Bismillah..
Pernah dengar istilah the power of kepepet?
Bagaimana ajaibnya sebuah deadline, memojokkanmu, hingga akhirnya.. sebuah
tugas atau PR-pun bisa selesai. Atau bagaimana sebuah kondisi yang mendesakmu,
dapat menjadikanmu menjadi lebih kreatif dari biasanya.
"Lalu apa yang bisa mendesak kita ya?"
untuk kesekian kalinya seorang Teteh menanyakan hal yang sama. Sore itu (18/1)
kami sedang mendiskusikan sebuah buku, hingga sebuah kesimpulan terpetik :
bahwa dakwah ini perlu dibawakan dengan cara baru yang ciamik. Selain
kesimpulan itu, kami juga mendapat fakta.. bahwa muslim yang menjadi minoritas
di sebuah negara seringkali lebih kreatif dalam hal syiar dan dakwah ketimbang
muslim yang menjadi mayoritas.
"Lalu apa yang bisa mendesak kita ya?".
Kondisi umat Islam di Indonesia yang mayoritas, menjadi batu krikil sendiri
bagi kreatifitas dakwah dan syiar Islam. Padahal di luar sana, banyak sekali
nilai-nilai buruk yang dikemas menarik sehingga banyak diminati masyarakat.
Sebut saja novel-novel teenlit, chicklit yang mengkampanyekan gaya hidup
hedonis, kapitalis, dan isme-isme lain. Kita juga bisa menyebut sejumlah film
yang secara fisik menarik dan bagus, tetapi di dalamnya terdapat nilai-nilai
buruk yang dicoba ditanamkan. Atau, kita lihat saja iklan rokok, bagus-bagus
kan? Tapi nilai yang dibawa? :'( hiks sedih.
Dialog mengenai situasi mendesak dan aksi
produktif yang muncul sebagai efeknya berlanjut. Sampai seseorang berkata, Saya melanjutkan thesis saya, gara-gara
melihat seorang ibu tergilas kereta. Tepat di depan mata kepalanya. L
I can’t tell how it exactly happen. Tapi kejadian
tersebut, menjadi sebuah desakan sendiri bagi ia. Dan mungkin bagi kami semua.
Bahwa tak ada yang dapat mengungkap misteri kematian. Ia (kematian) datang
tanpa pernah memberitahu. Detik ini, bisa jadi kita masih bisa bernafas,
merasakan denyut nadi di pergelangan tangan. Tapi untuk memastikan detik
berikutnya kita masih merasakan semua itu? No one knows.
***
Kematian. Mungkin itulah jawabannya. Hal yang
bisa membuat kita merasa terdesak.
Mengingat Kematian. Bisa jadi dengannya kita lebih
kreatif dan produktif. Karena saat kita tahu hidup ini hanya sementara, dan di akhir
sana menanti kehidupan yang kekal.. Seharusnya kita tak lagi bersantai-santai,
menghargai setiap detik yang ada : untuk beribadah padaNya, untuk melaksanakan
tugas kita di Bumi (menjadi Khalifah).
Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.’ (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. Syaikh Al Albaniy dalam Shahih Ibnu Majah 2/419 berkata : hadits hasan)
Wallahua’lam
*terimakasih Aksara dengan Majelis Buku-mu, aku
belajar banyak darimu. Membaca, Menulis, dan Berdiskusi :)
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya