Bismillah.
Menghapus jejak di dunia maya itu pilihan. Bisa jadi pilihan yang baik, agar lebih fokus pada karya di dunia nyata. Tapi jujur, jika diizinkan bertanya, aku ingin bertanya, mengapa? Apalagi jejak yang dipilihnya untuk dihapus, bukan suatu aib, pun bukan jejak yang buruk. Tapi apa yang bisa kulakukan? Selain cuma bertanya mengapa, dan selesai. I'm good at staying outside the line. I won't cross the line. Seperti hal-nya aku tidak suka jika ada yang mengatur-atur hidupku. Aku juga tidak ingin menjadi orang yang sok tahu kemudian berpanjang lebar meminta orang lain untuk tidak menghapus jejaknya di dunia maya.
Jika saja aku punya keberanian untuk bertanya, tapi beginilah aku, memilih bertanya sendiri di sini. Which is 99,99% guaranteed tidak akan sampai pada yang seharusnya ditanya.
***
Berbeda dengan yang memilih untuk menghapus jejak. Aku, sejak dulu, hampir selalu memilih untuk tidak menghapus jejak. Jikapun suatu saat nanti menghilang, biarkan menghilang dengan sendirinya. Tenggelam oleh triliunan data.
Sebenarnya, yang lebih aku takutkan bukan terhapusnya data. Tapi terbawa arus dan hanya menjadi konsumen di era informasi dan data berebut meminta perhatian. Itu yang lebih menakutkan. Bukannya menjadi kreator, yang minimalnya bermanfaat untuk diri sendiri. Tapi sekedar jadi follower, menghabiskan waktu-waktu berharga tergilas algoritma, termakan hoax, dan menjadi sia.
So let's not give up even if it's scary, how close you are with that description you just write. Mari lebih banyak membaca dan menulis, sesederhana apapun. Sepelan apapun. Mari minimal sesekali keluar dari arus dan mencoba mencerna dan mengurai yang ada di kepala, juga apa yang dirasakan hati.
Terakhir, sebuah kutipan dari novel diary minni,
Bilaku harus seperti mereka, akulah buih itu
bilaku mengikuti mereka, akulah debu pada angin.
bilaku kehilangan diriku sendiri, akulah kelopak bunga
ditinggal gugur kembang dan keindahannya
Mari tidak menjadi seperti itu. Jia you!
Ini ada relevansinya sama 7 habits ga tuh Bel? Be proactive :p
ReplyDeleteProaktif untuk bertanya mengapa sehingga kita bener-bener punya POV yang sama dengan orang itu? Bisa jadi muaranya juga sama kan, jadi lebih banyak mendengar dibanding bercerita
ada banget teh. Bener banget harusnya tanya langsung. Tapi karena ybs adalah "stranger" yang aku ikutin blognya, trus tiba-tiba blognya deactive, jadi deh memilih bertanya di blog sendiri aja. Cuma bisa berharap orang terdekatnya ada yang proaktif tanya sama bantu doa hehe.
Delete