Bismillah..
48. dlm hal mendapatkan ‘energi’. #introvert : menyendiri melakukan hal yg ia senangi. #ekstrovert : berinteraksi dgn banyak org49. dlm hal komunikasi. #introvert : berpikir sebelum berbicara. #ekstrovert : berbicara sambil berpikir50. dlm hal interaksi. #introvert : lebih banyak mendengar. #ekstrovert : senang berbicara51. dlm hal ‘menjawab panggilan keramaian’. #introvert : bth diberikan alasan trlebih dahulu. #ekstrovert : langsung meluncur tanpa pertimbangan
52. dlm hal menunjukkan ‘true self’. #introvert : hanya pd org2 yg ia kenal & nyaman. #ekstrovert : sama pada siapapun53. dlm kaitan dgn keramaian. #introvert : ‘mengering’ di dkt org2, bth privasi. #ekstrovert : ‘meledak’ di dkt org2, menciut jika sendirian54. dlm hal pertemanan. #introvert : punya sedikit sahaba, namun ‘loyal’ dgn mereka. #ekstrovert : bnyak teman, mudah berteman dgn siapa saja55. dlm suatu forum. #introvert : diam dan mendengarkan. #ekstrovert : banyak bersuara56. dlm menata pikiran. #introvert : dapat berkonsentrasi dgn kuat. #ekstrovert : dapat mudah terganggu oleh hal lain57. dlm hal mengambil keputusan. #introvert : butuh waktu untuk berfikir. #ekstrovert : membuat keputusan dengan cepat58. dlm beraktivitas. #introvert : mempertimbangkan -> aksi -> mempertimbangkan kembali. #ekstrovert : aksi -> mempertimbangkan -> aksi lagi
Membaca tweet di atas, aku jelas-jelas masuk kategori extrovert terutama poin 50 dan 56. Entah sejak kapan aku menjadi ekstrovert, yang jelas bukan sejak lahir. Pernah ada masa di mana aku begitu pendiam, kemudian lingkungan sekolah, dan teman bermainku perlahan membentuk karakterku. Aku kini termasuk orang ekstrovert parah, begitu mudah berteman (meski sering dikatakan sangat judes ketika belum kenal), sangat mudah terganggu konsentrasi oleh hal lain terutama suara, dll.
Tapi aku percaya, tentang ekstrovert introvert ini tidak mungkin hanya kita miliki satu bagian saja. Mereka memiliki presentase sendiri yang akan berubah karena faktor tempat, waktu dan orang-orang di sekitar kita. Begitu pun aku, I'm introvert in someway.
***
Pernah suatu hari aku membuat sebuah catatan di jejaring sosial, aku tag orang-orang khusus yang ingin kuceritakan pada mereka tentang keputusanku. Ya, sebuah keputusan yang cukup mengagetkan bagi mereka yang tidak mengenalku. Kemudian salah seorang teteh berkomentar,
"Ternyata hati dan pikiran tak bisa terbaca.
terlihat biasa di luar,,ternyata tersembunyi kegelisahan di dalam...
Bel,,kita saling bertemu,,tpi jrang bertukar pikiran smoga Allah menunjukkan jalan yang benar dan baik sesuai dengn yg Allah kehendaki.
Jalan yg lurus untukku,untukmu dan untuk kita semua satu akidah islam...aamiin"
Seorang teteh yang memang sangat dekat, kami satu organisasi dan tinggal di satu atap. Kami saling mengobrol memang, namun hanya tentang hal-hal remeh, atau hal-hal penting terkait organisasi dan rumah tempat kami tinggal.
"Teh, punten nggak cerita banyak. as i said in arisan (*teteh ada nggak ya, waktu itu?), i'm actually introvert, but people see me as an extrovert. People may said, they know me, but actually they're not."
Ku jawab dengan satu kalimat singkat. Oh ya, arisan yang dimaksud di sini bukan arisan uang. Tapi arisan saling bergantian bercerita tentang diri. Saat arisan kali itu, aku memang menceritakan tentang sebuah momen di masa lalu yang memukul aku begitu keras. Kala itu, aku menceritakan kepada mereka tentang pagar-pagar yang aku buat. Ya, sampai sekarang aku masih memiliki pagar-pagar itu.
Pagar-pagar ini bukan sebuah pagar tinggi dengan kayu atau besi sebagai elemennya. Bukan, itu seperti garis lintang dan bujur bumi yang tak terlihat namun kita ketahui. Bedanya, hanya aku yang mengetahui dan mengizinkan kapan seseorang hanya boleh berdiri di pagar level terluar, atau pagar yang lebih dalam dari level itu. Bingung? hehe, ya sudah abaikan saja,
***
Izinkan aku meminta maaf, pada sahabat, teman, kenalan.. yang telah menjadi korban ke-ekstrovert-an dan ke-introvert-an ku.
Maaf karena seringkali aku lebih banyak bicara dan sering menyela saat kalian berbicara. Maaf, kalau aku sering keras kepala, ngeyel, padahal aku yang salah dan kalian yang benar. Maaf, jika kalian menjadi tidak nyaman karena sifat ekstrovert yang dominan pada diri.
Maaf karena seringkali aku menghilang, memilih untuk tidak ikut dalam keramaian. Maaf karena susah dihubungi, susah ditemukan, karena aku lebih memilih sendiri. Maaf karena tak pernah berbagi padamu tentang tangis dan luka yang kurasakan. Bagiku menangis sendirian lebih baik, bagiku mengobati luka sendiri lebih nyaman. Bukan berarti aku tidak percaya. I'm just introvert in some way.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya