Well.. kembali aku dibuat tersenyum, oleh mereka.. para peniti jalan yang asik, jalan asing. Mereka bukan follower yang ngikut saja pada kemana arus membawa mereka pergi. Mereka bukan air, yang hakikatnya mengalir dari atas ke bawah. Mungkin bisa dikatakan mereka adalah ikan salmon, yang siklus hidupnya aneh, karena berjuang melawan arus air, menaiki derasnya air terjun, menuju ke hulu walau kebanyakan orang menuju ke hilir. Well, again i am impressed, i am simpaty, i am interested to them, to the things they hold on tight.
Kalau kemarin, aku tersenyum pada mereka karena masalah hijab. Kali ini bukan tentang hijab, tentang sahabat dekatnya hijab? Bukan juga :P
Agak miris kalau harus menjelaskannya secara gamblang. Tapi biarlah miris, dari pada tulisan ini bukan memberi pencerahan tapi malah membuat keruh karena pesan yang tak tersampaikan.
Ini tentang integrity. Kejujuran. Kejujuran dalam arti seorang murid, seorang mahasiswa, seorang penuntut ilmu. Seperti kebanyakan kita tahu, sekarang ini.. kebanyakan dari kita (which is mean, bisa jadi aku salah satunya) sekolah atau kuliah tujuannya bukan lagi mencari ilmu, tidak lagi.. melainkan hanya sekedar ajang pengerjar nilai, IP, gelar, dan kawan-kawannya. Sadar tidak sadar, bisa jadi seringkali kita lupa pada tujuan dasar kita berada di sini (di kampus, di sekolah).
Hal tersebut di atas, kemungkinan besar terjadi karena keadaan saat ini yang menuntut semua pelajar baik itu siswa maupun mahasiswa untuk berprestasi baik, memperoleh nilai/IP setinggi-tingginya dan memperoleh gelar sebanyak-banyaknya. Dari kondisi yang ada itu, iman kita diuji.. integritas kita diuji.. sejauh mana ia menancap di relunghati, apakah ia hanya menancap beberapa meter, atau ia sudah menghujam dalam-dalam, erat dan tak tergoyahkan?
Kasus-kasus penguji iman dan integritas seringkali kita temukan di sekitar kita, mencontek, menyalin, bekerja sama di bidang ‘kejahatan’, dan csannya. Belum lagi maraknya bocoran-bocoran yang tiba-tiba saja menyeruak kala ujian sudah di depan mata. Menghela nafas, berat dan benci kala kita melihatnya. Geleng-geleng kepala, sesak nafas, tapi juga gatal ingin menjadi bagian dari mereka saja. Wah,.. kalau kalimat yang terakhir sudah terlintas di otak dan hati kita.. hati-hati!
Itu baru yang terlihat oleh mata, yang teraba oleh tangan, yang terasa kehadirannya. Adakah yang tak terasa kehadirannya? Ada! Sungguh ada! Bukan.. ini bukan kasus yang tidak kita lihat dan jauh dari pengetahuan kita. Bukan! Ia ada di depan mata kita, tapi somehow.. ia terlihat lebih cantik dan anggun. Ia menipu kita, hadir seolah bukan sebuah kebathilan (keburukan). Atau bisa jadi ia tidak menipu kita, ia tidak menyamar menjadi sosok yang terlihat baik, tapi kitalah yang rabun! Hati kitalah yang keruh, hingga sulit bagi kita membedakan yang haq dan yang bathil.
Ia hadir begitu saja, dimaklumi banyak orang.. bahkan bisa jadi kita ikut-ikutan mengangguk mempersilahkan ia untuk duduk di sebelah kita. Mempersilahkan ia membutakan hati nurani kita.
Contoh realnya : seseorang pernah bercerita padaku, tentang betapa ia benci, kesal dan jijik.. pada mereka yang suka mencontek saat ujian. Pada mereka, yang bisa dengan mudah mendapat nilai tinggi dengan modal mencontek. Pada mereka, yang seringkali nilainya mengalahkan orang lain yang benar-benar berusaha sendiri dalam mengerjakan ujian. Lalu beberapa hari kemudian, tanpa ia sadari ia membiarkan ‘sosok buruk rupa’ itu duduk disampingnya. Sebuah bocoran soal essay mata pelajaran X muncul di hadapannya. Takut dibilang pelit dan nyebelin. Ia sebarkan bocoran itu. Semua teman-temannya sibuk mencoba menyelesaikan soal-soal yang berjumlah 5. Tanya ke sana-sini untuk mendapat jawaban yang benar. Tidakkah ia sadar? Bahwa sebuah bocoran sama menjijikannya dengan tingkah temannya yang suka mencontek. Tidakkah hatinya berbisik ‘jangan! Ini salah!’ ketika ia melihat soal-soal itu? Lepas dari benar atau tidaknya bocoran soal itu.. itu tetap salah! Tetap sesuatu yang harusnya kita tentang keberadaannya, bukan malah kita terima dengan senang hati.
“Bukankah sesuatu yang salah, tidak lantas menjadi benar hanya karena banyak orang yang melakukannya?” (baca : noteku yang berjudul : hanya mengingatkan)
Astaghfirullah.. Astaghfirullah.. Ampuni hamba Ya Allah.. yang sering kali menutup mata pada kebathilan dan menganggapnya sebuah hal sepele. Ampuni hamba.. yang hatinya keruh dan sukar membedakan yang haq dan yang bathil. Ampuni hamba.. yang sering kali tak sadar kalau membantu mereka dalam ‘kejahatan’ juga merupakan hal yang salah. Ampuni hamba... yang hina, yang imannya lemah karena hanya bisa membenci dengan hati.
Kembali ke mereka yang seperti ikan salmon (bukan dalam arti yang sebenarnya hehe). Yang mengetuk hatiku pelan. Dan berkata : ‘Ini salah. Kamu tahu itu. Ini salah! Jangan membuta, jangan menuli, jangan membisu. Bukankah kau tahu ini salah?’. Mereka berhasil membuatku tertegun dan mengangguk mantap. Untuk setidaknya menuliskan ini. Menuliskan kebenaran. Tentang integritas yang sekarang ini sedang terkucil, terasing.
#sebuah kelas mengajak ‘bekerja sama’ untuk meraih sebuah nilai yang tinggi. Sebuah ‘kerja sama’ yang memaksa tiap individunya untuk meninggalkan hati nurani dan mengucilkan integritas. Hakikatnya kelas itu membodohi diri mereka sendiri. Karena aku yakin, tanpa ‘kerjasama’ itu.. mereka bisa mendapat nilai yang tinggi. Hakikatnya mereka merugikan diri mereka sendiri, karena dengan ‘kerjasama’ itu.. yang mereka dapat hanya angka, padahal ada ilmu yang lebih indah untuk digapai.
Untuk ku, untuk mu, untuk kita semua.. Mari tajamkan mata, telinga dan hati.. untuk lebih mengenali yang haq dan bathil. Kemudian tanpa ragu meninggalkan yang bathil dan menggenggam erat yang haq, walau terasing, walau indahnya dunia kita dapat. Ada yang lebih tinggi dan indah di sana.. di hulu dan bukan di hilir. JannahNya.. Jannah milik Allah swt.
"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.Maka tidakkah sebaiknya ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar?. "(Al Balad : 10)Wallahu ‘alam bisshowab.
(no more menyontek, memberi contekan, nyalin tugas, menerima bocoran, bekerja sama dalam keburukan) Bismillah.. Insya Allah. Laa haula walaa quwwata illa billah.. Tetapkan hati ini hanya padaMU. ‘Ihdinasshirotol mustaqim’
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya