Bismillah :)
"Ada orang yang buat akun facebook ngaku-ngaku jadi aku," ucap seorang teman saat melihat aku yang sedang asik loncat dari grup ke grup di jejaring sosial tersebut.
***
Akun itu memakai nama asli temanku, diimbuhi kata "chayank" dan nama seorang laki-laki. PP (photo profile)-nya adalah foto temanku dengan boneka kesayangannya. Foto yang pernah di upload ia di jejaring sosial dulu, dulu sekali lebih tepatnya. Sedangkan covernya, adalah gambar seorang laki-laki dengan tulisan kurang lebih intinya : laki-laki terganteng.
Identitasnya? Persis seperti identitas yang ada di akun asli temanku. Bahkan, lebih lengkap! Alamat rumah di profile palsu itu, lengkap dengan RT, RW alamat rumahnya. Foto keluarga temanku, yang pernah diupload juga terupload rapi di folder foto milik akun palsu itu.
Aku memang tak sempat melihat ada apa gerangan di wallnya. Tapi aku tahu dari temanku, katanya isinya
tentang cinta-cinta, huek >.< dengan si laki-laki di foto cover, yang namanya tertera disebelah kata chayank.
"Kenapa nggak dilaporin aja ke facebook?" tanyaku. Ia, yang memang jarang "mengutak-atik" facebook pun segera memintaku untuk melaporkan akun tersebut. Ia juga memintaku menyetting ulang akunnya, terutama di privacy setting.
Aku bergidik, diliputi rasa takut dan ngeri. Siapapun yang membuat akun temanku itu, jelas bagiku ia seorang yang psiko (baca: saiko), atau penyakit jiwa lain seperti di film-film. Jujur aku takut. Padahal temanku sudah tidak memakai foto wajahnya untuk PP. Tapi iya, ia pernah mengupload fotonya. >.<
"Aku nggak mau upload-upload foto lagi. Foto-foto yang dulu juga mau aku hapusin" ujarnya jera.
***
Sebuah larangan biasanya tak orang hiraukan, sampai ia merasakan sendiri akibat jika ia melakukan hal yang dilarang tersebut.
Ini tentang foto akhwat di jejaring sosial. Kenapa tak diperbolehkan dan bukti nyata tentangnya. Adalah hal yang wajar saat seseorang memajang fotonya untuk akun apapun yang memang kepemilikannya. Nggak ada yang salah, sampai ini kemudian menyangkut foto seorang muslimah.
Ada batasan-batasan yang seharusnya dijaga seorang muslimah, sebagai bentuk ia menjaga auratnya. Sebagai bentuk ia menjaga hijabnya. Sebagai bentuk ia menghindari tabarruj.
Ini bukan tentang tidak adil, laki-laki bisa dengan enaknya pamer foto di jejaring sosial milik mereka. Sedangkan perempuan? -.- Bukan ini bukan tentang itu. Ini tentang betapa Islam menjaga perempuan, karena ia begitu berharga. Ini tentang betapa Allah menyayangi perempuan, dan tak ingin laki-laki melukainya.
Allah sudah begitu baik pada kita, masa iya kita malah "melukai" diri dengan melaksanakan laranganNya? (baca: jangan biarkan orang asing bisa dengan mudah mengakses foto kita!)
***
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (24:31)Wallahu'alam bishowab.
mw ikut komen bel,, :)
ReplyDeletewaktu ngobrol2 sm teman, ada yang bilang gini.. "ini media perwajahan aku loh mi, aku mw jadi orang terknal, ga cuma di sini tp suatu saat nnti. kalo aku ga majang foto orang ga kenal sm aku.."
bella gmn jawabnya? ._.
mungkin kalo spontan, aku juga bingung sih mau jawab apa. cuma, karena sekarang bisa mikir dulu. mungkin baiknya pernyataan tadi aku jawab gini :
ReplyDeletemenjadi orang terkenal kan nggak harus dari wajahnya. jaman dulu, waktu foto dan jejaring sosial belum ada, banyak kok orang yang terkenal. tapi mereka terkenal bukan karena mereka ngeksis. tapi dengan karya mereka, dengan keahlian mereka.
sebut saja nabi muhammad, berita tentangnya cepat menyebar. bukan karena nabi muhammad pasang selebaran yang isinya foto ke banyak tempat. tapi karena Nabi Muhammad membawa risalah kebenaran.
atau biar nggak berat, coba kita tengok ilmuwan jaman dulu : Newton, einstein, dll. Orang mengenal mereka, tapi bukan dari foto. melainkan dari karya mereka, temuan mereka.
atau penulis buku deh. dulu, waktu ayat-ayat cinta booming, semua orang mengenal habiburrahman el sirazy, tapi bukan wajahnya, mereka mengenal namanya dari buku yang ia tulis.
adapun menjadi terkenal yang disebutkan temen teh ami.. mungkin itu karena mindset kita sekarang yang udah diobrak-abrik sama orang barat.
kalo mau eksis ya harus tampil diri. harus banyak ada di foto-foto kegiatan super. padahal sih, kalo kita mau ngaku nih.. bukannya lebih seneng ya, kalo misal nama kita terkenal tanpa tahu wajah kita.
bangga nggak sih kalo ada yang tanya :
yang namanya rahmi yuwan orangnya kaya gimana sih? tulisannya bagus banget. sederhana, tapi mengena.
**
hehe, ini cuma opini sih teh. punten panjang
Ini Dedy Prasetiady ikut nimbrung ya kebetulan baca hehe
ReplyDeleteWah kalo dia pengen terkenalnya terus fotonya disebar kemana mana mah gak keren banget, banyak orang yang fotonya kesebar kemana-mana kayak foto yang ada di bungkus detergen misal, tapi toh gak ada yang kenal dia siapa, tapi banyak orang yang kita cuma tau namanya dan jarang bisa liat fotonya atau bahkan gak ada fotonya sama sekali tapi terkenal sedunia, contoh paling sederhana Rasulullah SAW, siapa coba yang gak kenal? orang kafir aja kenal, fotonya ada kah?
Jadi itu bukan alasan hehe
wah, asik beud bel...
ReplyDeletenanti disampein deh, hoho
majang2 foto emang banyak mudharatnya >_<
kak dedy mantep banget jawabannya. tapi jleb. kasihan cewek yang nanya. masa dibandingin sama gambar yg di bungkus detergen.
ReplyDelete