Follow Me

Friday, January 8, 2016

Berpisah Tanpa Pamit

-Muhasabah Diri-

Bismillah.

Mungkin sudah pamit, namun merasa kurang. Sedikit curhat, seperti kemarin malam saat masuk travel lupa mencium tangan Mamah. Seperti hari ini saat terbangun dan mendapat pesan dari Mamah kalau Papah sudah di bis menuju ke rumah. Dan karena dua kejadian itu hujan riuh menuruni kedua bola mataku.

rails
Aku mencoba untuk tidak baper tapi gagal. Saat kedua momen itu terulang di lintasan pikiran, maka mataku kembali memanas. Ada prasangka, yang harus di buang. Ada memori, bahwa aku dulu pernah merasakan hal sama, saat hendak study tour, sudah pamit, namun saat bis berangkat mata memanas dan rintik hujan turun. Masih memori, bahwa aku sekarang tahu mengapa waktu itu mamah dengan mata berkaca bertanya padaku, "Seneng ya balik ke Bandung?". Ada juga lintasan pikiran lain, mencoba mengambil hikmah.

Berpisah tanpa pamit, selain kejadian kemarin dan hari ini, aku juga teringat tentang kematian. Betapa masing-masing dari kita tidak bisa pamit karena tidak tahu kapan berpisah dengan dunia dan sanak keluarga. Beberapa orang mungkin diberikan kesempatan berwasiat, tapi yang ditinggalkan merasa belum siap. Beberapa bahkan... Tak sempat sekedar memberi tanda baik dalam kata maupun sikap bahwa mereka akan pergi.

Aku, tak tahu harus menulis apa lagi. Teringat pada kematian tidak menjadikanku orang pintar, jika hanya ditulis tanpa dipersiapkan. Bukankah begitu?

Saat diingatkan oleh Allah rasanya berpisah tanpa pamit, atau berpissah tanpa tahu, semoga menjadi jalan untuk diri kembali pada-Nya, menjadi lebih baik di mata-Nya. Semoga bisa mengungkapkan/memberitahu yang harus mereka ketahui, sebelum perpisahan itu nyata.


Allahua'lam.

**Maaf baru kembali menulis di blog setelah beberapa draft cuma di simpen di laptop. Izinkan aku memulai lagi menulis di sini, meski ga bisa janji akan aktif seperti yang dulu.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya