-Muhasabah Diri-
Bismillah.
Mungkin sudah pamit,
namun merasa kurang. Sedikit curhat, seperti kemarin malam saat masuk travel
lupa mencium tangan Mamah. Seperti hari ini saat terbangun dan mendapat pesan
dari Mamah kalau Papah sudah di bis menuju ke rumah. Dan karena dua kejadian itu
hujan riuh menuruni kedua bola mataku.
rails |
Aku mencoba untuk
tidak baper tapi gagal. Saat kedua momen itu terulang di lintasan pikiran, maka
mataku kembali memanas. Ada prasangka, yang harus di buang. Ada memori, bahwa
aku dulu pernah merasakan hal sama, saat hendak study tour, sudah pamit, namun
saat bis berangkat mata memanas dan rintik hujan turun. Masih memori, bahwa aku
sekarang tahu mengapa waktu itu mamah dengan mata berkaca bertanya padaku,
"Seneng ya balik ke Bandung?". Ada juga lintasan pikiran lain,
mencoba mengambil hikmah.
Berpisah tanpa
pamit, selain kejadian kemarin dan hari ini, aku juga teringat tentang
kematian. Betapa masing-masing dari kita tidak bisa pamit karena tidak tahu
kapan berpisah dengan dunia dan sanak keluarga. Beberapa orang mungkin
diberikan kesempatan berwasiat, tapi yang ditinggalkan merasa belum siap.
Beberapa bahkan... Tak sempat sekedar memberi tanda baik dalam kata maupun
sikap bahwa mereka akan pergi.
Aku, tak tahu harus
menulis apa lagi. Teringat pada kematian tidak menjadikanku orang pintar, jika
hanya ditulis tanpa dipersiapkan. Bukankah begitu?
Saat diingatkan oleh
Allah rasanya berpisah tanpa pamit, atau berpissah tanpa tahu, semoga menjadi
jalan untuk diri kembali pada-Nya, menjadi lebih baik di mata-Nya. Semoga bisa
mengungkapkan/memberitahu yang harus mereka ketahui, sebelum perpisahan itu nyata.
Allahua'lam.
**Maaf baru kembali menulis di blog setelah beberapa draft cuma di simpen di laptop. Izinkan aku memulai lagi menulis di sini, meski ga bisa janji akan aktif seperti yang dulu.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya