Bismillah.
Ingin menulis banyak hal di dalam satu postingan, berbagai topik yang tidak bersambung. Banyak curhat. Hehe. *early warning, barangkali ada yang mau menghindari baca tulisan gak penting hehe.
***
Age Limitation
Baru-baru ini, liat di instagram projek nulis gitu. Dari ig @yuk.iqro, temanya juga bagus banget, "Berani Patah untuk Merekah". Sayang aku gak masuk range age limitation yang ditetapkan panitia hehe. Jadi berasa tua hehe.
Oh ya, tentang batasan umur ini, aku udah gak kaget-kaget banget sih, karena bukan pertama kali, nemu projek yang ingin diikuti dan gak jadi daftar karena batasan umur tersebut. Kalau gak salah, pas batch 4 guidelight project indonesia juga pengen daftar jadi peserta. Tapi gak bisa, tapi qadarullah diberi kesempatan buat gabung di superteam, jadi tetep bisa merasakan semua programnya. Menciduk manisnya menghafal dan mempelajari bareng-bareng surat Luqman, pun di batch selanjutnya, surat Maryam.
Sebenernya... dulu, pas jadi superteam guidelight batch 4, ada juga pendaftar yang mungkin baca, atau gak baca, tapi daftar meski gak masuk batasan syarat. Dan sebenarnya, tergantung panitianya, ada saat-saat diberi pengecualian, asalkan ia mau komitmen untuk mengikuti projek. Tapi.. tapi aku bukan tipe orang yang seperti itu. Kalau aku melihat sebuah 'pagar', aku tipe yang memilih langsung mundur dan mengucapkan selamat tinggal. Aku bukan orang-orang yang mau mendekat dan mengetuk pintu, barangkali ada yang mau membukakan gerbang. I used to it. Bahkan kadang, kalau kata ayah, kadang bukan orang lain yang membuat 'pagar', tapi aku sendiri. I put limit to myself, sometimes, it's really not good for me. Karena aku, jadi membatasi diri atas hal-hal yang sebenarnya aku bisa saja 'melewatinya'.
Tentang age limitation ini, ada pilihan untuk bereaksi. Aku bisa saja sedih, atau kecewa. Bisa sinis juga. Penasaran, berapa banyak anak-anak muda, yang tahu rasanya patah untuk merekah. Padahal, mereka bisa jadi lebih banyak pengalaman dan lebih tahu rasanya patah, ketimbang orang-orang tua. Karena usia tidak menentukan pengalaman seseorang. The young one in Palestine, sure have been experiencing much more than the young one in Indonesia. hmm. it doesn't sound right too. Intinya, gak boleh generalisasi dan justifikasi.
Anyway, instead of feeling sad or upset because of the age limitation.. perasaanku untuk share lebih besar. I'm always excited to share and encourage people to write and read. Aku dulu juga gak tahu kalau aku kaya gitu, sampai ikutan matrikulasi, dan ada pembagian kelompok sifat, mirip-mirip koleris, sanguin, melankolis. Tapi ini DISC, aku gak terlalu inget kepanjangan S dan C, karena dari hasil 'tes kecil' tersebut, aku menemukan kalau aku Influencer dan Dominant. No i am not an influencer like artist, diksi influencer maknanya seperti itu di mata orang-orang ya. But I have that personality inside me. Aku suka ngajak dan mempengaruhi orang lain, hopefully in a good way. Kalau boleh milih hal-hal yang suka aku ajak ke orang lain, aku ingin 3 hal ini: menulis, membaca, dan quran. Literasi dan quran. That's why I love the concept of that ig @yuk.iqro.
Penutup topik ini, untuk siapapun yang masih muda, banyak-banyakin ikutan program yang sesuai passionmu. Sebelum nanti kaget akan age limitation, yang mungkin akan kau temui di tahun-tahun tertentu.
Imposter
Topik yang satu ini, gak pengen aku jabarin panjang sih. But sometimes, I feel that, being an imposter. Mungkin karena kondisi dan situasi khusus, sehingga ada momen saat aku merasa berada di tempat yang salah. I play and pretend to be the same, to be one of them. But actually I am not. So it's a strange feeling. I wish I never join/involve in that kind of setting anymore. I wish I disappear and no one would remember me or even recognize that I am there too among the other.
The Introvert Side of Him
Dari dulu, sebenarnya aku tahu, ia seorang introvert. He almost always keep silent and calm. Never raise his voice, observant and all the good quality of introvert. I've seen him from child till now. But I never know that he is "that introvert", until I somehow manage to be the "facilitator".
Rasanya aneh, 'berkenalan' dengan adikku dengan cara menjadi 'fasilitator'. Menyimak pertanyaan-pertanyaan dan jawaban. Terkadang seperti disindir, karena yang ia cari seolah-olah 180 derajat dari diriku. As if he's saying, he doesn't want someone like his sisters wkwkwk. Aku tahu sih, ini sisi sensitif dan baperku aja. He just have his own type of person he's looking for. Tapi entahlah, rasanya kaya kesindir aja, membaca jawaban-jawabannya.
Anyway. Balik ke subjudul, sisi introvert. Aku sebenarnya belum terlalu kenal dunia introvert, aku dulu mengaku seorang ekstrover, lalu mengaku ambiver, lalu menyadari kalau aku juga punya sisi introver yang butuh charging diri dengan menyendiri. Entah sejak kapan, aku merasa sangat butuh waktu untuk sendiri, meski orang lain mengira aku sudah kebanyakan waktu sendiri. I enjoy being alone in my room, with the door closed. As if I don't want anyone to disturb me. Sisi ini, yang kadang membuatku tidak bisa membayangkan, bagaimana nanti jika sudah punya anak. Mungkin aku perlu wawancara sama ibu-ibu introver hehe.
Sisi introver adikku. Aku kira aku tahu sedikit. Tapi saat ia memberikan alamat instagramnya, which I never follow or even knew it is existed. *what a broken grammar. Instagramnya kosong, tanpa postingan apapun. Ada beberapa highlight story. Setelah aku follow, aku buka dan baca satu-satu. It's interesting. Aku jarang-jarang kepo tentang adikku, tapi mengetahui sisi lain ini, aku penasaran.
Yang pertama, tentang istilah-istilah pecinta sesuatu. Dan slide terakhir, gombal wkwkwk. Who taught him about this hahaha. Rasanya ingin menertawakannya, he's really a man now. I always see him as a child.
2 Highlight selanjutnya yang membuat aku ingin menuliskan ini. Introvert problem 1 dan 2. Rasanya seperti baru tahu sisi introvert yang seperti itu. I never knew that side of the world. I never really dive into introver meme and amused by everything it says. Ternyata segitunya yaa.. hehe.
Beberapa yang ingin kusimpan disini.
juga ini, jadi tahu harus wa dulu mau telpon tentang apa kalau ke adik
and this one is hilarious ^^
Membaca introvert problem di highlight ig adikku, membuatku sadar kalau aku bukan introver murni. Karena ada beberapa waktu aku benar-benar ingin keluar dan bertemu orang asing. I enjoy being alone in unfamiliar place, with strangers who doesn't talk to me. Aku tipe introver yang begitu. I enjoy being alone outside. And why I suddenly talk about myself more wkwkwk. Anyway, lesson learnednya.. jadi mengenal lagi adikku. Mengenal lagi sisi dunia introver yang ternyata belum terlalu aku kenali.
Btw, I don't know why [1], but when thinking about introver, I think about another ig account. Do you know @sendysaga? I enjoy his drawing, and I know he wrote a book about introver. I don't buy it, cause I feel like I don't really need it. Tapi gatau kenapa pengen bantu promosi di blog ini, meski kenal orangnya juga kagak, dan blog ini yang baca cuma satu dua. Just in case ada yang tertarik beli.
***
Terakhir, untukmu yang udah lama gak nulis di blog. Mari mulai menulis lagi. Coba gunakan otak kanan, menulis random topik. Seperti ini, tidak mengapa. Jangan banyak berpikir tentang urusan teknis menulis, atau buru-buru memakai sepatu pembaca. Just be yourself, and write what are you thinking, em.. what you are thinking. *you can see how messed up this post is, but I still write it. Mengedit itu, bisa dilakukan nanti. Saat ini, menulis dulu. Karena cuma dengan cara itu kamu memaksakan dirimu menulis lagi, setelah lama tidak menulis.
Ayo, nulis yuk. Aku sudah rindu ingin membaca tulisanmu. Ups, ini gombal. Tapi bener deh, kamu mungkin tidak tahu, tapi ada orang lain yang rindu ingin membaca tulisanmu. Mungkin bukan aku, tapi ada. Dan mungkin, justru orang itu adalah dirimu sendiri. Menulislah, nanti dirimu di masa depan akan bersyukur, karena kamu sudah menulis di masa ini. Karena menulis sekarang underated banget, buat menyimpan memori. Seolah memori hanya disimpan dalam foto dan video. Padahal kan bisa lewat tulisan juga.
So let's write. Sesederhana apa pun. Menulislah.
Wallahua'lam.
***
PS:
[1] I think I know why. That account @sendysaga, I have some attachment to it. Lewat projek e-book Tak Hingga (cek di menu ebook blog ini). Aku bukan tipe yang mengetuk pintu dan meminta pagarnya dibuka. Tapi projek itu, meski sudah lewat batas deadlinenya, aku memilih untuk mengirim tulisanku, disertai permintaan maaf karena sudah lewat batas waktu pengumpulan. Bagiku saat itu, itu sebuah keberanian, keberanian untuk membuka diri, keberanian untuk mengakui sebuah kesalahan yang tidak kecil. That's why. I think that's why I remember about that account when I think of 'introver'. I wish I can help, even just to encourage people to read and buy his book.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya