Follow Me

Monday, January 27, 2025

Sedikit Tentang Self-Compassion

Bismillah.

#buku #nukilbuku

Nukil Buku "Yang Belum Usai | Pijar Psikologi"

 

***

 

Tadinya bahasan ini mau aku masukin di postingan sebelumnya. Tapi sepertinya akan terlalu jadi tidak fokus dan bercabang. Jadi di sini aku akan menyalin hasil catetan kutipan, masih dari buku Yang Belum Usai. Kali ini kelanjutan dari self-awareness, ada self compassion. Nanti, setelah ini pun, masih ada self acceptance, dan yang terakhir ini akan jadi indikator healing. Healing dari apa? Dari Yang Belum Usai. Apa aja yang belum usai? Balik ke bahasan awal di buku, luka batin (ini mencakup unfinished business, trauma, dan negative core believes).

 

Oke langsung ke sedikit nukilan tentang self compassion. Silahkan membaca~


***

 

"Self-compassion merupakan keadaan ketika kita bisa menyadari aspek-aspek diri kita secara penuh dan meresponnya secara compassionate (memandang penuh pengertian, bebas penghakiman dan penuh simpati)."

 

Definisi self-compassion di buku tersebut sebenarnya lebih panjang, versi di atas merupakan versi rangkuman dari yang aku pahami.


Lanjut tentang pentingnya bisa menerapkan self-compassion.


"Ketika kita bisa menerapkan self-compassion, maka kita tidak akan menghakimi diri kita sedemikian rupa. Ketika kita mengalami kegagalan, kita tidak lagi menghakimi diri sendiri dengan sebutan-sebutan kasar. Kita juga akan mengembangkan kemampuan untuk bersimpati pada diri sendiri dalam segala kesempatan.

Ketika kita mengembangkan kemampuan self-compassion, kita tak lagi melihat diri sendiri sebagai sosok yang perlu dikutuk. Tak perlu pula dikasihani secara berlebihan. Kita hanya perlu mendengarkan keluh kesahnya, memahami apa yang ia rasakan, dan ada untuknya ketika ia membutuhkan kita.

Kemampuan tersebut tidak mudah dan akan sulit dilakukan ketika kita belum bisa memahami diri kita sendiri.

Self-compassion akan kita dapatkan ketika kita sudah menguasai kemampuan self-awareness."
 

***


Membaca sedikit tentang self-compassion membuatku banyak diam, dan memilih menyimpannya dulu, sebelum lanjut membaca buku ini. Istilah-istilah asing semacam self-awareness, self-compassion memang baru aku pelajari dari buku ini. Tapi sebenarnya ini bukan hal yang benar-benar asing. 


Membaca tentang self-compassion membuatku bertanya-tanya, sudahkah aku menerapkannya? Jika belum, apa itu karena self-awareness-ku yang masih kurang, atau karena apa?


Aku juga jadi tahu, bahwa sebelum sampai ke tahap self-acceptance (penerimaan diri), ternyata ada tangga-tangga yang harus dinaiki sebelumnya. Jadi jangan terlalu terburu-buru atau terlalu keras pada diri, jika kita masih menemukan diri, yang sulit untuk menerima diri. Ini proses panjang dan berulang. Ada saatnya kita menerima satu hal, lalu menolak hal lain. Kemudian kita mengulangi proses dari awal lagi, agar hal yang saat ini masih kita tolak, bisa kita terima dengan hati dan dada yang lebih lapang.


Menulis tentang dada yang lebih lapang, aku teringat doa Nabi Musa. Rabbishrahli sadri, wayassirli amri.

 

Aku juga teringat puisi panjang di buku Jalan Cinta Para Pejuang-nya ustadz Salim A. Fillah. Aku tidak mengingat tiap kata dan barisnya. Tapi aku masih mengingat makna yang terikat di sana. Tulisan yang begitu relate, untuk muslim yang hidup jauh dari masa Rasulullah dan para Sahabat, dan ingin diajarkan dan diberitahu, bagaimana beliau shalallahu 'alaihi salam dan para sahabat radhiyallahu anhum melewati ujian-ujian kehidupan saat itu. Mungkin memang tidak langsung terkait tentang self acceptance, tapi lebih besar lagi, tentang menerima takdir dan tugas, bagaimana iman bisa melampaui akal yang dangkal, bagaimana sabar dan syukur lebih dari cukup agar bisa mengarungi hidup yang penuh ujian.*


Maaf jadi banyak bercerita memori yang terlintas di otak. Mari kita akhiri tulisan ini. Untuk siapapun, yang masih berjuang mendapatkan self awareness, menerapkan self-compassion dan mencapai self-acceptance... semoga Allah mudahkan perjalanan dan perjuanganmu. Izinkan kuakhiri dari sebuah insight dari buku 7 habits, pengingat untukku dan untukmu.


"Bersabarlah dengan diri Anda. Pertumbuhan diri bersifat lembut. Hal ini jelas bukan perbaikan kilat."

 

Wallahua'lam.

 

***

PS:

*mencari di google dari frase yang kuingat, tapi tidak menemukan yang sesuai. Should I open my old blue note? Or should I just buy the book, and read it all over again? I miss myself, when I first reading that book. I miss my old better self. Cause I know I am now.... yes I think I am. But you won't give up right?

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya