Follow Me

Sunday, April 17, 2022

Yang Harus di Curigai Itu Dirimu, Bukan Rencana-Nya

Bismillah.
Pekan itu, pekan ke 7 kegiatan guidelight pro batch 5 membahas surat Maryam. Pekan itu, aku membaca pemantik sharing session, tentang istidraj, membaca pula pesan dari tim contdev, agar saat membahas istidraj, kita tidak hanya fokus menunjuk ke orang lain, tapi muhasabah diri pula.

Oh ya, pekan ke 7 ini berat, karena yang dibahas dari ayat 66-82 kalau gak salah. Dan bahasan tentang istidraj adalah tadabbur untuk ayat 73-75. Tentang orang-orang kafir yang merasa dirinya lebih baik, karena memiliki perkakas rumah tangga yang lebih bagus dan lebih sedap dipandang.

Sharing sessionnya seperti biasa berjalan dengan baik. Aku pun sudah menyampaikan penekanan dari tim contdev. Karena memang benar, kita gak bisa benar-benar tahu apakah kenikmatan duniawi yang dimiliki seseorang itu sebuah istidraj atau bukan. Maka lebih baik fokus muhasabah diri, agar kita tidak terlena dengan nikmat yang ada.

***

Pekan depannya, pertemuan terakhir, study series terakhir. Ada sesi sharing di awal, setelah sebelumnya dibuka dan dibacakan ayat quran. Qadarullah ustadz belum masuk room, jadi ada sesi sharing tentang hikmah atau tadabbur dari materi udah dibahas sebelumnya.

Aku ingat salah seorang buka mic, dan bercerita muhasabahnya, saat ia merasa melakukan suatu dosa, tapi Allah masih saja memberikan nikmat untuk bangun malam. Dan hal itu dia jadi bertanya-tanya, apakah itu istidraj? Mungkin perasaan bersalahnya menjadi makin besar, karena ia takut, ia masih dilancarkan bangun malam, tapi juga merasa nyaman dengan kesalahannya. (**ini ada intrepertasi dari saya, semoga Allah memaafkan kalau misal saya salah)

Saat mendengar itu saya agak menyernyitkan dahi. Ada sesuatu yang mengganjal. Aku bertanya-tanya..

Apakah kita boleh menganggap itu istidraj?
Bukankah itu bukti bahwa Allah begitu menyayanginya?

***

Time passed. Waktu berlalu. Program batch sudah selesai. Aku belum. Aku jujur saja merasa bersalah, karena merasa gak bisa maksimal saat program berjalan. Beda banget sama batch sebelumnya. So I listened to explanation about Surah Maryam. Mendengar insight berbeda, dari ayat 75. Falyamdud rahmanu madda. Diperpanjang, karena bentuk istidraj, Itu yang pertama. Yang kedua, diperpanjang juga, karena Ar rahman, juga memberi kesempatan, barangkali ada yang di waktu tersebut ada yang bertaubat dan kembali pada Allah, mengambil petunjuk dariNya.

Sama seperti diutusnya Nabi Musa 'alaihi salam kepada Fir'aun dan kaumnya. Allah knows exactly how Firaun will end up to be. But Allah Arrahman. Kesempatan taubat itu masih dibuka, bagaimana Allah memerintahkan Nabi Musa berdakwah dengan qaulan apa?

Back then, gak ada yang tahu apakah harta Qarun itu istidraj atau bukan. Sampai... till his time's up. We can only say it is istidraj or not, when the time is up. Sebelum itu, sebelum itu... yang perlu kita lakukan cuma dua:

1. berbaik sangka pada Allah,
2. banyak-banyak ngaca (muhasabah diri).

Karena yang harus dicurigai itu diri kita, yang seringkali, nikmat dari Allah deras mengalir, tapi dengan mudah kita berpaling, berbelok, pun tak merasa bersalah hanya karena merasa masih banyak diberi nikmat.

Adapun jika kita kita berdosa, tapi ibadah kita masih dimudahkan oleh Allah, meski feel-nya pasti bakal berkurang.. Jangan anggap itu bentuk istidraj. No. It's not. Itu karena Allah sayang, begitu sayang padamu. Jangan terbalik. Seperti judul postingan ini. Yang harus dicurai itu diri kita, bukan rencana-Nya.

Wallahua'lam bishowab.

Mohon koreksinya kalau ada yang salah dari apa yang aku tulis.

***

PS: Saat menulis ini aku teringat sesuatu. Aku lupa siapa yang menyampaikan atau kapan. Masih terkait istidraj. Seorang ustadz memberitahu, kita tahu sebuah hal baik untuk kita apa gak, kalau hal tersebut mendekatkan kita kepada Allah, tapi kalau menjauhkan berarti gak baik. Begitupun nikmat dariNya, termasuk nikmat sehat dan waktu luang TT. Mari belajar mensyukuri setiap nikmat dariNya, agar nanti, when time is up, we know that all of that is not an istidraj.

PPS: Terakhir, beneran hehe V. Yang menulis ini masih perlu banyak beristighfar dan bertaubat. Masih perlu banyak belajar berbaik sangka pada Allah dan mencurigai diri. Jika, jika ada yang membaca ini, dan ambil manfaat, doain yaa semoga bisa istiqomah di jalan-Nya. Sekian. It's still Ramadan, let's make more and more du'a than usual. 

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya