Follow Me

Saturday, May 28, 2011

Down here

May 28, 2011 0 Comments
I'm not feeling so well, no i'm not..

Again. Feeling so down, fall into this deep valley.. It's so dark here. Can't see so clear what's around me.

Wish that i was never brought into this place.

Thursday, May 26, 2011

Kamu :)

May 26, 2011 0 Comments
Kamu lagi :)
dalam kasus ini, sebenarnya bukan segala hal yang mengingatkanku padamu. Bukan. Aku saja.. Sepertinya memang aku saja yang mnyangkut-pautkan segala hal padamu hingga aku kembali mengingat-ingat dirimu dan kisah manis "kita".

Kamu lagi :)
sepertinya aku memang sudah kehabisan akal untuk menolak mengingatmu. Kau sudah tak lagi tampak, sudah tak lagi terdengar. Tak ada jejak. Bahkan aku bisa jadi sudah lupa goresan wajahmu.

Bukankah itu memudahkanku untuk tak lagi mengingatmu? Tapi entah kenapa aku enggan menghapus namamu di otakku. Aku seolah tak mau ada yg menghapus dan mngganti namamu.

Aneh. Aku tak mengharap hadirmu di sini. Aku biarkan saja kau pergi. Bahkan sempat aku kesal ketika kau hadir lagi di hadapanku saat kupikir aku sudah menciptakan ending yang pas untuk kisah manis "kita".

Sungguh.. Mungkin memang kau sang ahli, melukis twist lalu menyempurnakan dengan ending unik buatanmu. Ending yang berhasil membuatku terpaku sejenak lalu bertanya pada diriku sendiri: benarkah sudah selesai?

Sejak saat itu.. Kamu lagi :)
no matter how far you are, or how silent this communication is.. Everything will remind me of you, or i'll make everything remind myself of you. :) kamu lagi..

Sunday, May 22, 2011

I Should Have Told You This

May 22, 2011 0 Comments
Banyak yang gagal ketika berhadapan dengan cobaan yang bernama kesedihan, tapi ternyata lebih banyak orang yang gagal ketika berhadapan dengan cobaan yang bernama kebahagiaan..

Saat kesedihan datang banyak dari kita mencoba mencari Tuhan untuk mengadu, tapi saat cobaan kebahagiaan datang banyak dari kita lari dari Tuhan. Lupa diri, lupa daratan.

Pada hakikatnya segala sesuatu adalah cobaan, dan sebaik-baiknya cobaan ialah cobaan yang bisa mendekatkan seorang hamba kepada Illahnya.

For all of you, whom i love..
Semoga kita bukan bagian dari mereka yang gagal dihadapkan dengan cobaan yang bernama kebahagiaan.

Dunia ini indah dan melenakan kawan.. Tapi keindahannya semu, hanya sementara. Tidakkah kita lebih menyukai keindahan yang nyata dan kekal? Kita lah yang berhak memilih, maka jangan siakan pilihan kita. Buka mata hati, dengarkan nurani. Maka kita akan tahu, pilihan yang terbaik.

Mengacau

May 22, 2011 0 Comments
Just messing up my own plan.

Mungkin aku lelah, bosan, atau entahlah.. Aku hanya tidak ingin mencari-cari alasan, kalau akhirnya kembali kutemukan egoku yg mengalahkanku.

Ah..! Rasa-rasanya aku mulai acuh, tak peduli pada apapun..siapapun. Egoku benar-benar hebat! Kalaupun catatan ini adalah perwujudan sesalku, aku blm yakin egoku mau mengalah.

Maaf. Maaf. Maaf.
Karena kembali ku tak peduli pada semua kecuali pada diriku sendiri.

Maaf, karena aku tampaknya mulai tak peduli pada kalian. Mulai lebih sayang pada diriku ketimbang kalian. Lalu membiarkan diriku terpaku dan terbungkam. Tak melakukan apa pun untuk kalian. Padahal dari sini dapat kulihat kalian hanyut dan hampir tenggelam.

Aku tak yakin lelah ini yg membuatku berhenti.
Bukankah kataku 'takkan pernah kubiarkan lelah memaksaku tuk lengah'?
Aku tak yakin penat ini yg membuatku membisu.
Bukankah seruku 'takkan pernah kubiarkan penat memaksaku tuk menyengat'?

Aku tdk lengah dan menyengat. Maka bukan lelah dan penat. Bukan. Tapi luapan ego ini..

Bagaimana bisa kuulurkan tanganku pada kalian yg hanyut dan tenggelam? Sedangkan aku masih sibuk membuat tanggul agar ego ini tak menenggelamkanku.

Ah! Alasan! Alibi.. Sudahi tulisan ini!

I've messed up my own plan..

Friday, May 20, 2011

Something Left

May 20, 2011 2 Comments
“Ada yang ketinggalan?” tanya Kak Tania saat melihatku terhenti di depan pintu rumah. Ku buka tas tangan, melihat sekilas handphone, tissue dan beberapa lembar uang di dalamnya. Aku menggeleng ragu. ‘Adakah yang tertinggal?’ batinku.



###



Aku melihat cerminan wajahku dari kaca mobil, cantik. Kak Tania memang paling ahli masalah rias merias. Ia bawel sekali menyuruhku bergegas menyelesaikan sholat magribku, padahal ia cuma butuh waktu kurang dari setengah jam untuk merias wajahku. Dan voila.. lihatlah aku sekarang, seperti cinderella.



Drrrt.. handphoneku bergetar. Sms dari Lia. “Di hutan, kulihat dua cabang jalan terbentang. Kuambil jalan yang jarang dilalui orang. Dan itulah yang membuat segala perbedaan (Robert Forst, The Road Not Taken)”, keningku berkerut. Pikiranku melayang ke beberapa hari yang lalu.



“Ta, kamu tahu? Sekarang ini banyak sekali model teman yang hanya mendekat pada kita ketika ia butuh bantuan kita, ketika ia sudah dapat yang ia mau.. ia melupakan kita. Ia bahkan lupa pernah merajuk pada kita,” Lia tersenyum padaku. “senangkah kamu punya teman seperti itu, Ta?” lanjutnya.



Klik. Kubaca lanjutan sms dari Lia “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan durhaka dan jalan ketaqwaannya (Q.s. Asy Syams [91] : 8)”. Tanganku bergetar, dingin.



###



Perkenalkan. Namaku Alice Ariesta, teman-temanku biasa memanggilku Esta. Sekarang, aku sedang menuju sekolah. Malam ini adalah malam perpisahan sekolahku. Malam yang membuat semua siswa sibuk beribet-ribet ria mengurus penampilan mereka. Aku ralat, tidak semua siswa. Lia, sahabatku.. memilih menghabiskan malam bersama keluarganya. Aku sudah memaksanya untuk datang, tapi ia cuma tersenyum dan menggeleng pelan. “You’ll understand my reason sooner or later.”

Celakanya, aku justru baru mengerti alasan Lia sedetik yang lalu.



“Hey.. udah sampe Esta. Ngelamun aja.. You do look pretty, don’t worry!” ujar kak Tania. Aku refleks membuka pintu mobil dan turun. Aku pandangi mobilku yang menjauh. Ada perasaan gamang di sini.



Teman-teman yang melihatku langsung menghampiriku, mengajakku segera melewati red carpet dan berpose di backdrop unik buatan panitia.



“Esta.. kamu cantik banget! Pasti dandan dari jam 5 ya?” ujar salah seorang teman sekelasku. Aku cuma tersenyum tipis. “makasih.” Kulirik jam di tanganku 07.01, biasanya aku sedang asik membaca al qur’an dan terjemahannya. Dentuman musik mulai terdengar, aku memandang panggung megah itu, tapi pikiranku melayang entah kemana.



###



Aku bangun malam, setiap hari. Ya. Aku bangun malam dan mengambil air wudhu untuk tahajud. Kadangkala aku terkantuk dalam rukuk dan sujudku. Tapi tak jarang pula aku menangis dalam sujudku, “Ya Rabbi.. aku ingin lulus dengan nilai yang baik”, tak pernah bosan aku lantunkan pintaku padaNya..



Puasa senin-kamis aku jalani. Kantin aku jauhi, istirahat pertama sholat dhuha, istirahat kedua sholat dhuhur berjamaah. Sholat wajib hampir tak pernah kutunda, “bagaimana kalau aku mati sebelum sampai di rumah?” begitu kataku, saat seorang teman mengajakku langsung pulang sehabis intensifikasi.



Aku lulus dengan rata-rata 9, diterima di perguruan tinggi negeri. Aku bahagiaa sekali.. bahagia melihat senyum kedua orangtuaku.



Aku menangis dalam diamku. Aku hina Ya Rabbi.. bagaimana bisa aku membalas semua nikmat ini dengan menjauh darimu? Aku tergesa dalam sholat Magribku, seolah itu hanya sekedar formalitas, penggugur kewajiban. Jangan tanya kemana sholat tahajud, dhuha dan sunnah-sunnah yang lain. Sholat wajib saja, hampir kutinggalkan saat aku keasikan hunting gaun untuk malam ini.



Aku tidak tahu diri Ya Allah.. bukankah aku tidak suka pada teman yang hanya datang padaku untuk meminta bantuan? Tapi aku.. aku..? Aku merengek padamu, menangis dan merajuk padamu untuk sebuah nikmat yang ingin kukecap.



“...sesungguhnya AKU dekat. AKU kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepadaku...” (Q.s. Al Baqarah [2] : 186). Janjimu sudah lunas Ya Rabb. Nikmat ini sudah kukecap, hanya saja aku...?



###



“Kamu kenapa ta? Sakit? Dari tadi diem aja..” tanya Andi. Aku menggeleng.



“I left my heart,”



Aku ingin pulang.. aku ingin pulang. Aku meninggalkan hatiku. Bukankah ia yang menjerit hingga langkahku terhenti di depan pintu rumah?_isabella^kirei

Monday, May 16, 2011

My Own Trauma

May 16, 2011 0 Comments
I have my own trauma on this.

"Kekhawatiran tdk mnjadikn bhaya'a mmbesar," kata Salim A. Fillah.. "hnya dirimu yg mngerdil."

ya, bukan bahayanya yg membesar tapi aku saja yg menjadi kerdil hingga kukira tak akan sanggup ku hadapi.

Ketika kekhawatiran menyergap kita, gelisah menjerat kita erat.. Apa yg harus dilakukan?

Nafas menjadi tak beraturan seiring ritme detak jantung yg smakin cepat, dan pikiran2 buruk melayang2 di hadapan.. Tanganku gemetar, suhunya turun. Need something to hold on..

Aku menjadi kecil, sangat kecil. Pijakanku labil dan tak kudapati sesuatu untuk kugenggam, agar tak goyah.

Kekhawatiran akan melemahkan kita perlahan-lahan lewat ketakutan2 semu.. Ah. I really hate to see how weak i am..

Di saat seperti ini yg bisa kulakukan hanya mengingat Dia Yang Maha Kuat.. Yang Maha Besar.. Allah swt.

"Orang-orang yg beriman dan hati mereka menjadi tenteram dgn mengingat Allah. Ingatlah, hanya dgn mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (Q.S. Ar Ra'd [13] : 28)

Sungguh.. Maha Suci Engkau Ya Allah. Seketika kekhawatiran ini musnah kala ku sebut namamu dlm hati.. Smua gelisah ini pergi entah kemana, kala ku lantunkan nama indah-Mu.

Ya, kekhawatiran memang menjadikan kita mengerdil.. Tapi tenanglah, semata karena Allah bersama kita. Maka tugas kita hanya berikhtiyar. Masalah hasil, biarkan Sang Penentu yg menentukan untuk kita.

I have my own trauma on this. But I know.. I know without any doubt, that You won't let me feel what i felt before.

Segala Puji Memang Hanya Pada-Mu Ya Allah :)
Love You So :-*