Bismillah.
Kemarin-kemarin baca tulisan lama di blog ini tentang quran, juga catatan dari kajian yang pernah didengar, trus jadi kangen untuk menulisnya. Kapan yaa.. aku bisa semangat lagi nulis kata-kata pengingat, yang membuatku lebih dekat lagi dengan ayat-ayat-Nya, agar membaca bukan cuma huruf-hurufnya, tapi juga belajar mendengarkan dan membaca maknanya.
Alasan kenapa aku lama gak menulis dua hal tersebut sebenarnya cuma satu, kondisi iman yang sedang tidak baik-baik saja. I mean, alhamdulillah masih Allah kasih nikmat iman dan islam. Tapi kalau aku mau jujur, aku tahu, intensitasku dengan quran, baik itu secara pribadi, maupun dalam komunitas benar-benar menurun. Itulah kenapa tidak ada yang bisa ditulis, karena bahannya saja tidak ada. Kalau dulu tiap hari nyempetin denger lecture meski cuma 10-15 menit, sekarang apa kabar? Kalau dulu, rajib hadir kajian offline, sekarang apa kabar? Pun kalaupun mendengar dan hadir, sekarang rasa inferior dan tidak pantas untuk berbagi materi tersebut jauh lebih besar daripada semangat untuk mencatat agar lebih lekat di ingatan, dan semoga dengan itu bisa tertanam dan menjadi benih kebaikan di hati. Fokusnya jadi lebih ke hal-hal negatif. Pemikiran dan ketakutan bahwa setelah selesai menulis, aku masih belum bisa mengambil manfaat dalam hidup, dan itu artinya bisa masuk ke kriteria orang-orang yang dibenci Allah. Fokusnya lebih ke perasaan takut, kalau tulisan yang kucatat dan publish di sini, bukannya menambah amal kebaikan, justru nanti menjadi hujjah yang akan menuntutku di pengadilan akhirat kelak. Ya perasaan seperti itu.
Aku tahu teorinya, bahwa kita bisa mencatat dan membagikan kebaikan, sambil terus berusaha berbuat baik. Tapi tidak semudah itu prakteknya. Aku kini paham kenapa ada orang-orang yang memilih berhenti menulis. Aku juga paham, kenapa mereka yang aktif menulis, memilih bekerja di belakang layar, seperti orang-orang yang aktif menulis dan membagikan pelajaran tentang quran di akun @quranreview, atau di aplikasi Ngafal Ngefeel. Setidaknya anonimitas tersebut menjaga hati mereka, supaya gak bengkok niatnya, dan supaya gak terjebak oleh pikiran buruk yang mengajak kita berhenti berbagi ilmu.
***
Barakallahu fiikum, untuk siapapun yang aktif istiqomah menulis dan membagikan nasihat atau pelajaran yang dibutuhkan oleh hati-hati yang haus akan pengingat.
Semoga rindu ini bukan cuma berhenti di kata-kata kosong, tapi kelak diobati, dengan menulis lagi. Aamiin.
Ah, aku jadi teringat kata-kata seseorang, bahwa pengingat baik tidak selalu harus tentang Al Quran, atau ibadah ritual yang biasa kita tahu. Terkadang pengingat tentang menjalani hidup yang produktif juga bentuk kebaikan. Pengingat untuk menjaga kesehatan juga bentuk kebaikan. Tapi tapi.. aku rindu menulisnya bukan yang itu. Ibarat rindu pada teman-teman sekolah, datang ke sekolahnya saja kadang tidak cukup untuk mengobati rindunya, karena yang dirindukan bukan tempatnya, tapi orang-orangnya. In this case, what I miss is not writing about goodness, but writing about Quran and reminder about Allah and Islam directly. Bukan cuma satu dua kalimat yang sering aku sisipkan di tema apapun yang kutulis. Bukan itu. Anyway.. I just want to express, that I miss it so much.
Wallahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya