"Kapan pulang?" aku yang ditanya merasa heran. Padahal saat itu aku sedang berada dihadapannya.
"Bukan baru kemarin aku libur semester dan menghabiskan waktu di rumah? Bukankah sekarang, kita bertemu meski bukan di rumah?" aku bertanya-tanya dalam hati. Tersenyum simpul padanya. Tak kunjung mendapati jawabanku, ia kembali bertanya, "Kapan pulang?"
***
Selalu ada yang mengharu biru di sini. Setiap kali kami harus 'berpisah', tidak bertemu untuk selang waktu yang sama-sama tidak kami ketahui.
Tentang pulang, senada dengan tulisan sebelumnya.
Hanya ingin mengingatkan diri. Bahwa saat kita beraktifitas di luar rumah, ada yang menanti kepulanganmu, ada yang merindukanmu. Hingga pertanyaan "kapan pulang?" selalu tersemat di hatinya, di lisannya, di otaknya. Ya ia adalah Ibu, atau Ayah, atau mungkin keduanya.
Hanya ingin mengingatkan diri. Bahwa kita, sebenarnya tak pernah benar-benar tahu kapan kita pulang ke rumah. Yang kita bisa lakukan adalah merencanakan. Bisa jadi minggu depan, bulan depan, atau nanti saat libur semester dimulai.
Hanya ingin mengingatkan diri. Bahwa kita, sebenarnya tak pernah benar-benar tahu kapan kita pulang ke rumah. Kali ini, rumah yang kumaksud adalah rumah yang pasti dikunjungi setiap orang. Kembali pada-Nya. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Kita tak pernah benar-benar tahu kapan. Karena yang muda bisa mendahului yang tua, yang belum siap bisa mendahului yang sudah siap, dst, dst. Karena yang kita tahu, adalah kepastian bahwa setiap yang bernyawa akan mati. Sedangkan waktunya? tempatnya? dalam keadaan apa? Allahua'lam. Allahua'lam.
Sama seperti pulang ke rumah (makna denotatif-sebenarnya), yang bisa kita lakukan untuk "pulang" kepada-Nya, hanya berencana. Merencanakan kematian terbaik, khusnul khotimah. Caranya? Sering mengingat kematian, kemudian beramal lebih giat dan lebih ikhlas. Caranya? Sering mengingat kematian, kemudian beristighfar dan meminta maaf pada sesama. Caranya? Sering mengingat kematian, sehingga tak ada detik yang kita biarkan berlalu sia-sia.
Allah :'( Yang menulis ini sebenarnya amat takut akan murka-Mu. Karena aku tahu, firman-Mu:
"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS 61:2-3)Tapi jika tidak segera kutulis. Aku lebih takut lagi. Sungguh tulisan ini ditujukan untuk diri. Yang lebih sering lupa tentang "kepulangan", baik itu pulang ke rumah (bersua dengan Mamah, Papah), maupun pulang kepada-Mu.
***
Ijinkan kusudahi tulisan ini dengan epilog yang sama.
Maksud hati ingin mengingatkan diri : bahwa sesibuk apapun hari, sempatkanlah untuk pulang. Untuk bertanya kabar ia yang berada di rumah : ibu, ayah, kakak dan adik. Dan handai taulan tentunya.
Maksud hati ingin mengingatkan diri : bahwa seindah apapun dunia, nantinya diri akan pulang. Menghadap padaNya, dengan wajah hina kah, atau wajah berseri?
(Isabella Kirei - Pulang)Wallahua'lam. Wallahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya