Judul Buku: Shahih
Sirah Nabawiyah
Penulis: Syaikh
Shafiyyurahman Al Mubarakfury
Penerbit: Jabal
Jumlah Halaman: 648
halaman.
Bismillah.
Bukankah cara masuk
surga termudah adalah dengan mencintainya?
Seperti itulah yang dijelaskan dalam sebuah hadits riwayat Muslim,
“Anas
bin Malik radhiyallahu ‘anhu bercerita: “Pernah seorang lelaki datang menenmui
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu dia bertanya: “Wahai Rasulullah,
kapan hari kiamat?”, beliau bersabda: “Apa yang kamu telah siapkan untuk hari
kiamat”, orang tersebut menjawab: “Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya”,
beliau bersabda: “Sesungguhnya kamu bersama yang
engkau cintai”, Anas berkata: “Kami tidak pernah gembira setelah masuk Islam lebih gembira disebabkan
sabda nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam “Sesungguhnya
kamu bersama yang engkau cintai, maka aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar
dan Umar, dan berharap aku bersama mereka meskipun aku tidak beramal seperti
amalan mereka.” (HR. Muslim) [1]
Tapi
mencintai seseorang apakah hanya dilisan? Dengan bershalawat kepadanya tiap
tasyahud dalam shalat? Tapi bisakah kita mengaku mencintainya, namun kita tidak
mengenalnya? Bagaimana kita mengaku cinta, jika kita tidak tahu apa yang ia
sukai? Bagaimana kita mengaku cinta, jika kita tidak tahu apa yang ia tidak
suka? Bagaimana kita mengaku cinta, jika kita tidak tahu siapa istri-istrinya?
Bagaimana kita mengaku cinta, jika kita tidak tahu siapa sahabatnya? Bagaimana
kita mengaku cinta, jika kita tidak tahu keresahan dan kesedihannya? Bagaimana
kita mengaku cinta, jika kita tidak tahu luka dan cobaan yang ia lakukan untuk
melihat kita selamat?
Dari
kedua paragraf di atas, saya termotivasi untuk memberi dan membaca buku tebal
ini. Sebelum membahas buku ini, mari kita mengetahui perbedaan dasar Tarikh dan
Sirah [2]. Tarikh merupakan sebuah tulisan yang disusun secara kronologis tanpa
mempedulikan kisah atau cerita yang dibangun. Sedangkan sirah merupakan tulisan
perjalanan hidup seseorang atau biasa kita kenal dengan biografi.
Buku Sirah ini ditulis oleh seorang ulama kelahiran India
ini, judul aslinya Ar Rahiq Al Makhtum,
atau Bukti Kenabian. Sirah yang satu ini cukup terkenal di Indoesia
karena cap "Juara 1 Lomba Penulisan Sejarah Nabi" oleh Persatuan
Ulama Sedunia. Karya ini, selain memiliki bobot ilmiah, juga dinilai mempunyai
metode pengungkapan yang indah. Karya ini kemudian diterjemahkan oleh beliau
sendiri ke dalam bahasa Urdu, dan kini diterjemahkan hampir ke semua bahasa
dunia, termasuk bahasa Indonesia. [3]
Sirah
ini terbagi menjadi enam bab, yaitu: kondisi bangsa arab dan kaumnya, garis
keturunan Rasulullah (shalallahu 'alaihi wasalam), di bawah lindungan nubuwah
dan risalah dakwah, penaklukan kota mekah sampai haji wada, dan akhir masa
kehidupan Rasulullah.
Bab pertama menceritakan kondisi bangsa Arab sebelum Rasulullah dilahirkan. Bagian
ini membuat kita seolah dapat melihat kondisi pada waktu itu. Kita seolah
melihat posisi tanah arab, dan kerajaan
atau imperium disekitarnya, dan kehidupan bangsa arab. Cerita fase perjalanan
Nabi Ibrahim 'alaihisalam setelah kejadian sa'i diungkap disini dengan cukup
jelas. Saat saat perintah berkurban turun, dua kali saat bertemu dengan istri
Ismail, dan yang terakhir saat membangun ka'bah bersama. Bab ini mungkin
dihadirkan untuk menyamakan suhu pembaca. Bagian ini menurut saya juga
merupakan keunikan dari buku ini. Beberapa buku Sirah Rasulullah yang lain
seringkali tidak memiliki fase "pemanasan" ini.
Bab
kedua menceritakan pembaca garis keturunan dan keluarga Nabi serta kelahiran
hingga 40 tahun sebelum nubuwah. Tentang garis keturunan Rasulullah, terdapat
beberapa pendapat yang berbeda. Penulis dapat menuliskannya dengan singkat dan
mudah dimengerti. Ia pendapat garis keturunan membagi menjadi tiga bagian:
bagian yang disepakati oleh seluruh ahli biografi dan keturunan (Rasulullah
hingga Adnan), bagian yang terdapat 30 pendapat berbeda (Adnan - Ismail) dengan
kesamaan pendapat bahwa Adnan benar merupakan keturunan Ismail 'alaihisalam,
dan bagian dari Ibrahim hingga Adam yang banyak dinukil dari ahli kitab.
Kemudian bagian selanjutnya adalah penjelasan keluarga Rasulullah (Hasyim,
Abdul Muthalib dan Abdullah) dengan disisipi kisah Pasukan Gajah yang hendak
menyerang Ka'bah. Kemudian diteruskan dengan kisah kelahiran sampai sebelum
wahyu turun yang hampir sama dengan kebanyakan Sirah Nabawi lain.
Bab
ketiga menjelaskan kisah Nabi saat wahyu mulai turun hingga sebelum perintah
hijrah. Beberapa cuplikan kisah yang membuat saya berhenti sejenak dan
menuliskannya ulang adalah kisah
terputusnya wahyu, kisah tiga musyrikin yang mencuri dengar bacaan quran
Rasulullah, dan kisah saat kaum musyrikin mekan tersungkur dan bersujud saat
mendengar ayat sajdah (An Najm ayat 62).
Bab
Keempat adalah bab terpanjang di buku ini, yaitu sebanyak 289 halaman (dari halaman 221-509). Masih
dengan bahasa yang baku namun tidak kaku, penulis menceritakan kisah dakwah
Rasulullah di Madinah. Kembali, di awal bagian ini penulis menceritakan
'prolog'. Ia menceritakan kondisi masyarakat Madinah saat Rasulullah hijrah,
agar pembaca tahu dan seolah dapat melihat dan mengenal masyarakat Madinah saat
itu. Setelah itu cerita dibagi menjadi dua tahap, membangun masyarakat baru dan
babak baru dalam dakwah. Tahap pertama merupakan kisah-kisah saat Rasulullah
mulai membangun masjid, mempersaudarakan kaum muslim, juga cerita beberapa
perang (badar, uhud, dll) hingga perjanjian hudaibiyah. Babak baru dalam dakwah
menceritakan saat kaum muslim saat itu sudah dilihat kuat dan disegani bangsa
arab lain. Beberapa korespondensi dengan Raja dan Amir diceritakan termasuk
didalamnya pengiriman surat dan utusan ke Najasyi (Raja Habsyah), Kisra (Raja
Persia), Qaishar (Raja Romawi), dll.
Bab
Penaklukan kota mekah sampai haji wada adalah bagian kedua terakhir di Sirah
Nabawiyah ini. Penaklukan kota mekah
menurut Ibnul Qayyim, merupakan perisrtiwa penaklukan terbesar yang dengannya
Allah telah memuliakan agamaNya, Rasul-Nya, tentara-Nya, dan pasukanNya yang
terpercaya. Dengan penaklukan ini pula, lanjut Ibnu Qayyim, Dia telah
menyelamatkan "negeri" dan "rumah"-Nya yang akan menjadi
petunjuk bagi seluruh alam. Di bab ini pula diceritakan peristiwa mengharukan
saat kaum Anshar protes, dan dijawab dengan pernyataan yang membuat janggut
mereka (kaum Anshar) basah oleh air mata.
Bab
penghujung buku ini, kisah sendu nan pilu kembalinya Rasulullah ke haribaan
ilahi dipaparkan. Setelah kisah tersebut, penulis melakukan flash back, menuliskan
hal-hal lain yang tidak dituliskan secara khusus di bab-bab sebelumnya. Yaitu
tentang rumah tangga Rasulullah, serta sifat dan akhlak Rasulullah. Di bagian
sifat dan akhlak ini, penulis mengutip pendapat beberapa shahabat tentang
kesempurnaan fisik, juga jiwa dan akhlaknya. "Dia sangat bersih, wajahnya
cerah berseri, postur yang tegap, perutnya tidak besar, karena kegemukan dan
tidak terlalu ramping karena kekurusan ", begitu tutur Ummu Ma'bad.
Sedangkan Ali menjelaskan tentangnya (Rasulullah), "Perawakannya sedang,
tidak tinggi, juga tidak pendek. Rambutnya hitam tebal dan tidak kaku, tidak
pula keriting dan juga tidak lurus, sungguh seimbang.". Sedangkan Abu
Bakar setiap ia melihat beliau (Rasulullah), dia selalu berkata, "Yang terpercaya lagi terpilih, menyeru
kebaikan, laksana sinar purnama, yang menyingkirkan kegelapan."
Cara penulis menjelaskan kisah perjalanan Rasulullah,
dengan tetap mempertahankan ilmiah namun tanpa begitu banyak catatan kaki
membuat buku ini recommended
untuk dibaca. Saya setuju bahwa buku ini mempunyai
metode pengungkapan yang indah seperti yang dikatakan Fimadani. Beberapa sirah
yang pernah saya baca (meski tidak ada yang selesai) adalah sirah Syeikh Sa'id
Ramadhan Al-Buthy dan Husain Haekal tidak cukup menarik hati saya untuk menyelesaikan
membacanya. Entah karena penerjemahnya, atau memang bahasa yang dipakai tidak
semengalir Syeikh Mubarakfury. Selain itu, beberapa gambar baik peta, gambar
posisi pasukan saat perang cukup menghias dan membantu memahami kondisi pada
saat itu. Kekurangan buku ini adalah
kesan "sangat tebal" yang akan membuat pembaca yang tidak biasa
membaca buku setebal ini akan menciut, dan sudah malas membaca sebelum memulai.
Selain itu tebal dan besarnya buku ini membuatnya tidak praktis dibawa.
After All, sangat direkomendasikan bagi kamu
yang ingin membaca sirah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam dengan bahasa
yang tidak terlalu berat. Dibuku ini layak dibaca oleh kalangan SMP ke
atas. Namun, jangan jadikan buku ini
membuat kita berhenti membaca buku Sirah Nabawi yang lain. Ada sebuah kutipan
dari Nouman Ali Khan, yang kurang lebih isinya begini,
Satu tahun sekali sempatkan baca satu sirah atau
tarikh Rasulullah, dari berbagai sisi dan banyak penulis. Yakinlah, meski akan
ada banyak kisah yang kembali diulang, akan kita temukan lebih banyak lagi
pelajaran yang akan memperkaya hidup dan memperbaiki diri kita.
“Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang
baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak
berdzikir kepada Allah.” (Al-Ahzab: 21)
Mari mengenal
Rasulullah, mari belajar dari dirinya, mari buktikan bahwa kita benar-benar
mencintainya dengan mempelajari dan mengamalkan sunnahnya. Semoga Allah kelak
mempertemukan kita dengan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam di Jannah-Nya.
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya