya?

Jikapun suaranya tidak terdengar, bukankah kau seharusnya merasakan getar dan geraknya? Tidakkah kau merasakan suara tanpa katanya?

 

***


Hati berbicara tanpa kata, menjawab tanpa suara dan sering menyengat tanpa terlihat. Tapi ia terasa. - Salim A. Fillah*


Saat mencari kutipan ini. Aku menemukan tulisan lama Ustadz Salim A. Fillah yang perlu banget untuk dibaca (cek di sini)



 

***


Akhir-akhir ini begitu dingin... semoga dingin ini mengantarkan kita untuk mendekat pada Sang Khaliq, yang menciptakan dingin dan panas, serta menciptakan hangat sebagai keseimbangan antara keduanya. Semoga rasa dingin ini, membuat kita teringat dan tidak putus asa dari rahmat-Nya. Karena seperti pergantian malam dan siang, seperti itu pula Allah mengatur perubahan suhu dan cuaca di bumi.


Dan langkah selanjutnya. Janganlah kita menjadi manusia yang merusak bumi, dengan dosa-dosa kita. Pun jangan kita menjadi manusia yang merusak hati, dengan dosa-dosa kita.


Bersegeralah bertobat, bersegeralah mengingatNya. Jangan bosan berdoa meminta petunjuk pada-Nya.


Ya muqallibal quluub tsabbit quluubana 'ala dinik. Ya musharrifal quluub, sharrif quluubana 'ala tha'atik. Aamiin.

 

Wallahua'lam.

 

Thursday, July 4, 2024

Sanguin, Melankolis, Koleris, Plegmatis

July 04, 2024 0 Comments

Bismillah.

 


 

Aku tidak pernah menyangka akan belajar ulang mengenal diri dari empat karakter yang kutulis di judul kalau bukan karena buku ini.

 

Judul bukunya "Re-Make", sub judul "Saatnya Menata Ulang Diri". Karya dari Bagas Rais, terbitan Bhumi Anoma. Aku mengenal Bagas Rais awalnya lewat aplikasi Qalboo. Lalu follow instagramnya. Cukup tahu beliau penulis dan juga buat podcast. Baru baca tulisan-tulisannya dari instagram, belum sempat baca e-book beliau. Trus, dapat info dari channel instagramnya tentang buku ini. Alhamdulillah berkesempatan beli dengan harga yang murah banget.

 

Ya, hari ini, saat literasi makin asing, banyak yang nggak suka baca buku, buku-buku malah mahal. Makanya aku bersyukur banget pas nemu buku bagus, tapi harganya ramah di kantong. Semoga Allah memberkahi setiap buku yang ditulis oleh penulis-penulis hebat.

 

***


Aku baru baca 44 halaman dari buku Re-make. Di bagian pembuka buku (6-26), kita diingatkan oleh buku, kenapa kita harus menata ulang diri. Kondisi saat ini, yang membuat kita terlalu banyak melihat ke orang lain, dan bukan ke dalam diri. Juga tentang kehidupan yang berisi pilihan-pilihan yang terbelenggu situasi, dan itu sering membuat kita tidak berdaya. Tapi terlepas dari situasi tersebut, sebenarnya kita bisa memilih yang lebih baik untuk diri kita. Gimana caranya? Pertama, ya dengan menata ulang diri.


Nah, alur menata ulang diri di buku ini dibagi jadi empat. Yang pertama adalah kesadaran. Jeng jeng... *backsound jadul hahaha


Intinya bagaimana kita mau melangkah, kalau kita sendiri belum sadar bahwa kita perlu melangkah.

 


Nah, karena hal pertama yang harus kita sadari adalah sifat bawaan diri. Penulis mulai menjelaskan tentang 4 karakter yang mungkin sudah pernah kita dengar dan pelajari: sanguin, melankolis, koleris, plegmatis.

 

***


Aku sudah mengenal empat kata ini sejak awal kuliah. Meski dulu, aku mengenal dengan istilah lain. Istilah DISC (Dominance, Influence, Steadiness, dan Compliance)


Waktu itu dapat dari matrikulasi kalau nggak salah. Dominance itu Koleris. Influence itu Sanguin. Nah, yang Steadiness sama Compliance aku gak tahu yakin sinonimnya. Karena waktu itu hasil tesku yang dominan itu, ID, bukan SC. Jadi fokus belajarnya cuma ke dua karakter itu hehe. Jadi buka kartu. Anyway, in syaa Allah dilengkapi kalau udah tahu sinonimnya.


Semoga gak salah ya. Tapi kalau baca dikit dari penjelasan di blog Akupintar.id, kayanya sih Steadiness itu Melankolis dan Compliance itu Plegmatis.


***


Singkat cerita sudah 13 tahun, sejak hasil terakhir aku tes DISC. Selama 13 tahun itu, ada masa-masa aku "kehilangan diriku". Masa-masa krisis identitas, dan hanya melihat sisi buruk diri. Alhamdulillah masa-masa itu udah terlewati, tapi aku gak memungkiri kalau bekas-bekasnya masih ada. Buktinya, saat aku membaca penjelasan tentang keempat karakter diatas, yang kulihat sesuai dengan diri, ya cuma negatif-negatifnya aja dari keempat karakter tersebut.


Oh ya, penjelasan di buku ini tentang Sanguin, Melankolis, Koleris dan Plegmatis dibuat begitu singkat, padat, dan to the point. Tapi bukan tipe yang kaya informasi aja, ada semacam tambahan hikmah juga. Seolah penulis tahu, dari tabel kelebihan dan kekurangan tiap karakter yang disajikan, ada hal penting yang harus kita ketahui.

 

Untuk Sanguin, 

 

"Misal, dengan mau mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain, mempelajari cara manajemen waktu supaya bisa menentukan prioritas dan bukan prioritas, dan memperkuat kontrol diri dalam menahan hawa nafsu."

"Semakin populer seseorang, semakin besar juga tantangannya. Untuk itu, penting untuk kita senantiasa memperbaiki niat setiap saat."

- Bagas Rais, dalam buku "Re-Make"


Untuk Melankolis,


"Dengan kita melatih diri untuk meminta pendapat orang lain, ini akan membantu mengatasi sifat perfeksionis yang dapat merugikan."

"Berusahalah untuk adil dalam menjalani masing-masing peran. Jangan sampai kita menghabiskan waktu hanya untuk memikirkan kesempurnaan dari satu hal kecil"

- Bagas Rais, dalam buku "Re-Make"

 

Untuk koleris dan untuk plegmatis... silahkan baca sendiri di bukunya ya hehe.

 

Di akhir penjelasan kesadaran sifat bawaan buku ini, penulis mengingatkan, bahwa kita tidak perlu mengubah sifat bawaan kita. Kita cuma perlu melatih diri untuk menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, memaksimalkan kelebihan dan meminimalisir kekurangan kita.


"Gunakanlah kelebihan yang ada untuk memperbanyak amal saleh dan meminimalisasi kekurangan memicu hal-hal yang tidak baik.

Perlu kita ingat dengan baik-baik bahwa ujian dalam hidup yang menimpa kita bukan hanya berasal dari kekurangan diri, melainkan dari kelebihan yang kita miliki."

- Bagas Rais, dalam buku "Re-Make"

 

Sekian.  Awalnya niat curhat, alhamdulillah selesai ditulis, ternyata bisa masuk kategori tulisan nukil buku. Semoga bermanfaat. Semangat membaca! Yang belum baca, boleh coba baca dari satu halaman. Yang sudah baca, ayo lanjutkan.. jangan lupa membagikan insight dan pelajaran dari buku. Boleh via sosmed, atau langsung ngobrol ke temen, atau bisa juga dengan menulis di blog seperti aku. Boleh banget share link di komen, biar aku juga bisa baca juga pelajaran dari buku yang sedang kamu baca, meski belum selesai dibaca*.

 

 Wallahua'lam.

 

***

 

PS: Jazakillah khairan katsiran buat Teh Tristi yang ngenalin aku konsep Nukil Buku. Karena beliau, aku jadi sadar, bahwa pelajaran dari buku, gak harus ditulis dalam bentuk resensi atau review, yang seringkali baru ditulis saat kita selesai membaca bukunya. Ada kalanya, kita bisa menuliskan insight dan kutipan dari buku yang sedang dan belum selesai kita baca. Oh ya, Teh Tristi (@tristiul) juga nulis buku. Boleh cek tulisan beliau di instagram, medium atau yang lawas-lawas ada di tumblr. Ah, I miss tumblr.


Keterangan : Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Should Be on Diary But...

July 04, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

I've been struggling with myself for some weeks, or ... I don't know how long. As if I haven't taken any lesson, and keep stumbling on the same problem.

 

I'm not young anymore. And I still don't take serious step to dicipline myself. By the time I got 40 years old, if Allah still give me life, I should have fix all my bad habit. I don't want to live like this in my late life. As I want to have a good end of life. I should really dicipline myself and stop running away from problem, and stop dipping my head inside distraction.

 

I should see more good people and learn from them. As when I meet one or two of them, I could see, how small and nothing is me, that still need to work hard, and do more good deed. Just because now, I'm in the comfort zone, doesn't mean I can just lay back and do something that doesn't even count as minimal.

 

***

 

Last.. but not least. A reminder for me.

 

Bella.. time is never free. your capability is never free too. when Allah gives you two of them, Allah will question you. With the brain, the hand, the resource, the time, and all things He give you.. what did you do with that? TT


Let's not focus on blaming yourself, and focus on the action afterward. Please do more, and don't make excuse. You don't want to regret this later in akhirah right? TT

 

Let me end this post with du'a from Quran

 

رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِىٓ أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَـٰفِرِينَ

رَبَّنَا فَٱغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّـَٔاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ ٱلْأَبْرَارِ

لَّآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَـٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّـٰلِمِينَ

 

Wallahua'lam.


***


Keterangan:

Lafal doa dari = Surat Ali-Imran (3) ayat 147, Surat Ali-Imran (3) ayat 193 , Surat Al-Anbiya (21) ayat 87

hasil search di Lafzi