What Have You Do To Fix Yourself? (2)
Bismillah.
-Muhasabah Diri-
7 Juni yang lalu, aku menulis judul yang sama, dengan tag #SensiMe (tulisannya sudah masuk folder draft lagi). Saat itu, emosiku yang maju. Aku berharap menuliskannya bisa meredakan emosi negatif yang reaktif muncul saja saat pertanyaan itu ditujukan padaku dengan intonasi tinggi.
Sekarang, saat aku sudah mengambil jarak dan waktu, aku bisa menuliskannya lagi dengan kepala dingin.
Seseorang bertanya padaku, "Apa yang sudah kamu lakukan untuk memperbaiki diri?" Intonasinya yang tinggi membuatku ikut ingin meledak. Di telingaku, pertanyaan itu seolah bukan pertanyaan yang meminta jawaban. Otakku dipenuhi awan kelabu, bahwa apapun jawabanku, tidak akan menghapus keraguannya. Hatiku terluka, karena prasangkaku sendiri, rasanya seperti pertanyaan tersebut men-judge effort-ku bernilai nol, atau mungkin effortnya ada, ya aku bergerak, tapi delta perpindahan nol.
Aku masih sama, tidak berniat menjawab pertanyaan tersebut. Aku terlalu takut, jika aku sebut satu per satu, "kain" yang sudah compang-camping terbakar hangus, menjadi abu, tertiup angin kemudian tak membekas sama sekali. Untuk yang satu ini, aku masih sama, aku memilih diam dan tidak menjawab. Tapi saat ini, ada yang berbeda.
Yang berbeda, kini aku bisa menerima dengan lebih kalem pertanyaan itu. Mengapa intonasinya naik? Karena aku terlihat begitu datar, terlalu cuek hingga bahkan terkesan tidak mendengarkan.
Yang berbeda, kini aku bisa mengakui, bahwa aku belum melakukan banyak hal untuk memperbaiki begitu banyak kekurangan dan kesalahanku. Aku masih terlalu egois dan berkutat dengan urusan sendiri. Lupa, untuk melihat ke sekitar dan melakukan lebih banyak untuk setiap yang di luar diriku.
Tiba-tiba teringat tulisan lama berjudul "Belajar Menerima", rasanya ingin menertawakan diriku. Karena aku mungkin saat ini lebih pas untuk masuk kelas dan belajar memberi, memberi dengan tulus.
Balik lagi...
Yang berbeda, kini aku bersyukur ada yang memberikanku pertanyaan tersebut. 7 Juni yang lalu aku masih terbawa prasangka, tapi kini, aku tahu persis alasannya bertanya seperti itu. Ia tidak mau aku menyesal, ia tidak mau aku menyesal. Let me write it one more time, in 'that person words', "Maksimalin, jangan ampe nyesel".
***
Terakhir, untukku, be like bee
Allahua'lam bishowab.