Follow Me

Sunday, December 22, 2013

Tentang Foto Akhawat : "Awalnya darimana?" (2)

-Muhasabah Diri-
Bismillah..

Ijinkan diri mengutip tulisan Burhan Sodiq, perihal fenomena foto akhawat di dunia maya. Dalam buku "Gombal Warning".

Baca tulisan sebelumnya di sini --> Tentang Foto Akhawat : "Awalnya darimana?" (1)

***

Memandangi Foto akhawat di Facebook

Lalu bagaimana dengan kebiasaaan para ikhwan memandangi foto akhawat di facebook? Mereka mencari profil akhawat yang masih suka memajang fotonya di facebook dengan foto close up. Diperlihatkan dengan sangat jelas wajah cantiknya. Dengan senyum yang manis, atau mungkin malah dimanis-maniskan semanis mungkin. Dengan aneka pose yang menarik, membuat mata pria tak bisa berkedip. Apakah mereka memandanginya dengan hanya sekali pandang lalu memalingkan wajahnya? Atau mereka memandanginya lama, dan menikmati foto-foto yang dipampang itu?
Atau bahkan mungkin mereka klik kanan, mereka klik tombol 'save as' lalu mereka simpan di folder laptop mereka dengan tulisan "akhawat cantik". Mereka kumpulkan berbagai foto akhawat dari berbagai belahgan dunia. Ada yang bercadar serba hitam hingga yang berkerudung kecil seperti sinetron. Nah, bila semacam itu kejadiannya apakah tidak "menyeramkan"?

Lalu apakah para muslimah itu tidak miris dengan fenomena ini?

Dari studi terbaru yang dilakukan, menunjukkan foto menjadi cara bagi perempuan untuk merasa lebih baik.

Ini adalah studi terbaru ilmuwan University of Buffalo, Amerika Serikat. Michael A. Stefanone menemukan bahwa perempuan tidak hanya bahagia saat memamerkan foto di Facebook tetapi juga pada dasarnya, mereka meningkatkan kepercayaan diri atas penampilan mereka. Stefanone percaya pertukaran foto di Facebook adalah cara bagi kaum hawa untuk meningkatkan pencitraan diri mereka.

"Kesimpulan penelitian atas perilaku pria dan wanita berasal dari fokus budaya akan pencitraan dan penampilan perempuan," ujar Stefanone seperti dikutip dari Huffington Post.

Mewawancarai setidaknya 311 partisipan, studi itu mengukur bagaimana mereka memanfaatkan Facebook sekaligus mengukur tingkat kepercayaan diri. Ini terlihat dari pandangan koresponden atas penerimaan lingkungan terhadap mereka, hubungan dengan keluarga, dan keintiman hubungan pribadi.

Wanita berusia muda cenderung menyukai perasaan saat menjadi pusat perhatian publik. Karenanya, mereka cenderung menghabiskan waktu lebih banyak di Facebook dan berbagi foto, termasuk foto yang cenderung sensual. Di sisi lain, perempuan yang merasa tidak butuh pencitraan akan menghabiskan sedikit waktu di media online. Stefanone menganggap ini sebagai budaya selebriti.

Seharusnya para akhawat bisa lepas dari fenomena ini. Mereka terdidik oleh Islam dan dibina dengan pendidikan Islam dan tarbiyah yang baik. Seharusnya mereka tidak tertular oleh virus yang disebarkan oleh orang-orang Amerika. Sampel penelitian itu dilakukan di Amerika, sehingga menunjukkan apa yang terjadi di sana, dialami remaja di sana, dan yang sedang berkembang disana.

Akhawat-akhawat kita bukanlah orang Amerika. Mereka adalah orang Islam yang seharusnya memiliki mahkota berupa rasa malu. Malu bila harus dipajang fotonya dan dinikmati oleh kaum Adam tanpa dia tahu. Mungkin maksud ia hanya sekedar bersenang-senang dan iseng saja memasang foto. Tapi dia tidak sadar bahwa dirinya menjadi bulan-bulanan pandangan liar pria diluar sana.

Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahuanh, bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam bersabda, "Di antara nasihat yang di dapat orang-orang dari sabda para nabi terdahulu ialah, 'Jika engkau tidak malu, maka berbuatlah sekehendakmu'." (Shahih Bukhari)

***

Tulisan itu membuatku terbungkam, tapi hatiku bertanya-tanya. "Dimanakah rasa malu? Masihkah ia menjadi teman setia kita?"

Aku kembali menyelusuri paragraf-paragraf di atas, kemudian terhenti di kalimat,

"Seharusnya para akhawat bisa lepas dari fenomena ini. Mereka terdidik oleh Islam dan dibina dengan pendidikan Islam dan tarbiyah yang baik"

Dan terhenti lagi di kalimat, 'Jika engkau tidak malu, maka berbuatlah sekehendakmu.'

***

Ukhti cantik, ukhti sholihah, ukhti manis,... Mari kita sama-sama pahami situasi dan fenomena ini. Kemudian lebih berhati-hati. Jika masih belum bisa berkomitmen tidak meng-upload foto. Maka coba perhatikan privacy setting-nya, pastikan bukan public, pastikan only me, atau female only*.  Jangan biarkan wajah manis dan cantik kita, muncul di news feed laki-laki yang bukan mahram kita. Tidakkah kita malu?

Atau kalau versi meme : Cantik sih, tapi rela bagi-bagi??




*female only, pilihan ini nggak ada di fb. Tapi bisa ada, dengan cara membuat list friend female only, atau dengan memakai pengaturan privasi "only friend" dengan syarat teman di jejaring sosial kita hanya perempuan.

**silahkan komentar/kritik tulisan ini jika ada yang salah atau perlu ditanyakan. Kalau ada yang mau ngobrol lebih banyak dan lebih privasi, bisa pm.

Allahua'lam bishowab.
Sumber : Gombal Warning Seson II, Burhan Sodiq

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya