Follow Me

Wednesday, November 27, 2024

Tentang Self Awareness

November 27, 2024 0 Comments

Bismillah.

#buku #nukilbuku

Nukil Buku "Yang Belum Usai | Pijar Psikologi"

 


 

Aku akhirnya membaca lagi buku ini, setelah menyadari ternyata aku belum selesai membacanya. Kali ini temanya tentang self-awareness, kalau diartikan secara literal kesadaran diri.

 

Dibagian awal, disebutkan tentang otak yang mempunyai cara kerja, yang membuat kita melakukan suatu hal tanpa perlu berpikir, autopilot. Hal itu yang membuat kita tanpa sadar, tidak memiliki banyak self-awareness. 

 

"Sebuah penelitian di Inggris menemukan bahwa 96% orang di Inggris terbiasa bekerja dalam mode autopilot. Hal itulah yang menyebabkan kita sering kali merasa waktu berjalan begitu cepat tanpa tahu apa yang sudah kita kerjakan selama ini.

Parahnya lagi, kita jadi tidak terbiasa menyadari apa yang terjadi di dalam diri kita sendiri. Sehingga seringkali kita tidak memahami kelebihan dan kekurangan kita, apa yang kita mau, bagaimana respons kita terhadap sesuatu, atau mengapa kita tidak suka melakukan sesuatu."


Aku dulu gak paham pentingnya self-awareness, sampai aku bertemu salah satu fase dalam hidup, saat aku merasa kehilangan diriku. Saat itu aku seolah lupa dan tidak bisa menentukan sebenarnya aku itu yang mana? Yang dulu atau yang sekarang? Ada perubahan yang drastis. Ada kebingungan, seolah tersesat di dalam hutan. Lalu aku belajar ulang dan mencari tahu lagi, dari segala label buruk yang aku lekatkan sendiri pada diriku, yang mana harus aku lepas, karena salah naruh. Dan yang mana pula, harus aku akui dan berdamai, kemudian belajar memperbaiki.


Self-awareness juga dibutuhkan agar kita tahu, mengapa kita memilih reaksi otomatis A untuk kejadian B. Mengapa misalnya kita suka menghindari masalah daripada menyelesaikannya. Mengapa kita lebih suka diam dan menyimpan masalah sendiri, daripada bercerita dan meminta tolong kepada orang lain. Atau mengapa kita sering emosi atau marah tentang makanan, misalnya, dll, dst. Dan proses ini, tidak mudah. Kenapa?


Untuk mendapatkan self awareness, kita perlu kejujuran, keterbukaan, dan penilaian tanpa penghakiman terhadap diri kita sendiri.

Hal tersebut sangat sulit dilakukan karena kita sudah ter-setting dengan segala value, keyakinan, dan memori yang melekat pada diri kita.

Setting tersebut membuat kita sudah punya opini tertentu tentang semua hal, sehingga sangat sulit untuk dapat melihat berbagai hal yang kita alami sebagai sesuatu yang netral.


***


Di dalam buku ini dijelaskan ada 3 hal yang membuat self-awareness menjadi sesuatu yang sulit. Apa aja 3 hal tersebut?


1. The blind spot
 

Sama seperti kamera yang diletakkan di sisi tertentu, dan memiliki blindspot. Kita juga memiliki blindspot dalam caranya memandang diri sendiri.

 

Ada banyak yang tidak bisa kita lihat, tapi secara jelas dapat dilihat orang lain.


Nah, di sini kita butuh bantuan dari orang lain. Entah itu keluarga, teman, atau bahkan psikolog.

 

Aku ingat saat aku melabeli diriku sebagai seseorang yang cengeng. Tapi kemudian aku diingatkan lewat cerita ibuku, bahwa aku pernah menjadi anak yang tidak mudah menangis. Atau saat aku merasa sangat pesimis, aku diingatkan bahwa aku pernah menjadi seseorang yang optimis. Aku juga teringat saat aku bertemu psikolog dan bercerita masalahku, kemudian dari feedback-nya aku jadi mengenali. Ternyata pilihanku untuk menghindari masalah dan memendam perasaan, mencoba menyelesaikan sendiri dan tidak meminta tolong, itu karena kejadian di masa lalu yang terulang dan menjadi pola "autopilot"-ku saat bertemu masalah. Padahal dalam hidup, akan ada masalah yang mengharuskan kita untuk berani bercerita, dan meminta tolong.
 

2. Introspection illusions 

 

Kita cenderung melihat diri sendiri secara lebih positif. Sehingga sangat sulit untuk menilai diri kita sendiri secara objektif tanpa terbawa kecenderungan dan value yang sudah melekat pada kita.

Ilusi ini membuat kita sulit untuk menerima kesalahan diri, dan belajar untuk memperbaikinya. Juga sulit untuk menerima kekurangan diri, dan belajar untuk berdamai dan hidup dengannya. 

 

3. Confirmation bias

Confirmation bias membuat kita memiliki kecenderungan menilai diri kita sendiri berdasarkan apa yang ingin kita percaya. Atas sebab itulah, kecenderungan ini dapat menyulitkan proses self-awareness kita.

Kita akan lebih tergerak menilai diri kita sendiri berdasarkan value yang kita inginkan dibandingkan menilai secara jujur apa adanya. Belum lagi, kita cenderung melebih-lebihkan apa yang kita yakini.

Kita akan mencaci maki diri kita saat sesuatu yang buruk terjadi. Namun, cenderung merasa hebat ketika kita berhasil melakukan sesuatu sesuai keinginan. Padahal, mungkin kenyataannya tidak seperti itu.


Bias ini, membuat kita hidup dalam "kotak" dan tidak mengenal diri yang sebenarnya. Dari sini, aku belajar pentingnya untuk bertukar pikiran dengan teman, untuk menghilangkan bias tersebut. Termasuk membaca buku, karena membaca buku dapat meluaskan pikiran kita, dan menyadarkan kita, jika apa yang kita yakini terlalau dilebih-lebihkan. Kita juga belajar banyak sudut pandang dari membaca buku.


***


Satu hal lagi tentang self-awareness yang aku ingat sekali. Sebuah video Amazed by The Quran S2.

 



Penggalan ayat 7 Surat Thaha. Fa innahu ya'lamussirra wa akhfa, Allah knows the secret and what's more hidden.

وَإِن تَجْهَرْ بِٱلْقَوْلِ فَإِنَّهُۥ يَعْلَمُ ٱلسِّرَّ وَأَخْفَى
Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi.


Ayat ini mengingatkanku untuk kembali kepada Allah agar mendapatkan self-awareness. Karena yang mengetahui kita, bahkan yang lebih tersembunyi dari rahasia, itu adalah Allah.


"When you get to know Allah, when you start to remembering Allah, then Allah makes you more aware of yourself than you've ever been." - Nouman Ali Khan

 

Baca juga: You Can Find Yourself Again 

 

***

 

Setiap dari kita, sedang dalam perjalanan mengenal diri dan mengenal Allah. Semoga di perjalanan panjang dan penuh naik turun ini, Allah berikan kemudahan dan keberkahan. Aamiin.


Sekian. Bye~


***


PS: Aku baru sadar, bahwa buku "Yang Belum Usai" dari Pijar Psikologi terdiri dari beberapa artikel dengan penulis yang berbeda. Dan untuk bahasan Self Awareness ini, ditulis oleh Ayu Yustitia. Di buku ini, dibahas juga tipe-tipe self awareness, cara mendapatkan self-awareness, dll. Bukunya bisa di pinjam di iPusnas. Ada lumayan banyak copy-nya, jadi nggak perlu ngantri.


Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.


Friday, November 22, 2024

Mereka yang Sukses adalah Mereka yang Berjuang

November 22, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

So I heard the news about other people's decision, and their judgement. But what I heard, is as if, they judge me too.. No I'm not taking anything personal. I know precisely that their talking about someone else. It's just.. me, I'm, I'm projecting and reflecting on their judgement to myself.


I know the truth behind the sentence. And I agree with it,


"Mereka yang sukses adalah mereka yang berjuang. Yang mau bertahan meski berada di lingkungan yang tidak nyaman. Yang tidak mudah menyerah, yang berjuang, dan fokus pada apa yang ingin digapainya."


That's a good sentence, with a true value, that I should learn in life. But here I am looking at the mirror as seeing the "bad shape of me". I'm still here, not growing, and not becoming a beautiful bonsai also. I am still me, still far from growing. Just barely alive, dreaming a lot, but take just a slow little step a head, while often to take a step back, and drown myself with unnecessary things. 


I am afraid though. I always in a big snow ball of feeling afraid. Aku takut aku bukan termasuk orang-orang yang berjuang. Aku takut, aku dipanggil dalam keadaan seperti ini.


So right now, as I am afraid. Let's use this emotion to make a dua. Allahumma inna nas-aluka husnul khatimah wannajata minannaar. Aamiin.

Monday, November 11, 2024

Rabit Hole

November 11, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

Jatuh di lubang kelinci punya konotasi negatif. Tidak seindah imajinasi di cerita Alice in Wonderland.

 

***

 

Sudah hampir 2 pekan rasanya jatuh, lalu turun menghilang, masuk ke dunia dalam kepala. Tentu tidak menghilang seperti dulu, saat masuk gua. Kegiatan sehari-hari masih berjalan, terlihat aman. Tapi ada beberapa hal yang jelas terlihat tertinggal, terseok jalannya. Hanya mungkin tidak banyak yang tahu di sisi yang mana, di bagian yang mana. Tapi yang merasakan sendiri, sebenarnya bukan tidak tahu, hanya pura-pura tidak peka.

 

Menulis ini mengingatkanku tentang tulisan Karet dan Gelombang Laut. Meski teorinya sudah tahu, tetap saja, mencoba memetik hikmah dari pengetahuan tidak semudah itu. Gelombang laut itu surut, mengering hingga ke dasar palung. Aku masih belum terbiasa, masih ingin sestabil batu. Tapi katanya wajar manusia naik dan turun.


Baca juga: Karet dan Gelombang Laut (sedikit tentang psikologi laki-laki dan perempuan)


***


Rasanya seperti jatuh ke lubang kelinci. Tapi bukannya mencari jalan untuk keluar, aku memilih berdiam lebih lama dalam dunia dalam kepala. Aku bertanya-tanya, sampai kapan menipu diri dan bermimpi di siang bolong. Aku bertanya-tanya, apa jika aku menuliskannya, menuangkan apa yang memenuhi kepala, apa itu bisa membantu?


Rasanya, aku tahu mengapa aku terdiam lebih lama saat tahu aku terjatuh dan masuk ke rabit hole. Rasanya terlalu takut untuk bangkit dan keluar dari sini. Ingin memejamkan mata saja, merasakan betapa kotor diriku bertemu bermacam jenis tanah. Bertanya-tanya pada diri yang melisankan, bahwa ingin mati dalam keadaan terbaik. Kemudian hati kecilku memaki diri, "Are you being honest? So where's the effort?"


***


It's almost 100 days to Ramadhan. Tidakkah kamu bersiap? Agar tak menyesal kelak, jika Allah izinkan bertemu Ramadhan?


Berjalanlah, merangkak jika perlu, bergeraklah. Ingatkah kamu, saat masa-masa berat itu? Dan yang kamu bisa lakukan hanya mengulang-ulang MP4 berisi muratal dua setengah halaman terakhir surat Az Zumar? Saat itu, mendengarkan ayatNya, membaca terjemah ayat itu, kamu berusaha menanamkan lagi harapan pada Rahmat-Nya, yang somehow pernah kau ragukan. 


Allah's rahmah is here, is always here. Now it's your turn Bell. You shouldn't have sit still whenever you fall. I know you need time to get up, it's okay, but don't dwell on it longer. Don't let syaitan play with your heart and mind. Always pray and ask for His help.

 


Wallahua'lam.

Friday, November 1, 2024

In another life,

November 01, 2024 0 Comments

Bismillah.

#sensiMe 


*warning* probably lots of broken grammar, and imperfect english sentence

 

It's scary how our core believe (islam core believe) could be crooked because of things we consume (see, hear, watch) and also because of mainstream ideas.


***


I read a post on Medium. Perhaps, I was the one who is wrong. Cause I assume the writer is Indonesia, and her name sounds like it's muslim name. So when I saw a sentence like this closing her passage, part of my heart felt kinda weird.


"In another life, maybe, we would have done better."


That's what it's written there. I know, that kind of phrase, what it means, and it might be just a concept of things to write when people have regret with their life.


But #SensiMe can't just ignore the fact, that maybe, maybe, youth people nowadays unconciously believing that phrase.


As if there's another life. If you're not muslim, and have that kind of believe, it's okay.


And if you're muslim, maybe we should check our core believe. There's no another life, as if after death there will be life, and we could do different.


When talking about another life, other than this dunya, we only knows the life after life. which we have no control over it once we jump to the next phase of life.


So instead of asking what if, or imagining another life. Accept your mistake, regret it, but don't stop there. Take those regrets to make you grow to be a better person.


***


Last, I know I am a little bit too sensitive, and judging. I don't know exactly why people write the phrase "in another life". Or how is their life. Not many people have come to the knowledge and the core believe of Islam. And actually, probably, why people just following mainstream ideas, is because the one who knows the knowledge didn't spread it yet.

People, each person, each culture have their own concept of after death concept. And even if I know it is a sensitive and taboo topic to talk about. But shouldn't we still talking about it, so that people that haven't heard about it at least know about it? So that they know, that the true concept of life after death.


Wallahua'lam.