Follow Me

Friday, October 31, 2025

Everything is Under Allah's Control

October 31, 2025 1 Comments

Bismillah.

 

#tadabbur 

 

Serahkan saja semua, semua hal yang tidak bisa kau kendalikan. Serahkan dan letakkan saja di tangan yang terpercaya. Yang di sana semua hal dalam kontrol dan kendalinya. Tidak pernah terlewat atau terbengkalai. Semua dalam kendali dan kontrolnya. Aman.

 

***


Seperti yang disebutkan dalam Al Muzzammil,

  

 

Dalam tafsir Jalalain disebutkan bahwa maksud dari "jadikanlah Dia sebagai pelindung" adalah menyerahkan urusan-urusan kita kepada Allah.


Ustadz Nouman juga menjelaskan tentang ayat ini,

 

 

Rabb al masyriku wal magrib menunjukkan sempurnanya kekuasaan Allah. Al masyrik wal magrib, timur dan barat, mencakup dimensi waktu dan tempat. Sebagaimana kita tidak punya kendali terhadap waktu. Sebagaimana terbit dan tenggelamnya matahari, dan berbagai perubahan yang terjadi setiap kali malam berganti pagi dan sebaliknya pagi berganti malam. "Dunia" bergerak dan terus berubah. Ada banyak sekali perubahan dalam hidup kita, yang tanpa sadar terjadi tiap detiknya. Manusia seringkali lalai, membuat ia merasa dalam satu kedip mata, tiba-tiba hari berlalu, bulan berlalu, tahun berlalu. Ada begitu banyak hal yang diluar kendali kita, perubahan dan pergerakan yang terasa begitu cepat, dan kita tidak bisa mengelola semuanya sendiri. Al masyrik wal magrib juga menunjukkan kekuasaan Allah yang terbentang dari timur ke barat. Tidak ada satu pun inchi di alam semesta yang tidak ada dalam kekuasaan Allah. Sedangkan kita, keterbatasan kita terhadap ruang, saat kita berpindah, maka kita tidak lagi bisa melakukan banyak hal selain di tempat tersebut. Memang ada teknologi yang membantu kita melakukan banyak hal tanpa terbatas ruang offline. Tapi semuanya terbatas.

 

Dijelaskan juga divideo tersebut tentang frase fattakhidzhu wakila. Dari frase tersebut, kita diingatkan bagaimana bodoh, dan lemah kita sehingga kita membutuhkan rahmah dan bantuan Allah atas banyak hal yang berada di luar kendali kita. Bayangkan kalau kita harus mengurus tiap degub jantung kita, atau bagaimana pembagian dan penyaluran gizi dari makanan ke seluruh tubuh kita. Itu baru urusan-urusan dalam tubuh kita. Belum lagi yang di luar itu. Ada banyak aktivitas harian, cita, rencana hidup kita, yang semuanya terkait dengan banyak faktor yang di luar kendali kita. Memang manusia diberikan ruang untuk bisa berusaha dan Allah berikan hukum sebab akibat yang membantu kita untuk tahu apa yang harus kita lakukan untuk mencapai sesuatu. Tapi terlepas dari usaha kita, kita tidak punya kuasa apapun atas hasil yang nanti akan terjadi. Jadi, bukankah hal paling menenangkan yang bisa kita lakukan adalah berserah kepada Allah, rabbul masyriku wal maghrib, laa ilaha illa hu. 

 

Ada satu poin lagi, yang dijelaskan baik dari video maupun dari tafsir Ibnu Katsir. Perintah untuk menyerahkan urusan-urusan kita kepada Allah, perintah untuk tawakkal juga disebutkan di ayat lain (Hud:123, Al Fatihah:5). Artinya apa? Artinya, salah satu bentuk kita beribadah kepada Allah adalah berserah diri dan bertawakkal pada-Nya. Jangan khawatirkan begitu banyak hal yang berada di luar kendali kita. Sadari dan akui betapa lemah dan bodoh diri, lalu berserahlah kepada-Nya, mintalah pertolongan dan perlindungan dari-Nya. Pada hal yang tidak kita ketahui di masa depan sana. Ketidaktahuan kita barangkali adalah rahmat dari-Nya, agar kita cuma perlu fokus pada apa yang ada di masa kini. Agar kita fokus pada usaha yang bisa kita lakukan. Allah will take care all of it. Things that you can't control and you don't even know. Allah will take care of it all.. Cause as it is said in surah Al Muzzammil,

 

رَّبُّ ٱلْمَشْرِقِ وَٱلْمَغْرِبِ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ فَٱتَّخِذْهُ وَكِيلًۭا
 

(Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,

maka ambillah Dia sebagai pelindung. [Surat Al-Muzzammil (73) ayat 9] 

 

Wallahua'lam bishowab. 

Monday, October 27, 2025

Jangan cuma Ingat Buruk/Sedihnya Saja

October 27, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

*warning* lebih baik baca tulisan lain

 

*** 

 

Beberapa waktu ini aku kembali ke setting introver lagi. Kalau kemarin menulis tentang introver yang mencari-cari komunitas, kini introver tersebut sedang kehabisan energi hanya karena bergabung satu batch di dua tiga komunitas. Rasanya ingin memutus kontak dan menyendiri, tapi karena tahu itu zalim, akhirnya hanya bisa memaksa diri tetap berjalan meski jelas-jelas notifikasi low battery, sudah berkali-kali muncul. Beberapa kali jatuh, lalu tertatih dan terseok berusaha menyamakan pace langkah dengan teman-teman lain. Sembari masih mencerna keruwetan pikiran diri yang meminta untuk diisi energinya dengan menyendiri, apa kabar dini harimu? Bukankah seharusnya itu waktu yang tepat untuk mengisi batre yang hampir mati?

 

Lalu suatu pagi aku menjadi lebih sensitif, cuma perlu satu pemicu, dan bendungan air itu pecah, membuat orang lain yang tidak tahu kondisiku yang lowbatt and sensi ini merasa bersalah. Tapi kasih sayang Allah terus mengalir, somehow, dalam rangka meredakan emosi yang meletup, dan air yang tak kunjung bisa berhenti dibendung, pencarian distraksi satu dua, membuatku mengenakan lagi jas ektrover. Allah seolah memberitahuku, kamu bukan introver tulen yang hanya bisa charge energi dengan solitude, kamu punya sisi ekstrover juga yang bisa diisi energinya dengan komunikasi pada orang-orang yang tepat.

 

#bacatulisanlama Nuju Naon Teh, aku menyambung sapa dengan Apih

 

Kalau di tulisan Nuju Naon, namanya kusamarkan, izinkan kali ini aku menuliskan namanya sebagai bentuk terima kasih, karena sudah membantu mengisi energiku hanya lewat bertukar sapa dan cerita singkat. Rapih Umbarawati, atau biasa disapa Apih adalah salah satu adik tingkat yang kukenal karena pernah tinggal di Asrama Putri Salman. Seingatku jadi dekat dengannya karena pernah jadi satu divisi saat jadi panitia LMD, atau pas peserta juga satu kelompok ya? Lupa hehe.

 

Anyway. she's such a lovely person. She's logical, whenever I talk to her, I always see the rational part of her. She's smart, and dilligent. I feel comfortable speaking and listening to her. She open up to me a little about her family, that makes me feel closer. Bagiku yang sulit untuk membuka diri, aku sangat menghargai dan tahu benar, bahwa bercerita dan terbuka tentang hal pribadi adalah sesuatu yang hebat.

 

Singkat cerita, aku menyambung sapa dengan Apih. Melanjutkan chat terputus kami bulan Mei 2025 lalu. Bertukar cerita dan tanya, tak panjang memang, tapi cukup untuk mengisi batreku. Lalu dari percakapannya, aku tergerak untuk mencari tulisan lama lain di blog ini, kuketik dua keyword "tiga buku", selain kutemukan tulisan yang kucari, kutemukan juga tulisan lain yang membuatku tergerak untuk menyambung sapa dengan sohib lama pas SMA.

 

#bacatulisanlama Tiga Lembar Memori, aku menyambung sapa dengan Salsa


Sebelumnya, sebenarnya sebelum membaca tulisan lama itu, akun instagram Salsa, somehow, with algorythm, direkomendasikan ke akun IG betterword_kirei. Tapi karena satu dua hal, aku ragu untuk mengajukan follow ke akun tersebut. Sampai Allah kembali mengingatkanku lewat tulisan lama tersebut. Segera aku kirim link rekomendasi IG Salsa dari betterword via dm ke IG pribadiku, lalu aku follow akun tersebut menggunakan akun isabellakirei_. Kukirimkan juga DM padanya. Rasanya ingin kirim foto, tapi karena akunnya private, tentu saja gak bisa kirim DM kalau belum friend. Tapi qadarullah, dia online juga, dan aku jadi bisa kirim foto. Lalu percakapan terjalin.

 

Rasanya senang sekali, karena seolah ada tali rindu yang tertaut kencang, kini sudah lepas dan membuatku lega. Apalagi terakhir kali aku menulis tentang memori masa sekolahku, aku mengingat hal buruk dan tenggelam dalam sedih sembari menyimpulkan, ternyata mungkin ini salah satu hal mengapa aku menjaga jarak dengan mereka. Padahal ada begitu banyak memori happy dan bahagia yang seharusnya lebih aku ingat dan abadikan, ketimbang membiarkan debu-debu di kacamata hingga menyamarkan dan membuat mataku perih tiap kali menengok ke belakang.

 

Beberapa waktu ini aku juga berkaca, saat melihat salah satu konten sahabat SMA, yang membahas tentang effort orang-orang yang bertahan dan menjadi circle dekatnya. Katanya karena sama-sama effort. Lalu aku berkaca, betapa tidak bersyukurnya aku. I did only give them minimal effort, I put my wall all the time, I am bad in exchanging communication while being away. I'm also don't give present back, when I get so many present from each of them. Teringat buku-buku hadiah dari mereka, dan surat, dan aku tidak membalasnya, hanya karena berdalih aku tidak merayakan hari lahir. Padahal aku bisa saja membalas dan mengirim hadiah kecil, tanpa harus di hari lahir mereka. Sementara aku cuma bisa menulis penyesalan ini. Someday, maybe, I'll put a little more effort, just to say thank you and sorry, for being a bad friend.

 

*** 

 

Oh ya, dari tulisan lama 3 lembar memori, aku jadi teringat lagi memori indahku saat masih maba dulu, what a movie kinda scene. Jujur malu, karena pada kakak-kakak tingkat di organisasi itu, memori pertama yang melekat bukan yang indah, tapi yang membuatku menangis dan memilih untuk tidak bergabung dengan halaqah manapun, sedih dan bingung melihat "perebutan" calon kader, rumor yang berseliweran, dan aku yang memilih untuk menjauh. 

 

Oh ya, mayoritas draft tulisan di atas ditulis tgl 11 Okt, it's 27 october now. Ada satu lagi memori yang somehow melintas siang hari ini dan membuatku impulsif untuk menyelesaikan tulisan ini. Ada memori bittersweet yang terjadi di Bulan Ramadhan kali itu, saat aku dan partner organisasi dituduh sama-sama cuek. Padahal awalnya semua manis, tapi berakhir pahit. Dan aku cuma bisa diam dan menerima saja menjadi sosok yang terdakwa dan salah. Padahal ada banyak hal yang ingin aku komunikasikan, tapi aku memilih diam, dan menulis semua dalam diary. Perasaan sedih, kecewa, rasa tidak terima karena disalahkan dll, kusimpan rapat-rapat, lalu aku menjalani hari seolah semua baik-baik saja. Secara otak dan akal, aku sudah berdamai dengan memori itu, aku mungkin bisa tertawa dan bercerita tentang kenangan itu. But perhaps, ada hak emosi dalam diri yang belum terpenuhi, karena yang seharusnya disalurkan malam itu aku pilih untuk disumbat dan ditaruh dipojok terdalam. Mungkin karena itu, somehow, saat momen-momen yang tidak direncana, tiba-tiba saja ada kebocoran emosi dan memori yang muncul dan menguap, meminta haknya untuk disalurkan entah dalam bulir air, atau dalam kata-kata yang tidak abstrak.

 

Jujur sebenarnya aku tidak suka menulis impulsif begini. Pun tidak suka, tulisan ini membuatku seolah aku orang yang sering mengingat buruk/sedihnya saja. Tapi jika tidak menuliskannya, aku takut aku mengulangi kesalahan yang sama. Hanya mengingat buruk dan sedihnya saja. Padahal, kalau mau diteliti dan ditelisik lagi, ada begitu banyak hal baik dan bahagia yang terjadi. Untuk hal-hal ini, mungkin aku perlu belajar dari introver lain yang sudah lebih awal aware akan ke-introver-annya. Mungkin mereka lebih tahu cara menata pemikiran/perasaan negatif yang lama ditumpuk dan disimpan, sampai membuat kita melupakan yang positif. Atau mungkin aku hanya perlu lebih banyak berdoa agar dimudahkan untuk bersyukur. Dan mungkin aku harus mulai membiasakan diri agar tidak menulis diary hanya untuk menulis hal-hal negatif dan perasaan negatif yang tidak bisa kusampaikan ke orang lain, bukankah harusnya journaling itu diisi lebih banyak dengan hal-hal yang kita syukuri? Atau journaling habit tracker, biar istiqomah melaksanakan kebiasaan-kebiasaan baik yang ingin dibangun. Dan adapun untold story of my life, ya, gapapa juga ditulis untuk mengeluarkan sesak dari dalam dada, tapi jangan lupa akhiri dan tekad untuk mencari hikmah dari hal-hal tersebut. 

 

Terakhir, semoga aku bisa lebih banyak menulis lagi, ketimbang lari dan tenggelam dalam distraksi. Jangan ragu untuk sambung silaturahim, barangkali satu dua pertukaran pesan singkat bisa mengisi energi sosialmu. Juga, seperti judul tulisan ini. Jangan cuma ingat buruk atau sedihnya saja. Ingat juga baik dan bahagianya. There's no path that all black and dark. If you pay attention to every path you took before, there's a lot of light, flowers, sweet fruit along the way too. Allahumma a-inna 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibadatika. Aamiin. Wallahua'lam. 

 

 

 

Monday, October 6, 2025

Faktor-Faktor Penghalang dalam Menuntut Ilmu

October 06, 2025 0 Comments

Bismillah.

#nukilbuku #buku 

 

#daribuku "Adab dan Kiat dalam Menggapai Ilmu" - Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah As-Sadhan, Darus Sunnah 

 

***


1. Niat yang salah

 

 

Niat adalah dasar dan rukun sebuah amal. Jika niatnya salah dan rusak, maka amal yang dikerjakan ikut salah dan rusak.

 

Penting untuk meluruskan niat hanya untuk mencari ridha Allah dalam menuntut ilmu.

 

Manusiawi jika dalam hati ada lintasan pikiran ingin tampil dan terkenal. Kuncinya, kembali pada ilmu, baca nash dan sirah, renungi dengan baik, luruskan niat dan berusaha kembali ke jalan yang benar.

 

"tidaklah perenungannya itu kecuali akan menambah rasa rindu kepada kebenaran dan kebaikan"

 

 

2. Ingin Terkenal dan Cari Popularitas

  

Termasuk bahasan no. 1, ditulis untuk menunjukkan pentingnya permasalahan ini.

 

"Sesuatu yang paling terakhir hilang dari orang-orang shalih adalah, keinginan untuk berkuasa dan keinginan untuk tampil" - Imam Asy-Syathibi

 

Hadits 3 orang pertama yang dihisab di kiamat, salah satunya penuntut ilmu dan pembaca quran yang niatnya salah.

 

Ibnu Atsir rahimahullah mengatakan, "..hal yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah; syirik dan syahwat yang tersembunyi."

 

"syahwat yang tersembunyi adalah keinginan agar manusia melihat amalnya."

 

Hadits. Rasulullah bersabda "Barangsiapa memperdengarkan (menyiarkan amalnya)", maka Allah akan menyiarkan aibnya. Dan barangsiapa beramal karena riya', maka Allah akan membuka niatnya (di hadapan manusia pada hari Kiamat)."

 

 


3. Lalai Menghadiri Majelis Ilmu

 

 

"ilmu itu didatangi, bukan mendatangi". Majelis ilmu ada banyak, jika kita tidak mendatanginya, maka kita akan gigit jari penuh penyesalan di hari akhir nanti TT

 

Seandainya kebaikan yang ada dalam majelis ilmu tersebut hanya berupa ketenangan bagi yang menghadirinya, dan rahmat Allah ta'ala yang meliputi mereka, tentulah cukup dua hal itu saja sebagai pendorong untuk menghadirinya.

 

 

4. Beralasan dengan Banyaknya Kesibukan

 

 

Ini merupakan tipu daya setan yang harus diwaspadai.

 

"Orang yang menyia-nyiakan kesempatan mencari ilmu, maka kesibukannya membuat ia tidak dapat menghadiri majelis ilmu. Ia menjadikannya sebagai alasan yang sengaja dibuat-buat, sehingga ketidakhadirannya di majelis ilmu memiliki alasan yang jelas." -- Allahumma la taj'alna minhum TT

  

 


5. Menyia-nyiakan Kesempatan Belajar di Waktu Kecil

 

 

Manfaatkan waktu muda untuk menuntut ilmu, sebelum disibukkan oleh banyak hal. Tapi jangan berputus asa juga jika sudah tua, karena hakikatnya seluruh umur yang kita miliki adalah kesempatan untuk menuntut ilmu, dan menuntut ilmu adalah ibadah.

 


6. Enggan Mencari Ilmu

  

Diantara penyebabnya adalah alasan untuk berkonsentrasi mengikuti informasi terkini dan peristiwa yang sedang terjadi.

 

Padahal masalah yang terjadi, cuma bisa diselesaikan kalau kita menuntut ilmu dan merujuk pada ulama, syariah dan al quran.

 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah contoh nyata, yang sangat melek terhadap keadaan dan permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat, namun tetap menyempatkan diri belajar dan mengumpulkan ilmu. Dengan ilmu tersebut, beliau dapat mengatasi berbagai permasalahan masyarakat, dengan mendapatkan solusi dari Al-Quran, As-Sunnah dan berbagai disiplin ilmu lainnya.

 

"Allah Ta'ala tidak menurunkan suatu musibah atau penyakit, kecuali ada solusi dan obatnya. Tidaklah musibah itu terjadi kecuali ada jalan keluarnya dalam Al Quran dan As-Sunnah"

 

 


7. Menilai Baik Diri Sendiri

 

 

Orang yang senang memuji dirinya, senang mendengar orang lain memujinya.

 

Jangan sampai seseorang senang dipuji atas apa yang tidak ada pada dirinya. (QS Ali Imran: 188)

 

Merasa diri baik itu pada umumnya merupakan perbuatan tercela, kecuali pada perkara saja yang sesuai aturan-aturan syariat.

 

Merasa diri baik dan suka dipuji oleh orang adalah salah satu pintu setan. 

 

 


8. Tidak Mengamalkan Ilmu

 

 

Tidak mengamalkan ilmu merupakan salah satu sebab tidak berkahnya ilmu. Bahkan merupakan salah satu sebab ditegakkannya hujjah atas pemiliknya.

 

Salafus shalih adalah orang yang paling bersemangat dalam mengamalkan ilmu.

 

Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu berkata, "Dahulu seseorang dari kami, jika ia mempelajari sepuluh ayat, maka ia tidak akan melampauinya hingga dia betul-betul mengetahui maknanya dan mengamalkannya." (Tafsir Ibnu Katsir, 1/2)

 

Ali Radhiyallahu 'Anhu berkata, "Ilmu akan mengajak pemiliknya untuk beramal, jika dia mau beramal maka tetaplah ilmunya, jika tidak maka hilanglah ilmunya." (Ibnu Abdil Barr dalam Al Jami' 2/11, Waki' dalam Al Jami', 2/132)

 

Mengamalkan ilmu akan membantu dalam penjagaan terhadap ilmu itu sendiri.

 

Seandainya seseorang ingin menghafalnya, tentu bisa saja, namun suatu waktu kelak dia akan lupa. Seandainya dia mengamalkannya, maka dzikir tersebut akan tetap kokoh pada dirinya.

 

Ilmu yang telah Allah ta'ala berikan kepada kita ini perlu dikeluarkan zakatnya. Adapun zakat ilmu adalah dengan mengamalkannya dan mengajarkannya.

 

Ketahuilah bahwa wajib bagi kita untuk mendalami empat masalah, yaitu: pertama, mencari ilmu. Kedua, beramal. Ketiga, berdakwah. Keempat; bersabar dalam menghadapi segala rintangan dalam menuntut ilmu, mengamalkannya, serta mendakwahkannya. (Al Ushul Ats Tsalatsah, karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.) 

 

9. Putus Asa dan Rendah Diri

  

Jangan sekali pun Anda meremehkan satu kebaikan walau sekecil apa pun, dan jangan sekali pun merendahkan diri Anda sendiri, dan dalam waktu yang bersamaan jangan pula Anda menganggap diri Anda suci.

 

Sikap putus asa dan merasa rendah diri adalah penyebab terbesar dari kegagalan dalam menuntut ilmu.

 

Jangan merasa rendah diri jika Anda memiliki hafalan yang lemah, lemah pemahaman, lambat dalam membaca, atau cepat lupa. Semua penyakit ini akan hilang jika Anda meluruskan niat dan mencurahkan segenap usaha.

 

Jangan sekali-kali Anda meremehkan potensi yang ada pada diri Anda, dan hendaknya Anda bersungguh-sungguh dalam belajar.

 

Imam Al-Bukhari Rahimahullah, beliau pernah ditanya, "Apakah obatnya lupa?" Beliau menjawab, "Terus menerus melihat buku."

 

Meninggalkan maksiat juga merupakan penyebab terbesar yang dapat membantu seseorang dalam menguatkan hafalannya.

 

Imam Asy-Syafi'I Rahimahullah dalam syairnya yang indah berkata

 

 

 



10. Sikap Menunda-nunda

 

Sikap menunda-nunda, menurut sebagian ulama salaf termasuk tentaranya iblis yang akan menyerbu manusia.

 

"Sesungguhnya angan-angan adalah modal utama orang-orang yang bangkrut." - Ibnul Qayyim Rahimahullah

 

Sikap menunda-nunda adalah, seorang hamba berangan-angan untuk melaksanakan suatu hal setelah beberapa waktu dari umurnya berlalu. Orang ini tidak tahu bahwa ajal dapat menjemputnya setiap saat. TT

 

Janganlah engkau menunda-nunda amalan hari ini untuk hari esok, karena bisa jadi, esok datang namun engkau telah tiada.

 

Yusuf bin Asbath Rahimahullah mengatakan, "Muhammad bin Samurah As-Saih pernah menulis surat kepadaku sebagai berikut,

 

'Wahai saudaraku, janganlah sifat menunda-nunda pekerjaan menguasi jiwamu dan tertanam di hatimu; karena hal itu dapat membuat lesu dan merusak hati. Sifat menunda-nunda itu memendekkan umur kita, sedangkan ajal segera tiba. Bangkitlah dari tidurmu dan sadarlah dari kelalaianmu!

 

Ingatlah apa yang telah engkau kerjakan, engkau sepelekan, engkau sia-siakan, engkau dapatkan dan apa yang telah engkau lakukan. Sungguh semua itu akan dicatat dan diperhitungkan, sehingga engkau akan terkejut dengannya, dan engkau akan tersadar dengan apa yang telah engkau lakukan, atau mungkin engkau akan menyesali apa yang telah engkau sia-siakan'."

 

Bacalah kisah-kisah tentang kesibukan sebagian besar kaum salaf, niscaya kita akan takjub terhadap cara mereka dalam memanfaatkan waktu.

 

***

 

 

PS: Tulisan ini dibuat dalam bentuk resume. Saya menyalin kata-kata yang ingin saya catat dari buku tersebut. Mengenal buku ini dari komunitas RSC (Rahmah Study Club). Tolong abaikan emoticon TT yang kadang muncul selagi saya membuat resume/menyalin kutipan dari buku.