Makna Tilawah
Bismillah.
Nukil Buku “At-Tibyan | Imam An-Nawawi”
***
Sebelum bahas judul, aku ingin bercerita bagaimana buku ini sampai di tanganku. November 2020, hadiah dari seorang adik tingkat. Sebuah hadiah yang tidak disangka. Padahal sebenarnya, aku yang seharusnya berterimakasih padanya. Karena lewatnya, aku jadi punya "tempat" yang nyaman untuk menjaga yang interaksiku dengan Quran. Jazakillah khairan katsiran
Buku ini diterbitkan oleh Ummul Qura. Selain judul At-Tibyan, ada juga sub-judul "Adab Membaca & Menghafal Quran". Oh ya, buku ini di tahqiq oleh Muhammad Ibrahim Sunbul. Karena bukunya dengan tahqiq, jadi banyak catatan kakinya. Dan aku suka banget, karena jujur untuk orang sepertiku yang masih belum banyak paham tentang hadits, penjelasan di catatan kaki sangat membantu untuk memahami, plus nambah banyak ilmu baru.
***
Makna Tilawah
Halaman pertama kitab At-Tibyan membahas tentang keutamaan membaca Al-Qur'an dan mengemban Al Qur'an. Imam An-Nawawi menuliskan dua ayat di Surat Fathir.
"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-Qur'an) dan mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi, agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka, dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri." (Fathir: 29-30)
Masih halaman pertama dari buku At-Tibyan. Catatan kaki pertama. Tentang makna/hakikat membaca. Kalau kita lihat lafal ayatnya (yatluna), ini lebih pas dengan istilah tilawah. Beda dengan membaca yang ada di surat Al 'Alaq, yang lafalnya iqra.
Hakikat membaca dalam konteks ini adalah membaca makna dan mengamalkannya sebagai bentuk pembenaran terhadap beritanya, pelaksanaan terhadap perintahnya, menjauhi larangannya, dan menjadikannya sebagai panutan. Ke mana pun ia menghadap maka engkau juga menghadap pada arah tersebut. Jadi, ruang lingkup membaca Al-Qur'an adalah membaca lafal dan maknanya.
Masih di catatan kaki nomer 1, disebutkan bahwa membaca makna lebih mulia dari sekedar membaca lafal.
Membaca makna lebih mulia dari sekedar membaca lafal. Orang yang senantiasa membaca makna Al-Qur'an, mereka adalah Ahlul qur'an yang mendapat sanjungan di dunia dan akhirat, karena sesungguhnya merekalah orang yang ahli membaca dan mengamalkan makna dengan sebenar-benarnya. Referensi: Miftah Dar As-Sa'adah (1/202-203) (Ummu Abdillah)
***
Refleksi Diri
*warning* bagian ini, silahkan diskip aja ya, terima kasih~
Sungguh, aku ingin menjadi bagian dari orang-orang yang disebut di ayat tersebut (35:29-30). Siapa sih yang tidak menginginkan perdagangan yang anti rugi?
Baca juga: [MFA2021] Bisnis Anti Rugi – Isabella Kirei
Tapi jujur, aku meragukan diriku. Benarkah aku benar-benar menginginkannya? Apa kabarku dengan Al Qur'an? Sudahkah membacanya? Belum, aku belum akan bertanya tentang tilawah, aku masih bertanya tentang iqra. Itu dulu. Apa kabar? Kalau itu sudah dijawab, sekarang aku bertanya tentang tilawah, sudahkah maknanya dimengerti dan diamalkan? I'm not talking about how you transform automatic in a instant time. I'm talking about a day, do you take a step to a better 'you' every day? Do you really honest, when you say, 'you try'?
Dan jikaaaa.. jika saja jawaban yang kau dapati pahit, dan rasanya ingin mengutuk dan menghakimi diri sendiri. Coba inget-inget kutipan ini. Karena muhasabah jauh berbeda dengan menghakimi diri.
Sebab, ada kebaikan di dalam diri manusia. Di dalam diri setiap orang ada potensi kebaikan, sebagaimana juga ada potensi keburukan. Jika orang-orang yang berperilaku buruk itu dididik, dibina dengan baik, maka potensi kebaikan dalam dirinya itu akan muncul ke permukaan, sebaliknya potensi keburukannya semakin tertekan dan tertutupi. Lalu kebaikan-kebaikan yang mulanya kecil, lama kelamaan semakin besar dan terus membesar, lalu mendominasi hati dan perilakunya, dan jadilah ia sebagai orang baik.
#daribuku *Rasulullah Sang Pendidik* - Al-Ustadz Muhammad Rusli Amin, AMP Press
Jadikan jawaban pertanyaan itu sebagai cambuk. Banyakin doa dan usaha. Semoga kelak Allah jadikan kita termasuk orang-orang yang...
orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-Qur'an) dan mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi, agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka, dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.
Coba lihat 2 asmaul husna yang Allah letakkan di sana. Allah bahkan tahu ada hambanya yang seperti kamu. Yang terseok-seok dalam melangkah, yang banyak dosa tapi masih pengin jadi bagian dari orang-orang tersebut. He said, innahu ghafurun syakur. TT
Allahua'alam bishowab.