Follow Me

Wednesday, April 22, 2015

Undangan Spesial


Bismillah.

#fiksi

Seorang gadis memakai khimar warna biru muda sedang asik menelusuri salah satu jejaring sosial miliknya. Sudah lama ia tidak membuka grup-grup di facebook, karena terlalu banyak, dan seringkali memusingkan jika harus dibaca satu per satu. Ia berhenti di sebuah grup komunitas, sebuah grup yang sangat sepi, karena ditinggal penghuninya. Bukan berarti para member left group, namun beralih ke jejaring sosial lain yang jauh lebih mudah dan lebih cepat di akses via smartphone.

Saat Feli masih asik menelusuri diskusi-diskusi di grup tersebut, seorang pemuda masuk ke ruang maya yang sama dan menge-post sebuah poster. Ada acara ta'lim menarik, yang menurut Rey sangat penting untuk dihadiri teman angkatannya tadi. Agar undangan tersebut dibaca, ia mulai mention satu demi satu teman yang ada di grup tersebut.

"Aku di-mention ga ya?" ucap Feli dalam hati sambil menyengir di depan layar lappie-nya. Ia penasaran, apakah namanya akan di-mention meski satu tahun yang lalu ia memutuskan menjauh karena perbedaan pendapat. Sambil menunggu jawaban pertanyaan isengnya hadir, ia membuka tab baru, berseluncur membaca beberapa kicauan di beranda Twitter.

***

"Saya sudah tahu kalau kamu akan protes", jawab Rey terhadap pesan dari Feli. Diujung sana, wajah Feli begitu geram. Feli memang sudah agak sensi terhadap Rey yang beberapa waktu yang lalu juga membuatnya kesal. Dan kejadian tadi siang membuatnya naik pitam. Kalau ada emot palu, pasti Feli kirim! Biar Rey tahu kalau dia begitu kesal.

Yang membuat Feli marah adalah letak namanya saat di mention, di paling akhir, dan hanya namanya. Berbeda dengan komentar sebelumnya, ada sekitar 6 nama ditiap komen. Mungkin saat itu facebook memang masih dengan settingan hanya bisa mention 6 nama dalam 1 komentar, sehingga tanpa sengaja, nama Feli di mention Rey sendirian. Mungkin   begitulah takdir menguji emosi Feli, dan kali ini ia belum lulus, tumpukan "emosi" itu kini meledak, meski tak menyisakan asap.

Perlahan emosi Feli turun, dan atas undangan itu, ia akhirnya mengirim konfirmasi ke koordinator akhwat angkatan.

"Maaf ga bisa hadir," tanpa keterangan, tanpa basa-basi. Sudah setahun lebih sejak ia menjauh. Dan catatan buatannya, berhasil menghentikan sms JARKOM dari Ibu Korwat Komunitas. Ada perasaan yang bertengkar saat itu di dadanya, ada rasa rindu ingin bertemu wajah meneduhkan saudari-saudarinya, dan ada ego karena tidak ingin dianggap bagian dari "mereka" lagi.

***

MALAM HARI SEBELUM ACARA

"Feli, dateng nggak besok?"

"Nggak"

"Undangan spesial lho.."

"Apaan" Feli mencoba mengeraskan wajahnya, sok cuek. Berharap Nadia, teman sekamar yang juga diundang ke acara esok hari, tidak melanjutkan percakapan itu. Setelah Nadia berlalu, Feli menghela nafas pelan, wajahnya memanas, dan matanya mulai berkaca.

"There's somebody else who realize that... " tik. Tidak ada yang tahu mengapa hal sekecil itu bisa menyakiti hati Feli. Padahal ucapan Nadia mungkin sebuah canda. Namun tidak bagi Feli, ada duri yang menusuk-nusuk dirinya, setiap kali kejadian serupa itu hadir.

Duri yang pertama sanggup ia tahan perihnya. Sebuah komen, "Boleh minta posting poster syukwis di akun?"

Duri yang kedua berusaha ia lupakan. Sebuah sms, "Publikasi Kajian tolong di post ya"

Duri yang ketiga tidak bisa dicabut. Sebuah tanya yang berulang kali di utarakan di forum ikhwan akhawat. Dan sebuah komen dari ikhwan lain di grup tadi "Kalo adminnya ikhwan akan diberi...., kalo adminnya akhwat akan dijadikan...." "Siapa dulu adminnya?"

Duri yang keempat, feli harap yang terakhir. Sebuah mention, yang bisa berujung fitnah. Bukankah sudah tahu, lalu mengapa masih dilakukan?

Derai hujan basahi bumi Allah, sejukkan hati feli yang memanas hampir meledak lewat dua tiga empat kejadian. Untuk kali ini, feli belum lulus ujian kesabaran.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya