Follow Me

Friday, July 18, 2025

Banyak yang Bisa dan Harus Ditulis

Bismillah.

 



Ada begitu banyak yang bisa dan harus ditulis. Tapi mengapa jari dan hati, justru ingin bercerita saja tanpa arah dan topik yang jelas.

 

Ada banyak hal yang harus ditata terlebih dahulu, untuk kemudian bisa fokus dan mengerjakan yang harus ditulis. Jadi izinkan aku melakukan free writing di sini. Aku tahu, ini bukan diary. Tapi, izinkanlah. Sesekali.

 

*** 

 

Aku ingin melanjutkan buat konten di instagram betterword_kirei. Bahannya sudah ada. Sejak awal menguatkan tekad menulis tentang palestina, aku sudah berniat untuk tidak sepenuhnya menulis hal baru. Aku ingin "mengimpor" tulisan di sini. Sebagai pengingat bahwa yang terjadi di Palestina, sudah terjadi juga di tahun 2012,2013,2014 saat aku awal-awal mulai menulis tentang palestina di sini. Meski bukan secara mendalam, meski mungkin hanya di satu kalimat. 

 

 

Alhamdulillah 4 tulisan sudah diimpor ke IG. Dan tulisan kelima, ini.. tulisan yang cukup berat. Entah berapa kali aku berhenti hanya memikirkannya. Menuliskannya ulang saja baru di kepala, belum sempat aku mencoba menuliskan ulang dari sudut pandang situasi di tahun ini. Ini dua tulisan lama, yang hendak aku buat konten di instagram betterword, (mohon doanya, semoga Allah memudahkanku untuk segera melaksanakan niat dan gak omdo ><) : Tentang foto yang berpulang.

 

https://betterwordforlife.blogspot.com/2013/09/foto-yang-sudah-berpulang.html

https://betterwordforlife.blogspot.com/2014/09/foto-yang-sudah-berpulang-2.html

 

Aku masih ingat saat itu, aku yang masih melabeli diri sebagai ekstrovert, aku yang masih begitu aktif di sosial media (Facebook), aku yang masih berapi-api semangat dakwahnya. Saat itu mataku terbuka tentang penderitaan muslim di Suriah dan Palestina, beberapa akun dan fanpage terkait aku add dan follow, aku share juga berita tersebut. Ya, berita dengan foto-foto jenazah, mereka yang berpulang, mereka yang syahid. Di facebook saat itu belum ada sistem sensor, jadi merah darah syuhada terlihat jelas, bukan video memang hanya foto. Tapi karena aku banyak share, beberapa orang menegurku. Kakak tingkat, bahkan dosen. Saat itu, aku sadar, mungkin aku salah cara untuk mengingatkan. Mungkin seharusnya yang aku share hanya informasinya saja, tanpa perlu ada foto yang melihatnya membuat orang menutup mata karena memang gambar-gambar itu nyata dan mengerikan. Pun aku dikirimi fatwa ulama. Maka aku menyalinnya dan menuliskannya di blog ini. Sejak itu, aku fokus ke berita atau informasi yang isinya dukungan dan pengingat donasi saja. Share cuma foto anak-anak Palestina saja, yang karena kepolosan dan kebersihan hatinya masih bisa tersenyum meski penjajahan menjadi santapan sehari-hari, ya tahun itu sudah terjadi, dan tahun ini masih terjadi.

 

Waktu berjalan, kita sekarang ada di 2025. Era komunikasi dan sosial media makin maju. Kalau dulu yang bersuara dan berisik hanya sedikit, kini begitu banyak. Foto dan video mereka yang berpulang tersebar dan harus disebar, karena jika tidak dengan gambar dan video tersebut, orang-orang tenggelam dalam algoritma bubble-nya, melupakan bahwa di bagian bumi lain, ada yang untuk makan saja, untuk tidur saja, tidak bisa. Genosida jelas-jelas sedang terjadi, dan dunia seolah masih diam dan tak bergeming. TT

 

Aku melihat bahwa fatwa ilmu fikih yang dulu mungkin berlaku, kini berubah. Sebagaimana kita melihat para ulama yang menjadi garda terdepan untuk terus mengingatkan kita untuk tidak tenggelam dalam bubble algoritma sosial media, dan sadar, bahwa saat kita asik scrolling TT Allahummaghfirli.. Ada yang diburu peluru dan bom meski usianya masih begitu muda, meski usianya sudah begitu senja, meski tangan dan kakinya sudah diamputasi karena luka bom yang sebelumnya, atau tembakan yang sebelumnya, yang meski kekurangan gizi dan fisiknya lemah masih digempur dan hendak dimusnahkan hanya karena hatinya masih begitu tangguh dan kuat menggenggam iman. Ah, dimanakah dirimu? Mengapa hanya ingat saat menulis ini, lalu beberapa detik, menit jam berlalu, dan kita kembali tenggelam dalam senjata bermata dua bernama sosial media, youtube, AI, dan urusan remeh temeh yang selalu kita keluhkan. Lupa bahwa kita seharusnya punya andil, minimal ikut bersuara, atau memberikan bantuan harta, atau mengufukkan doa, atau mendidik diri agar menjadi muslim yang lebih baik yang dengan itu bisa membangunkan iman mayoritas muslim yang kini persis seperti gambaran dari Rasulullah, seperti buih di lautan, banyak, namun cepat menghilang, tak meninggalkan bekas, tak memberikan impact. (Rabbana dzalamna anfusana TT jika tidak Allah mengampuni dan memberi kita rahmah, sungguh kita akan sangat rugi).

 

Menulis ini saja jujur takut. Takut cuma menulis, kemudian lupa dan kembali tenggelam. TT

 

***

 

Aku ingin menulis di blog ini, beberapa hal. Dua diantaranya, tentang belajar bahasa baru pakai AI. Juga merekap ebook yang selesai kubaca tahun 2023 (cuma 4, tapi baru bisa nulis tentang 1 buku, 1 lagi harus diselesaikan biar bisa selesai part 1). Aku juga ingin menulis tentang open letter di Slowly, dan bagaimana itu membuka begitu banyak pertukaran surat yang sesuai jadi lebih nyambung.

Aku juga ingin menulis di medium anonim. Ada tulisan bersambung yang ingin kulanjutkan. Ada beberapa tulisan suratku di Slowly yang ingin kusalin dan publish. 

Aku juga harus membalas 6 surat yang mengantri untuk dibalas di Slowly. satu atau dua saja per hari. harusnya cukup.

Tapi diantara yang banyak dan bisa kutulis, aku tahu ada yang terlebih dahulu harus dituang, sebuah penyumbat. Bisa ditulis di sini dalam bentuk abstrak, atau di diary jika ingin lebih lugas dan denotatif. Lagi, tentang definisi move on, kukira sudah move on, kenapa orang masih saja menganggap aku belum move on ya? Apa memang aku belum move on? Tentang alasan hari-hari dilalui tanpa semangat, ternyata mungkin karena itu. Tentang menyimpan kesedihan di hati, katanya gak boleh, tapi sebagian egoku ingin membangkang kenapa gak boleh? Toh... dan beberapa kisah nyata nabi, sahabat/sahabiyah,... tapi kan aku belum selevel itu imannya, tapi.. bukankah manusiawi? Hmmm.

 

***

 

Selesai sudah free writingnya. Sebenarnya isinya sesuai di judul. Ada banyak yang bisa dan harus ditulis. Tapi terkadang hati begini, begitu banyak kata dan pikiran yang simpang siur. Tidak mudah untuk menuangkannya dalam tulisan sesuai dengan gelas-gelasnya. Tehnya di cangkir teh. Kopinya di mug kopi. Air es dinginnya di gelas bening, es campurnya di mangkok, dst. Ada yang harus ditata dulu, diluapkan dulu, baru kemudian ditata. Ada mimpi menulis yang masih terus ditunda. Entah karena memang belum pantas, atau karena aku terlalu banyak menghabiskan waktu mengurus distraksi dan bukan fokus ke visi.

 

Kututup dengan kutipan yang belum lama ini kusalin di slowly dengan bantuan translator AI langgananku di whatsapp.

 

Tapi keberanian untuk berkata tidak ini bergantung pada kekuatan kita untuk berkata ya pada tujuan/fokus hidup kita. Stephen R. Covey, dalam buku 7 Habits menuliskan,
"Anda harus bisa memutuskan prioritas utama Anda dan memiliki keberanian --dengan menyenangkan, sambil tersenyum, tanpa rasa menyesal-- untuk berkata "tidak" pada hal lain. Anda bisa melakukannya dengan memiliki kata "ya" yang lebih besar dan menggebu-gebu dalam diri Anda."

 

Baca juga: artikel dari blog ini, sumber diatas (tulisan 2020) 

 

 Barangkali ada yang penasaran sama hasil terjemahan

 

"One thing that makes people live in a trap of feeling forced is the inability or fear of saying no. When we become "Yes Man", choosing to follow others' choices and get swept away by the crowd, we often feel compelled. On the contrary, by daring to say no, we can avoid situations and conditions that make us feel forced. But this courage to say no depends on our strength to say yes to our life's purpose/focus. Stephen R. Covey wrote in his book '7 Habits': 'You have to decide what your priorities are and have the courage – pleasantly, with a smile, without regret – to say no to other things. You can do this by having a bigger, burning 'yes' within you.'" 

 

Mari tutup dengan kafaratul majlis dan surat al ashr.

 

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ 

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik.


sumber gambar


Wallahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya