Follow Me

Saturday, March 18, 2023

Membaca Sepotong Mozaik Hidupnya

Bismillah.


It's been so long since I log in to blogger with that email. Email yang saat aku login blogger, di dalamnya terdapat 533 blog dalam daftar bacaanku.

 

 

Salah satu dari lima ratusan blog itu, adalah blog seseorang yang kukenal dulu saat di Bandung. Kini ia tinggal jauh. Sebenarnya aku juga tidak terlalu dekat dengannya, tapi ia adalah sahabat baik dari teman dekatku. So I know her, and I follow her blog. She's aware of that too. Aku tidak ingat pasti, tapi aku pernah meninggalkan jejak komentar di sana, lalu ia juga berkunjung balik, dan mengomentari salah satu postingan tertuaku di blog ini.

 

So I read her blog, since so long ago. Lalu aku tertegun, tentang hal-hal yang ia ceritakan di sana. Her difficulties, her struggle, her past. I feel like I didn't have right to read, tapi saat Allah menakdirkanku untuk membacanya, artinya, ada yang seharusnya aku lakukan. Even if it's just a du'a.


It's not my first time reading some suicidal thought of other people. But it's different when that person, is not a stranger, it's someone we use to know. I can clearly remember how she smiles. I never could imagine that behind that lovely smile.. there's a sorrow hidden beneath. I feel like I should offer my hand, but how can I... I'm afraid that it would offend her. So for now, I can only choose to write, and hopefully I remember to make dua for her.


I know she'll be fine. And hopefuly she's fine now. Karena aku, meski tidak pernah mengalami kesulitan yang ia rasakan. Aku juga pernah mengisi blog ini dengan berbagai emosi gelap dan biru. Yang mungkin jika dibaca orang lain, seolah aku selalu berada di palung kesedihan. But I didn't. Allah Maha Adil. Kondisi manusia naik dan turun, siang dan malam, manis dan pahit. Tidak pernah berhenti di satu titik. That's why it's called state. the state of life. Hanya saja, aku menemukan menulis sebagai 'udara'-ku untuk mengeluarkan sedikit dari emosi negatif tersebut. Karena di dunia nyata, I mean, beside here, and my diary, I'd rather not let anyone know.


Penutup. Terima kasih sudah menulis. Karena jika tidak ditulis, aku pasti tidak akan membacanya. Semoga kau tidak keberatan saat tahu aku membaca sepotong mozaik hidupmu. Jangan takut akan anggapanku tentangmu. Kau tahu? Sepotong puzzle tidak bisa mewakili seluruh gambarannya. I know despite what you write there, you're stronger, you're better. Semoga Allah melindungimu, menguatkanmu, dan membimbing langkahmu. Cause we're lost without His Guidance, that's why He give us shalat to us. Karena Allah tahu seberapa kita membutuhkan hidayahnya. Semoga Allah memberikan kita khusyu' sehingga tiap kali kita membaca "ihdinash-shiratal mustaqim", kita membacanya bukan hanya di bibir, tapi juga di hati. Aamiin.


Salam rindu, dari salah seorang pembaca mozaik hidupmu. Maaf, karena saat ini hanya bisa menjadi silent reader. -kirei

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya