Follow Me

Thursday, March 9, 2023

Sedih dan Takut yang Sehat untuk Mental Kita

 Bismillah.

 #blogwalking

 

Yeay... hashtag blogwalking kembali lagi hehe. Buat yang belum pernah baca tulisan blogwalking di blog ini, aku kasih tahu aturan mainnya ya:

1. Baca prolog

2. Baca kutipan

3. Tertarik baca tulisan lengkapnya, langsung meluncur ke link tersebut.

4. Close tab post ini

***

 

Jadi, di zaman sekarang, saat mayoritas orang sudah aware tentang kesehatan mental, kita seringkali jadi paranoid terhadap emosi sedih dan takut yang natural dirasakan manusia. Kadang, kita gatau kadar seperti apa yang bisa memasukkan kesedihan dan ketakutan kita termasuk ke penyakit mental.

 

Nah, dari blogwalking kali ini, aku belajar caranya menghindari sedih dan takut yang bisa menyeret kita ke penyakit mental.


Sedih dan takut berlebihan dalam urusan dunia, lalu kamu jadi kena mental gara-gara tak bisa meraihnya? Ah, jangan dibiasakan begitu. Nggak usah manja, apalagi cengeng. Jangan sampe kamu mental gara-gara kena mental (eh, ini kamu bisa bedain kan cara bacanya?)

Sedih dan takut boleh aja, asalkan hal itu terkait urusan akhirat. Sedih dan takut kalo berbuat dosa. Betul, sebab dosa itu kesusahan dan bikin ribet. Maka pantas kalo kita sedih dan takut. Syaikh Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata, “Kosongkan hatimu untuk sedih dan takut, sampai keduanya dapat bersarang. Apabila sedih dan takut bersarang di hatimu, maka keduanya akan membentengimu dari melakukan maksiat dan menjauhkan dirimu dari api neraka.” (dalam Siyar A’lam an-Nubala, jilid 8, hlm. 438)

- O. Solihin, dalam tulisan di blognya yang berjudul "Mental Kena Mental?"

 

 ***

 

Sekian tulisan blogwalkingnya. Udah meluncur ke web di atas semua kan? Kalau belum, bisa langsung klik di judul tulisan yang ada di bawah kutipan.

 

Adapun di sini, aku cuma mau nambahin yang gak sesuai tema hehe. It's been so long since I visit reading list in this blogger email. Dan dari beberapa tulisan yang kubaca, yang satu ini membuatku tergerak untuk membagikannya.

 

Membaca tulisan O. Solihin pertama mengingatkanku betapa aku suka tulisan beliau. Teringat saat baca buku Jangan Jadi Bebek 1, 2, trus lanjut buku SOS. Aku kagum sama cara penyampaian beliau yang gayanya masih pas buat anak-anak muda. Padahal usia beliau tentu sudah gak muda. Dari pembuka, sampai penutup. Aku juga malu, malu membaca betapa berisinya tulisan beliau. Contohnya saat beliau mengutip penjelasan sabar dalam ketaatan dari Ibnu Qayyim Al Jauziyah.

 

Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah menjelaskan, “Pada amalan ibadah yang dilaksanakan, seorang hamba membutuhkan kesabaran pada tiga keadaan: 1) sabar sebelum memulainya dengan meluruskan niat ikhlas dan menjauhi segala hal yang berpotensi menumbuhkan riya’. Juga dengan membulatkan tekad untuk menyempurnakan ibadah semaksimal mungkin; 2) sabar selama beramal dengan senantiasa menjaganya dari hal-hal yang akan mengurangi kesempurnaannya. Senantiasa menjaga kelurusan niatnya. Selalu menghadirkan kalbunya agar dia mengingat Allah di dalam ibadahnya; 3) sabar setelah selesai dari ibadah.”

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah melanjutkan bahwa ada tiga poin yang harus diperhatikan: Pertama, hendaknya dia bersabar agar tidak melakukan sesuatu yang  menghancurkan pahala amalnya. Allah berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melenyapkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)”  (QS al-Baqarah [2]: 264)

Kedua, hendaknya bersabar agar tidak terkena penyakit ‘ujub (bangga diri). ‘Ujub lebih berbahaya dari sekian banyak bentuk kemaksiatan.

Ketiga, menjaga kerahasiaan amalannya, jangan dia sebarluaskan. (dalam ‘Uddatus Shabirin, hlm. 52)

 

Anyway, meski sedikit insecure, semoga tidak mengurangi semangat menulis ya. Karena, meminjam satu kalimat dari puisinya Teteh Mata' Salman ITB, Teh Linda kalau gak salah inget >< *maafkan aku atas lemahnya memoriku hehe. Di blognya, aku membaca sebuah kalimat, yang sampai sekarang masih aku pegang erat. Menulislah, sesederhana apapun itu.

 

Terakhir, untukku dan untuk siapapun yang membaca sampai baris ini. Mari menulis, sesederhana apapun itu.

 

Bye 5~


Wallahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya