Follow Me

Friday, June 13, 2025

Masihkah Matamu Berkaca Setiap Membaca Berita Saudaramu Di Sana?

Bismillah.

 

-Muhasabah Diri- 

 

Sebelumnya aku membuka sosial media untuk menemukan berita terbaru dari kabar saudara kita di sana. Sebelumnya, tanpa jeda tangan tergerak untuk share berita tersebut ke story. Tapi saat berita berita yang muncul memenuhi perasaan negatif, perasaan tidak berdaya, kesedihan, amarah, dll. Aku memilih untuk menghindar. Menutup mata. Meski tetap tidak bisa tidak tahu, karena di belakang kepalaku, aku tahu, menutup mata tidak menjadikan kejadiannya tidak terjadi. Saudara kita di sana, masih di sana, masih berjuang dalam rasa lapar, rasa sakit, dan begitu banyak kata deskripsi lain yang membayangkannya saja sudah membuat hati sedih. Tapi anehnya, hati mereka masih kokoh dalam keimanan yang seimbang antara khauf dan raja, takut dan asa.

 

Saat ini, aku lebih banyak diam saat kudengar dan kubaca berita tentang saudara kita di sana. Bibirku tertutup rapat, lidahku kelu, jemariku hanya mampu menekan ikon hati, tidak ada lagi semangat membagikan berita seperti dulu, karena rasa bersalah itu begitu berat. Menilik saat-saat aku menutup mata dan pura-pura tidak tahu akan apa yang terjadi di sana, dan ketidakberdayaanku, dan betapa lemahnya imanku. Karena jangankan memikirkan mereka, memikirkan diriku saja, aku masih kalah, kalah oleh sisi gelap diri, oleh dosa dan kesalahan yang berulang dikerjakan.

 

***

 

Berita tentang saudara kita di sana berganti, kau lihat orang-orang yang lebih banyak bersuara, yang lebih sibuk bekerja, dan melangkah. Lalu kau melihat kaca dan refleksi dirimu yang berdiam diri dengan penutup mata di kepala.

 

Aku hanya ingin bertanya padamu, adakah matamu berkaca-kaca saat berita tentang saudaramu kau baca dan kau dengar? Adakah hatimu tergerak, untuk mengufukkan doa yang tulus, doa yang tidak tergesa?

 

Wahai diri, kau boleh lemah, lalu terdorong arus. Kau bisa saja kehilangan kesadaranmu, lalu terjatuh dalam lubang kenistaan. Tapi saat kau terbangun dan mulai mengumpulkan kesadaranmu, jangan kau berdiam diri. Bahkan dalam kondisi lemah, kau seharusnya bisa bergerak dan mencoba keluar dari arus. Bahkan dalam kondisi baru jatuh, kau seharusnya bisa mengumpulkan azzam untuk bangkit dan keluar dari keterjatuhanmu. Bukankah oksigen masih Allah berikan secara gratis? Bukankah kamu masih bisa mendengar panggilan adzan yang merdu mengajakmu kembali dan meminta pada-Nya? Kemenangan ini hanya bisa diraih jika kau meminta dengan tulus pada-Nya, menunjukkan dengan kerja nyata dalam amal. Karena Allah tidak melihat besar kecil atau banyak sedikit.

 

Bukankah kau masih ingin berada di jalan yang sama dengan saudara-saudaramu di sana? Jalan lurus yang menanjak ini... jalan orang-orang yang telah diberi nikmat. ya, jalan ini bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan jalan mereka yang tersesat.

 


sumber gambar

Wallahua'lam bishowab.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya