-Muhasabah Diri-
Bismillah..
Ijinkan diri
mengutip tulisan Burhan Sodiq, perihal fenomena foto akhawat di dunia maya.
Dalam buku "Gombal Warning".
Baca tulisan
sebelumnya di sini --> Tentang Foto Akhawat : "Awalnya darimana?" (1)
***
Memandangi Foto akhawat di Facebook
Lalu bagaimana
dengan kebiasaaan para ikhwan memandangi foto akhawat di facebook? Mereka
mencari profil akhawat yang masih suka memajang fotonya di facebook dengan foto
close up. Diperlihatkan dengan sangat jelas wajah cantiknya. Dengan senyum yang
manis, atau mungkin malah dimanis-maniskan semanis mungkin. Dengan aneka pose
yang menarik, membuat mata pria tak bisa berkedip. Apakah mereka memandanginya
dengan hanya sekali pandang lalu memalingkan wajahnya? Atau mereka
memandanginya lama, dan menikmati foto-foto yang dipampang itu?
Atau bahkan mungkin
mereka klik kanan, mereka klik tombol 'save as' lalu mereka simpan di folder
laptop mereka dengan tulisan "akhawat cantik". Mereka kumpulkan
berbagai foto akhawat dari berbagai belahgan dunia. Ada yang bercadar serba
hitam hingga yang berkerudung kecil seperti sinetron. Nah, bila semacam itu
kejadiannya apakah tidak "menyeramkan"?
Lalu apakah para muslimah itu tidak miris dengan
fenomena ini?
Dari studi terbaru
yang dilakukan, menunjukkan foto menjadi cara bagi perempuan untuk merasa lebih
baik.
Ini adalah studi
terbaru ilmuwan University of Buffalo, Amerika Serikat. Michael A. Stefanone
menemukan bahwa perempuan tidak hanya bahagia saat memamerkan foto di Facebook
tetapi juga pada dasarnya, mereka meningkatkan kepercayaan diri atas penampilan
mereka. Stefanone percaya pertukaran foto di Facebook adalah cara bagi kaum
hawa untuk meningkatkan pencitraan diri mereka.
"Kesimpulan
penelitian atas perilaku pria dan wanita berasal dari fokus budaya akan
pencitraan dan penampilan perempuan," ujar Stefanone seperti dikutip dari
Huffington Post.
Mewawancarai
setidaknya 311 partisipan, studi itu mengukur bagaimana mereka memanfaatkan
Facebook sekaligus mengukur tingkat kepercayaan diri. Ini terlihat dari
pandangan koresponden atas penerimaan lingkungan terhadap mereka, hubungan
dengan keluarga, dan keintiman hubungan pribadi.
Wanita berusia muda cenderung menyukai perasaan saat
menjadi pusat perhatian publik. Karenanya, mereka cenderung menghabiskan
waktu lebih banyak di Facebook dan berbagi foto, termasuk foto yang cenderung
sensual. Di sisi lain, perempuan yang merasa tidak butuh pencitraan akan
menghabiskan sedikit waktu di media online. Stefanone menganggap ini sebagai
budaya selebriti.
Seharusnya para akhawat bisa lepas dari fenomena ini. Mereka
terdidik oleh Islam dan dibina dengan pendidikan Islam dan tarbiyah yang baik.
Seharusnya mereka tidak tertular oleh virus yang disebarkan oleh orang-orang
Amerika. Sampel penelitian itu dilakukan di Amerika, sehingga menunjukkan apa
yang terjadi di sana, dialami remaja di sana, dan yang sedang berkembang
disana.
Akhawat-akhawat kita
bukanlah orang Amerika. Mereka adalah orang
Islam yang seharusnya memiliki mahkota berupa rasa malu. Malu bila harus
dipajang fotonya dan dinikmati oleh kaum Adam tanpa dia tahu. Mungkin maksud
ia hanya sekedar bersenang-senang dan iseng saja memasang foto. Tapi dia tidak
sadar bahwa dirinya menjadi bulan-bulanan pandangan liar pria diluar sana.
Dari Ibnu Mas'ud
radhiyallahuanh, bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam bersabda, "Di antara nasihat yang di dapat orang-orang
dari sabda para nabi terdahulu ialah, 'Jika engkau tidak malu, maka berbuatlah
sekehendakmu'." (Shahih Bukhari)
***
Tulisan itu
membuatku terbungkam, tapi hatiku bertanya-tanya. "Dimanakah rasa malu?
Masihkah ia menjadi teman setia kita?"
Aku kembali
menyelusuri paragraf-paragraf di atas, kemudian terhenti di kalimat,
"Seharusnya
para akhawat bisa lepas dari fenomena ini. Mereka terdidik oleh Islam dan
dibina dengan pendidikan Islam dan tarbiyah yang baik"
Dan terhenti lagi di
kalimat, 'Jika engkau tidak malu, maka
berbuatlah sekehendakmu.'
***
Ukhti cantik, ukhti
sholihah, ukhti manis,... Mari kita sama-sama pahami situasi dan fenomena ini.
Kemudian lebih berhati-hati. Jika masih belum bisa berkomitmen tidak
meng-upload foto. Maka coba perhatikan privacy
setting-nya, pastikan bukan public, pastikan only me, atau female only*. Jangan biarkan wajah manis dan cantik kita,
muncul di news feed laki-laki yang bukan
mahram kita. Tidakkah kita malu?
Atau kalau versi
meme : Cantik sih, tapi rela bagi-bagi??
*female only,
pilihan ini nggak ada di fb. Tapi bisa ada, dengan cara membuat list friend
female only, atau dengan memakai pengaturan privasi "only friend"
dengan syarat teman di jejaring sosial kita hanya perempuan.
**silahkan
komentar/kritik tulisan ini jika ada yang salah atau perlu ditanyakan. Kalau
ada yang mau ngobrol lebih banyak dan lebih privasi, bisa pm.
Allahua'lam
bishowab.
Sumber : Gombal
Warning Seson II, Burhan Sodiq
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya