Bismillah.
-Muhasabah Diri-
Kemarin, saat membuka aplikasi iPusnas di hp - biasanya buka versi webnya di https://ipusnas2.perpusnas.go.id/ - melihat riwayat bacaan buku sampul hijau karya Urfa Qurrota Ainy, aku jadi tertarik untuk baca buku seri lainnya dengan tema yang mirip dan sampul yang senada tapi beda warna. Meski masih belum tahu apakah ada urutan diantara 4 buku tersebut, akhirnya aku memilih saja yang judulnya paling menarik hati dari 3 yang belum kubaca. Yang bersampul biru.
***
Aku memang baru baca halaman kata pengantar, ucapan terimakasih dan 7 halaman awal dari buku itu. Tapi dari 7 halaman tersebut, sudah ada saja yang ingin kucatat dan kubagikan di sini. Ternyata, sebelum membahas tentang air mata, buku ini mengingatkanku tentang berislam yang sebenarnya.
"Berislam semestinya membuat kita hadir di ruang-ruang yang paling membutuhkan sentuhan Islam. Bukan sekedar ruang-ruang yang sudah terang benderang, tetapi justru ruang-ruang yang masih menantikan cahaya. Bukan pula sebatas ruang-ruang kesalehan pribadi, tetapi juga ruang kesalehan sosial.
Benar bahwa dalam Islam ada ajaran untuk bersabar, bersyukur, ikhlas, berzikir, dan berdoa. Benar pula bahwa itu bukan aktivitas yang sepele. Namun, jangan lupa bahwa Islam juga pada awal kemunculannya, berhasil melawan penindasan terhadap kaum lemah di zamannya, seperti budak, perempuan, dan orang-orang kulit berwarna. Islam juga berhasil menghilangkan budaya-budaya Jahiliah, seperti mengubur bayi perempuan hidup-hidup dan perbudakan. Jangan lupakan bahwa Islam di tangan Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasalam menegakkan keadilan sosial dengan melawan praktik monopoli oleh oligarki, praktik lintah darat, mengatur distribusi kekayaan lewat zakat, serta mempromosikan kehidupan yang setara bagi semua manusia, lintas jenis kelamin, ras, status sosial, hingga status ekonomi."
#daribuku *Jika Bersedih Dilarang, untuk Apa Tuhan Menciptakan Air Mata?* - Urfa Qurrota Ainy, S.Psi., PT. Elex Media Komputindo
Jujur, paragraf-paragraf yang ditulisnya tercermin jelas pada kondisi masyarakat muslim saat ini. Sebagian hati ingin menyalahkan ideologi sekuler, atau sistem pendidikan yang seolah mengotakkan islam hanya tentang hal-hal ritual. Sehingga berislam yang sesungguhnya belum terlihat sama sekali apinya, jangankan menghangatkan orang-orang di sekitar, bahkan untuk diri sendiri saja, kadang ilmu sekedar jadi konsumsi otak, sedangkan akhlak masih jauh dari yang seharusnya diteladani. *ini menyindir diri sendiri ceritanya.
Kalimat tentang islam yang dulu membantu menegakkan keadilan sosial, melawan praktik monopoli oleh ligarki, dll, dst di kutipan di atas, makin terasa miris saat qadarullah aku beberapakali menyimak obrolan di grup MGN yang begitu melek dengan kondisi sosial politik terkini, berbeda denganku yang lebih sering memilih memalingkan wajah, dan memilih fokus mendalami topik yang "lebih ringan" dan tidak memberati kepala dan membuat tidak bisa tidur. Tapi sampai kapan memalingkan wajah, padahal yang kita rindukan adalah islam yang sebenarnya. Bukankah kita tidak ingin terus-terusan seperti buih ombak, yang banyak tapi hanya muncul sekejap, lalu hilang, tak beri dampak apa pun?
Jadi izinkan aku menulis di sini, sedikit kutipan yang semoga menjadi alarm agar diri ini bangun dari keterpurukan iman dan islam yang rapuh. Let's not give up on ourself. Coba ingat dan tanamkan lagi tadabbur yang kamu pelajari dari frase "Falidzalika fad'u", karena saat Allah menakdirkan hidup akhir zaman ini, artinya Allah juga membekali kita dengan potensi untuk bisa mencari solusi dan berusaha memberikan sebaik apapun yang kita bisa, ya, meski hanya jadi bulir-bulir pasir kecil, yang diadon dengan semen untuk membangun peradaban Islam yang lebih baik. Bukankah dulu pernah belajar, bahwa setelah masa pemerintahan yang begitu zalim ini (fase 4, lupa persisnya istilah arabnya), akan ada fase ke 5, saat islam bangkit lagi. Jadi jangan menyerah, minimal perbaiki diri. Lalu keluarga. Syukur-syukur bisa bergerak di komunitas atau masyarakat, saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran, agar sama-sama tidak menjadi orang-orang yang rugi.
Bismillah. Mari melangkah, sekecil apapun. Ikhtiar. Jangan lupa banyak berdoa karena apalah daya kalau bukan dengan bantuan dan pertolongan dari Allah.
Kututup dengan doa yang seharusnya kita ulang tiap pagi dan sore, dengan hati yang terhubung, jujur, dan tulus. Maafkan aku, yang sering lalai dalam dzikir, atau dzikir namun hati terputus koneksinya TT
![]() |
sumber: https://almatsurat.net/sugro |
Wallahua'lam bishowab.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya