Follow Me

Sunday, January 10, 2016

Bukan Itu Maksudnya...

#fiksi

Bismillah.

please come to our house
Udara dingin makin mengepung ayah dan anak gadisnya di Stasiun Bandung malam itu. Mereka sedang menunggu kedatangan kereta yang akan mengantar mereka ke kampung halaman. Mungkin orang-orang menyangka orangtua mahasiswi itu begitu protektif, karena tidak pernah membiarkan anaknya sendirian selama perjalanan ke Bandung atau dari Bandung. Mungkin teman-teman mahasiswi itu menyangka gadis itu ikut aliran agama yang keras, karena tidak mau safar tanpa mahram. Tapi banyak juga yang tidak berprasangka, mereka hanya melihat seorang anak gadis yang begitu dekat dengan ayahnya.

Seperti biasa momen menunggu diisi dengan obrolan panjang. Obrolan yang menanti dibagi setelah hampir satu semester tidak bertemu. Obrolan tentang sang kakak yang sedang berproses menuju pernikahan dengan seorang ikhwan di Pulang Nusa Tenggara. Obrolan tentang hal-hal kecil sampai yang besar.

"Tadi siang Ayah ketemu sama kakak tingkatmu," ucap ayah dilanjutkan dengan deskripsi orang itu. Anaknya mengingat nama kakak itu, mahasiswa itu kenal dengan sang Ayah karena di suatu acara kakak itu menjadi LO Ayah sang gadis. Mungkin karena sering bertemu saat di Bandung, tanpa sengaja Ayah melontarkan pertanyaan yang tidak disangka sang kakak tingkat. Sebuah pertanyaan sederhana, "Kapan-kapan main ke rumah ya?"

"Mukanya langsung berubah dan ia terdiam," lanjut Ayah. Pertanyaan tadi memang bisa diartikan berbeda, sama seperti anggapan orang-orang tentang Ayah dan gadis tadi.

Maksud Ayah bukan "main ke rumah" yang artinya menuju ke pernikahan. Bukan itu maksudnya. Ucapan ajakan main ke rumah, cuma ucapan kebiasaan ayah sebagai dosen yang mengajak mahasiswanya main ke rumah.

Kereta yang datang menghentikan obrolan mereka. Obrolan mereka memang sudah selesai, tapi sang gadis terus memikirkan hal tersebut. Berdoa dalam hati, semoga kakak itu tidak salah menangkap, dan juga segera melupakan pertanyaan ayahnya.

***

Pesannya: Kita tidak bisa mengatur cara pandang orang lain, bagaimana mereka menangkap perkataan kita. Yang bisa kita lakukan jika ada miskomunikasi adalah dengan komunikasi juga. Namun tidak semua anggapan orang lain harus kita respon.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya