Bismillah...
“Wah, Dewa nih!” ucap seorang teman kepada temannya lantaran
PR/Tugas yang deadlinenya minggu depan sudah selesai dikerjakan.
“Iya lah.. yang udah Dewa,” ucap seorang teman, kepada
temannya.. lantaran Tugas untuk hari ini, baru saja mulai dikerjakan.
Atau kalimat yang satu ini, “Wah.. itu mah KEPO tingkat dewa..
masa segala hal ditanyain?”
***
Mungkin bukan hal yang aneh lagi. Saat kosakata “dewa” mampir
di telinga, setiap kali ada sesuatu yang wow, super, atau hiperbol. Tapi sadar
nggak sih ada yang salah dari kata tersebut?
Istilah Dewa Dari
Kacamata Non-Muslim
Dewa adalah sosok yang super. Seringkali dituhankan,
disembah karena dianggap berkuasa atau ahli di bidang tertentu. Ya sebutlah dewa
yang diakui kebanyakan non muslim : Dewa angin, dewa air, dewa bumi, dewa api, dewa
19 (*eh). Atau yang lebih spesifik lagi dewa yang orang yunani anggap ada:
Zeus, em.. dkk (*tau lah ya.. saya nggak hafal yang begituan).
Istilah Dewa Dari
Kacamata Muslim
Ada gitu? Hehe :)
Yup! Seratus buat kamu yang bertanya hal yang sama seperti kalimat di awal
paragraf ini. Tidak ada istilah dewa bagi seorang Muslim. Karena kami meyakini
bahwa tidak ada Ilah kecuali Allah. Allahu ahad. Hanya satu. Maka tidak ada tuh
yang namanya, dewa, apalagi dewi.
Maka kacau! Kalau ada seorang muslim yang meyakini adanya
sosok dewa atau dewi. Meski ia tak menjadikan dewa/dewi sebagai tuhan. Tetap
saja, ia mengada-adakan tandingan Allah. Bahaya banget! Bisa jatuh ke musyrik (menyekutukan
Allah). Dan kalau sudah begitu, rusaklah syahadat kita, rusaklah akidah kita.
Naudzubillahi min dzalik, semoga kita bukan termasuk golongan yang ini.
Di Atas Langit Ada
Langit
Adalah keindahan bahasa, kalau kita menggunakan majas
hiperbola. Seperti kalimat “membanting tulang”, yang digunakan untuk
menggambarkan kerja keras. Atau “banjir tangis”, yang digunakan untuk
menggambarkan kesedihan yang sangat. Ya, memang seperti itu majas hiperbola. Ia
ada untuk melebih-lebihkan yang biasa. Lebay. Tapi masa iya sih, untuk hal-hal
kecil, lantas kosakata “dewa” digunakan? Di atas langit masih ada langit. Ya..
super sih, sangat sih, banget sih, sekali sih (*...sekali). Tapi nggak
segitunya juga sih sampai mereka menggunakan kosakata “dewa”.
Tiap Kata Akan
Dipertanggungjawabkan
"dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawabnya." (QS Al Isra : 36)
"(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."
***
Jadi menurutku, mungkin sebaiknya kita hapus kosakata “dewa”
dari kamus kita. Ganti lah.. dengan yang lain, yang lebih aman untuk akidah dan
syahadat kita.
Mmm.. ada yang punya ide kata apa yang pas untuk hal-hal
yang hendak kita hiperbol-kan?
like this
ReplyDelete