- Muhasabah Diri -
Bismillah...
“Blessed is the person who is so busy fixing his or her own faults, that they don’t have time to look at the faults of others”Felt so "jleb", when I saw that quote above. Baru saja, aku hendak menulis dan mengomel tentang kesalahan orang lain. Baru saja, aku ingin bersensi ria, atas salah-salah kata seseorang. Padahal bisa jadi dia tak pernah bermaksud melukai. Tapi diri? -.- langsung saja hendak menuding, bahwa ia yang salah. Padahal? Bisa jadi diri yang terlalu sensi.
— Wisam Sharieff (via arabarabarab)
***
biar nyambung
Ay : Subdivisi di Organisasi A
Ax : Kepanitiaan di Organisasi A
B : Organisasi B
C : Organisasi C
simak kisah SensiMe
Alkisah sebuah pesan masuk ke inbox handphoneku, menanyakan amanahku di Ay. Kubalas 1 jam lebih setelah sms tersebut masuk. Intinya, meminta maaf karena dua minggu ini tidak fokus ke Ay dan belum sempat menjalankan tugas di Ay. Dan inilah kalimat pertama yang membuatku geram dan mulai sensi. Dia menulis :
Bru sibuk Ax?Aku hanya bergumam dalam hati. Kemudian meyakinkan diri agar tak terlalu sensi. Lalu diripun membalas, meminta maaf. Tapi pesan selanjutnya dari orang itu, membuatku kembali naik pitam.
atau B?
Wah terancam nih Ay-nya klo B bkin jd gk keurus...
Klo emg gra2 ngulus B/C jd trabaikan amanahnya di A,Beberapa detik kemudian, aku siap mengirim pesan berisi : oh gitu? mungkin baiknya saya mundur saja dari A.
hrsny kmaren gk ush diambil amanahnya....
But, Allah safe me. Kepalaku didinginkan, hatiku dibuat lebih tenang. Meski omelan-omelan kecil itu, masih meloncat ke sana ke mari diotakku.
hrsnya kmaren gk ush diambil amanahnya..
Kalimat simpel itu. Somehow menusuk-nusuk rasanya. Karena sebenarnya prioritasku ada pada B dan C. Sedangkan A, aku lebih dulu bergabung, karena proses regenerasi di A lebih dulu ketimbang B dan C.
hrsnya kmaren gk ush diambil amanahnya..
Kalimat simpel itu. Somehow membakar emosi. Karena menurutku. Amanah itu tidak diminta. Selain itu... aku yakin, tidak ada orang yang menerima/mengambil sebuah amanah, untuk kemudian dikhianati, atau dilalaikan. Sungguh, jika ia sudah menerima, pasti tidak ada keinginan untuk melalaikan.
hrsnya kmaren gk ush diambil amanahnya..
hrsnya kmaren gk ush diambil amanahnya..
Kalimat simpel itu. Somehow memantik sensiku. Karena redaksinya, seolah tidak menghargai pilihan seseorang. Seolah men-judge bahwa keputusan yang kuambil salah.
hrsnya kmaren gk ush diambil amanahnya..
Kalimat simpel itu. Ah, ternyata kalimat simpel itu, bukan kalimat yang pas untuk mengingatkan seorang Miss Sensi seperti diri. Salah. Menggunakan kalimat itu, untuk membuatnya memprioritaskan A ketimbang B dan C. Karena bagiku, si pengirim pesan bahkan tidak punya hak untuk memprioritaskan A ketimbang yang lain. Karena si pengirim pesan bukan siapa-siapa. Bahkan bagiku, ia tidak berhak membuat diri memilih A ketimbang yang lain. Bukankah si pengirim pesan juga tidak tahu, apakah aku lebih baik jika berada di A ketimbang berada di B dan C.
But Allah Prevented Me
Jujur, saat itu, sekian sekian dan sekian kalimat lain masih saja memanasi hati. Huh! Aku benci pada diri yang terlalu sensi. Kemudian seenaknya saja mengeraskan kepala. Merasa diri paling benar, menge-judge oranglainlah yang salah. Sungguh, aku tidak tahu apa yang terjadi, jika Allah tidak Menjaga-ku. Entah pesan apa yang kukirim.
But somehow Allah hold my hand, hold my heart. Aku memang akhirnya menyatakan ketidaksukaanku pada kalimat tersebut (kalimat hrsnya kmaren gk ush diambil amanahnya.. ke atas). Tapi insya Allah, pada cara yang lebih Allah sukai.
Maaf ka. cb dilihat lg sms ka NAMA yg trakhir.***
lain kali kalo mau mmbuat org mmprioritaskan A, jangan pakai kalimat td.
Jujur sy trsinggung. maaf. trmksh.
Akhir-akhir ini aku terlalu banyak menulis SensiMe, menulis untuk mengomel, meluapkan sensi-ku atas tingkah atau ucapan seseorang.
Akhir-akhir ini aku lupa menulis untukku, padahal diri masih berkubang banyak kesalahan dan dosa. Masih perlu banyak berkaca sebelum menuding. Masih butuh nasihat, teguran, kritikan, saran dan masukan.
Ya Allah. Jaga hatiku. Aku tahu aku keras kepala, tapi aku tidak ingin hatiku juga keras, beku lagi membatu. Mungkin benar adanya, aku harus sering ditegur, diingatkan agar kembali berkaca. Bahwa sebelum diri sibuk menyela kesalahan oranglain, sibuklah menyela kesalahan diri.
“?”He (Shaytaan) is extremely patient. He won’t get youWallahua'lam. Wallahua'lam.
in one shot. He’ll come at you and he’ll put a little bit and little bit
and a little bit until he destroys your character.”
— ~ Ustadh Nouman Ali Khan ~
*sudah diedit, pada tanggal 27 Juni 2013. Semoga yang ini jauh lebih polite
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya