Follow Me

Saturday, November 2, 2019

Karet dan Gelombang Laut

Bismillah.

#buku

Nukil Buku "Psikologi Suami-Istri" | DR. Thariq Kamal An-Nu`aimi

***


Laki-laki itu ibarat karet, sedangkan perempuan ibarat gelombang laut, begitu perumpamaan yang disebutkan di buku tersebut. Perumpaan itu digunakan untuk menggambarkan bergejolaknya jiwa masing-masing, dan cara masing-masing menenangkan diri.

Ada perbedaan psikologis yang besar antara laki-laki dan perempuan dalam bereaksi terhadap kelelahan dan kesulitan. Laki-laki memilih diam, menyendiri, dan berjarak, sedangkan perempuan memilih berbicara dan mengungkapkan perasaannya.

Reaksi laki-laki yang lebih banyak diam, menyendiri dan berjarak inilah yang membuatnya diibaratkan sebagai karet. Saat jiwanya sedang bergejolak, ia menjauh, seperti karet yang diulur. Tapi proses itu tidak selamanya, terkadang sebentar, terkadang lama, tapi yang pasti ia akan kembali pada keadaan awal sebelum ia 'mengasingkan diri'.

"Laki-laki itu seperti karet, ketika ingin menjauh dan menyendiri --dan ini sangat biasa terjadi pada laki-laki dalam keadaan tertentu--, ia memiliki hasrat khas untuk mencapai keinginan tersebut. Dan setelah mendapatkan ketenangan ia pun bisa kembali pada keadaan biasa." - DR. Thariq Kamal An-Nu`aimi

Seperti laki-laki yang jiwanya mengalami pergolakan, perempuan pun begitu.

"Perempuan seperti gelombang laut, di mana ketika merasa dicintai dan disenangi maka semangat mentalnya akan naik dan mukanya terlihat senang dan selalu tersenyum lebar. Keadaan jiwa perempuan seperti itu sedang berada di puncak. Setelah gelombang tersebut naik maka ia kan mengalami penurunan disertai dengan perasaan dan keadaan emosional yang dalam."
***

Mengapa laki-laki memilih diam dan menjauh ketika sedang jiwanya sedang bergejolak?

Disebutkan di buku ini bahwa saat laki-laki memiliki masalah, sebelum ia membuka mulut dan bicara satu kata pun ia akan memasukkan masalah ke dalam otaknya dan memikirkannya secara mendalam dengan cara diam.

Maksudnya, ia akan berfikir dengan cara diam dan setelah sampai pada hasil kesimpulan atau suatu pemecahan maka ia baru mulai mengatakannya.
Saat proses berpikir ini ia tidak mau diganggu karena dapat memotong fokusnya, dan jika terpotong ia harus memulai lagi dari awal. Kalau pun ada saat dimana ia ingin sejenak rehat dari proses berpikir, ia memilih melakukan hal santai di tempat yang tenang, ia tidak suka berbincang atau banyak berbicara, apalagi mengenai masalah yang sedang ia pikirkan.

Hal ini wajar, karena memecahkan dan mencari solusi sendiri atas permasalahannya adalah hal penting yang dapat memenuhi fitrahnya dan memuaskan dirinya. Berbeda dengan perempuan yang memilih berbicara dan mengungkapkan permasalahannya sebagai jalan untuk mengurai pikirannya.

***

Saat gelombang laut (kondisi jiwa perempuan) naik, dan turun

Jika gejolak jiwa laki-laki ditandai dengan diam dan menjauh saja, gejolak jiwa perempuan memiliki tanda yang jauh berbeda. Sama seperti gelombang laut, kondisinya lebih sering naik-turun ketimbang diam dan tenang. Ditambah lagi, perbedaan yang sangat drastis saat gelombangnya naik dan saat gelombangnya turun.
"Ketika gelombang naik, perempuan merasakan adanya cinta dan perasaan yang melimpah yang tersimpan pada dirinya dan ia ingin memberikannya kepada orang yang ia cintai. Tetapi ketika gelombang telah reda pada tingkat yang paling bawah maka perempuan akan merasa hatinya kosong." 
...
"Ketika gelombang sedang naik, perempuan akan merasa bahagia dan memberikan kemurahan cintanya. Beberapa saat setelah itu gelombang tersebut akan turun dan penurunan tersebut akan memunculkan perasaan pada perempuan yang menyerupai penjernihan pertimbangan perasaan. Dan dalam hati ia berusaha memeriksa adanya sesuatu yang dibutuhkan dan diinginkan. Dalam keadaan seperti ini perempuan merasa sangat perlu dan ingin membicarakan permasalahannya. Ia mulai mengeluh tanpa henti dan mencari orang yang mau mendengarkannya. Memahami dan menghargai yang ia katakan dan ia keluhkan."

Bahkan disebutkan pula di buku ini, bahwa proses penurunan perempuan ini sama seperti terjatuh dalam "sumur yang gelap".

"Ketika perempuan masuk ke sumur gelap tersebut ia akan tenggelam pada ketidaksadaran dan pikirannya terpecah belah. Terkadang perempuan merasakan dalam hati ada perasaan yang tertutup dan ia sendiri tidak memahaminya. Terkadang perempuan merasa putus asa, sendirian dan merasa tidak ada bantuan sama sekali. Ketika itu keadaan jiwa perempuan mengalami kegelisahan yang sangat hebat." 
"Tetapi ketika sampai pada dasar sumur dan merasa di sana ada orang yang berdiri di sampingnya dan bersedia menolongnya, maka secara otomatis dan cepat keadaan jiwanya akan kembali baik. Mulai ada perasaan senang dan kebahagiaan yang baru. Saat seperti itu akan menjadi sumber kebahagiaan bagi orang sekitarnya"
"Kesiapan perempuan untuk memberi dan menerima cinta dan kasih sayang, tergantung pada seberapa besar perasaan dalam dirinya sendiri. Dengan arti lain bergantung pada penghargaannya pada diri sendiri. Ketika penghargaan perempuan pada dirinya sendiri negatif, maka ia tidak siap memberi dan menerima cinta dan kasih sayang. Dalam keadaan seperti ini perempuan akan merasa dirinya kalah dengan keadaan jiwa yang rendah. Pada saat itu yang dibutuhkan adalah perasaan kasih dan sayang dari seorang laki-laki."
***

Sebenarnya di buku ini pembahasan kejiwaan laki-laki dan perempuan dibahas di dua bab yang berbeda. Dan perumpamaan karet dan gelombang laut ada di bagian awal setiap bab

Membaca buku ini, banyak membuka sudut pandangku tentang perbedaan laki-laki dan perempuan. Ternyata oh ternyata... apalagi kalau aku mencocokkan dengan situasi di rumah, ayah, ibu, adik, dan tentu saja diriku. Saat tahu perbedaan tersebut, semoga kita jadi semakin bijak dalam berinteraksi dan menjalin komunikasi. Selain itu, juga lebih mengenali diri sendiri.

Sebelum baca buku ini, aku pribadi suka ga paham dan bingung dengan kondisi diri. Begitu mudah naik-turun. Sebentar merasa baik-baik saja, sebentar berikutnya merasa tidak baik-baik saja. Persis seperti perumpamaan yang dipilih, ibarat gelombang laut. Apalagi saat membaca tentang kondisi turun yang mirip jatuh ke lubang sumur yang gelap. Bacanya sambil angguk-angguk setuju dan ingin berseru, "aah... iya betul-betul, bener banget." Kalimat ini terutama,
Terkadang perempuan merasakan dalam hati ada perasaan yang tertutup dan ia sendiri tidak memahaminya. Terkadang perempuan merasa putus asa, sendirian dan merasa tidak ada bantuan sama sekali. Ketika itu keadaan jiwa perempuan mengalami kegelisahan yang sangat hebat.
Trus tentang hal yang bisa membuat gejolak jiwa perempuan naik lagi, perasaan bahwa di fase jatuhnya tersebut ada orang yang berdiri di sampingnya dan bersedia menolongnya... kalau beneran ada orangnya, entah itu keluarga, teman, atau spouse, Alhamdulillah banget hehe. Tapi kalau pun ga ada, atau ada tapi kitanya ga nyadar, biasanya banyak baca alquran dan baca artinya, dengerin penjelasannya bisa juga menghadirkan perasaan itu. Perasaan bahwa ada Allah bersama kita, dan bersedia menolong kita. 


لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا
 Jangan bersedih, Allah bersama* kita
*kata ma'a bukan cuma bermakna bersama tapi juga siap sedia membantu kita.


Terakhir, untuk siapapun yang jiwanya sedang bergejolak, semoga Allah memberikan kekuatan dan kemudahan. Aamiin.

Semangat membaca semuanya~

Allahua'lam.

***

Keterangan: 

[1] Tulisan ini diikutkan dalam gerakan #Sabtulis (Sabtu Menulis). Gerakan membangun habit menulis, minimal sepekan sekali setiap hari sabtu. Membahasakan gagasan, rinai hati, kisah, puisi, dan apapun yang bisa dieja dalam kata.

[2] Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya