Bismillah..
Aku mendengus pelan, tak berhenti menscroll tampilan pemberitahuan di jejaring sosialku. Tiba-tiba saja seseorang muncul di sampingku, memandangi layar laptopku dengan jeli.
"Apaan sih?" tanyaku merasa risih. Yang ditanya malah meledekku, membaca sebuah nama, yang berulangkali tertulis di pemberitahuan itu. "Adam Hari Wibowo.. Eciyee. Siapa itu Ci?"
***
Tuk.tuk.tuk. Jemariku menimbulkan suara kecil, sejenak aku berhenti mengetik. Mempertimbangkan kembali etis atau tidaknya jika surat ini benar-benar kulayangkan. Tapi aku benar-benar sudah merasa tidak nyaman, batinku. Tuk.tuk.tuk. Aku kembali sibuk merangkai kata. Ingin sesegera mungkin melayangkan surat elektronik tersebut.
"Eci?" terdengar suara khas Kak Tino. Sekelebat kejadian kemarin sore direplay ulang di otakku.
"Katanya mau belajar menjaga hati, kok notification isinya nama ikhwan itu lagi, itu lagi?". Kalimat tersebut masih terngiang di telinga. Kalimat yang muncul sesaat setelah sebuah bantal kulempar padanya. Siapa pula yang tahan di ejek. Meski tak ada rasa dengan ikhwan itu, aku tetap saja malu. >.<
"Eci?" Kak Tino, memanggilku untuk kedua kalinya.
"Iya Kak, sebentar" aku menyahut, kemudian segera beranjak setelah notifikasi email sent terlihat di layar.
***
Bismillah. Langsung saja ya Ka. Maaf sebelumnya. Saya percaya Ka Hari lebih banyak tahu tentang bagaimana seharusnya interaksi ikhwan akhwat. Tapi kalau saya boleh jujur, saya merasa terganggu oleh Ka Hari. Terutama jika Ka Hari mengelikes, atau bahkan berkomentar yang tidak penting pada setiap hal yang saya tulis/share di kronologi saya. -.-
Jujur Ka, menurut saya.. lebih baik Kakak menahan diri untuk tidak me-likes apalagi sampai berkomentar. Saya sedang belajar menjaga hijab Ka. Dan rasanya tidak nyaman jika melihat nama seorang ikhwan di postingan yang saya buat/share. Apalagi jika nama ikhwan itu, sampai berkali-kali muncul di notif saya.
Sekali lagi maaf. Bukannya hendak menggurui. Tapi, bukankah lebih nyaman jika kita mencoba menahan diri untuk me-likes dan memberi komentar pada postingan mereka yang bukan mahram kita. Sama-sama saling menjaga hati, insya Allah.
Bukankah lebih nyaman jika kita tidak membaca nama seseorang yang bukan mahram
kita muncul berkali-kali di notif kita? Bisa jadi awalnya hanya sekedar menyukai konten posting yang dibuat/di share si pemilik akun. Tapi selanjutnya? Hati manusia siapa yang tahu? Bisa jadi awalnya, si pemilik akun cuek-cuek saja melihat seseorang yang bukan mahramnya sering me-likes dan mengomentari aktifitasnya di jejaring sosial. Tapi selanjutnya? Hati manusia siapa yang tahu?
Bukankah lebih nyaman jika kita saling menghargai usaha masing-masing untuk menjaga hijab dan menjaga hatinya?
Maka saran saya, jika ada postingan saya yang buat atau saya share, yang kakak sukai(likes). Maka biarkan saja, tak usahlah mengeklik symbol thumb up. Jika ia berupa foto, bolehlah Ka Hari simpan. Jika ia berupa tulisan, bolehlah Ka Hari copy. Kemudian jika Ka Hari ingin share, silahkan di share kalau itu memang buatan saya. Namun, jika Ka Hari tahu saya juga share dari akun lain/fanpage.. mungkin ada baiknya Ka Hari share dari yang akun lain/ fanpage yang asli saja. Karena menurut saya, hal ini akan lebih nyaman dan aman untuk masing-masing dari kita.
Sekali lagi saya minta maaf. Saya sadar, Ka Hari lebih mengerti perihal hijab, dan bagaimana seharusnya interaksi mereka yang bukan mahram. Saya sadar, bisa jadi saya saja yang GR. Karena mungkin Ka Hari memang suka me-like dan memberi komentar pada postingan setiap friend di jejaring sosial. Sekali lagi, saya hanya sedang belajar tentang hijab, belajar menjaga hati. -.- Jadi, jika Ka Hari keberatan menjalankan saran di atas untuk semua akun non-mahram yang menjadi friend Kakak. Mungkin Ka Hari mau berbaik hati melaksanakan saran tersebut, khusus untuk saya. Karena jujur saya terganggu.
Terimakasih sebelumnya. Maaf. Wallahua'lam.
"Kak Tino," kutarik pelan lengan bajunya. Yang dipanggil hanya berhmm ria, masih sibuk di depan layar laptop. "Adam Hari Wibowo bukan siapa-siapa kok! Eci beneran mau belajar menjaga hati. Ka Tino percaya kan, Eci mau berubah jadi muslimah yang lebih baik?"
Kak Tino menoleh ke arahku, mengusap pelan kepalaku yang sudah berjilbab sejak dua bulan yang lalu. Kemudian membalikkan tubuhnya menghadapku, mengangguk. "Iyaa Adikku sayang!" secepat kilat ia mencubit pipiku dan berlari menjauh. Aku hanya mengomel kesakitan, kemudian tersenyum.
"Ya Allah.. Jaga hatiku. Tetapkan hati ini hanya padaMu. Rabbana la tuzi' qulubana ba'da iz hadaitana wahablana minladunka rahma, innaka antal wahhab"
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya