Bismillah..
Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS Al Ankabut [29] : 1-3)***
Pernahkah kita bertanya-tanya mengapa setiap belajar.. akan ada ujian yang dihadapi. UTS, UAS, UN, dan ujian-ujian lain. Kenapa harus ada? Seperti namanya, ujian ada untuk menguji kita. Mengetes, apakah materi yang selama ini diajarkan sudah benar-benar kita pahami. Atau apakah hanya sambil lalu, masuk telinga kanan lalu menguap saja.
Begitu pula iman. Jikapun diri sudah berkata : "aku telah beriman" apakah itu cukup untuk membuktikan bahwa diri memang benar beriman?
Tidak cukup. Karena iman itu naik turun. Karena iman itu tak hanya di lisan. Ia melekat di hati, kemudian berbuah amalan.
Maka jika situasi membuat dada kita sesak. Membuat mata kita memanas. Membuat kepala kita seolah akan meledak. Membuat diri, rasanya ingin putus asa saja. Karena tak ada lagi yang bisa kita mintai tolong. Tak ada lagi yang bisa dipercayai..
Cobalah sejenak diam. Hirup nafas dalam-dalam. Karena bisa jadi saat itu kita sedang diuji. Apakah benar diri beriman pada Allah. Sehingga kita tidak berputus terhadap rahmatNya.
Allah SWT berfirman (artinya), "Mereka menjawab, 'Kami menyampaikan berita gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa.' Ibrahim berkata, 'Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabb-Nya, kecuali orang-orang yang sesat'." (Al-Hijr: 55-56).
Allah SWT berfirman, "Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (Yusuf: 87).
Diriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Abbas r.a., bahwa ada seorang lelaki yang berkata: "Wahai Rasulullah, apa itu dosa besar?" Rasulullah saw. menjawab (artinya), 'Syirik kepada Allah, pesimis terhadap karunia Allah, dan berputus asa dari rahmat Allah'." (Hasan, HR Al-Bazzar [106/lihat Kasyful Atsaar], Thabrani dalam Al-Kabiir [8783, 8784 dan 8785], dan 'Abdurrazaq [19701]).
***
Merasa sedang diuji? Merasa payah dan tak bisa menghadapi? Ah.. kau tahu bel. Ujian keimananmu tak seberapa ketimbang ujian keimanan yang satu ini. Wallahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya