2 Tahun Menikah
-Muhasabah Diri-
Waktu berlalu begitu cepat. Dua tahun berlalu sejak ia mengucapkan mitsaqan ghaliza. Dua tahun yang penuh cerita yang masih ingin kusimpan sendiri dalam diary. Biarlah blog ini sebagai ruang untuk bercerita apa yang melintas di kepala, juga perasaan, juga... tentang buku-buku yang aku coba salin pelajaran dan hikmahnya di sini agar lebih erat dalam ingatan.
Tapi sesekali, aku juga ingin menuliskan di sini. Sejenak meninggalkan jejak dan refleksi. Bahwa dua tahun menikah, ada begitu banyak pelajaran juga muhasabah.
***
1. Belajar Tidak Egois
Ini pelajaran pertama, yang aku rasa sampai sekarang masih sedang kupelajari. Saat dua orang menikah, mudah untuk mengedepankan ego. Mudah untuk menjadikan perbedaan menjadi bahan konflik. Mudah pula untuk merasa bahwa prioritasku posisinya lebih tinggi daripada prioritasnya. Atau rencanaku ini, dan aku tidak mau ada perubahan.
Padahal menikah, bukan sekedar tentang ego. Tapi justru tentang keselarasan dan keharmonian antara dua orang yang berbeda, yang punya ego masing-masing. Jadi, mari terus belajar untuk tidak egois.
2. Belajar Komunikasi
Saat ada perbedaan, konflik, ketidaksetujuan, atau bahkan kesamaanpun, harus ada komunikasi yang lancar saat kita menikah. Kenapa? Karena jika terhambat dan memilih untuk disimpan, apalagi kalau menyimpan energi negatif, maka hasilnya akan berbahaya. Emosi yang menumpuk suatu saat akan meledak. Dan saat meledak, tentu tidak mudah untuk meredakannya. Lebih baik sesegera mungkin dikomunikasikan, tapi bukan selalu harus to the point dan gak peduli kondisi dan situasi. Tetap harus peka untuk tahu timing yang tepat. Jika ada prasangka terutama yang buruk, cepat-cepat diusir dan dihindari. Kalau sulit, banyak curhat ke Allah, coba nulis dll. Lalu komunikasikan. Agar jangan sampai prasangka menggelapkan rasionalitas, dan membuat kita melihat dengan kacamata negatif.
3. Simbiosi ........
Dua orang yang tadinya asing, lalu bersama, sudah pasti akan saling mempengaruhi. Semoga simbiosis muatualisme, bukan komensalisme atau na'udzubillah parasitisme. Semoga saling menyemangati untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, saling mengingatkan jika ada yang berbelok atau mundur. Bukan justru saling memberati dan makin menjauh dari-Nya. Jangan sampai saling menyalahkan jika ada satu dua kualitas kuantitas ibadah yang menurun.
4. Visi
Semoga gak lupa visi yang ditulis dulu, jangan sampai cuma muter-muter dan mengambang tanpa ada tujuan. Jangan sampai cuma biarin ngalir seperti air. Terus perbaiki diri, jangan jadi orang merugi akan waktu. You're not young anymore. Sibukkan dengan kebaikan, sibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat. Jangan mendaki tangga yang salah.
5. Akui kekurangan dan terus berusaha menjadi lebih baik
Pandang pasangan dengan kacamata lebih baik. Akui kekuranganmu dan apresiasi kebaikannya. Tetaplah berusaha menjadi lebih baik meski dengan segala kekurangan. Mari berjingkat dari zona nyaman. Banyak doa, banyak usaha, banyak istighfar.
***
Tulisan ini ditulis sebagai pengingat diri yang masih berusaha menjalani 'peran baru' ini dengan baik. Teruntuk ia yang mendampingiku di perjalanan yang in syaa Allah masih begitu panjang ini, semoga engkau bersabar dengan segala kekurangan dan kelemahanku.
Terakhir, sebuah doa.
Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyyatina qurrota a'yun waj'alna lil muttaqina imama, innaka antal wahhab. Aamiin.
Wallahua'lam bishowab.