-muhasabah diri-
Bismillah..
Judulnya... Sesuatu.
Hehe. Itu juga yang aku rasakan saat mendengar kalimat senada itu.
***
Saat itu aku sedang
berjalan dari labtek V menuju Masjid Salman. Saat sedang meniti jalan setapak,
aku berpapasan dengan seorang Bapak K3L. Aku tersenyum dan mengangguk pelan,
sembali bersiap menepi ke kanan jalan.
"Neng, ngeliat
cewek pakai jilbab itu bikin tenang ya neng," kurang lebih seperti itu
kalimat Bapak tadi saat kami berpapasan.
Dan kalimat tadi
membuatku tertunduk malu, berlalu dari beliau kemudian tersenyum tipis. Ah,
bapak bisa aja nge-gombal J.
Aku tidak menyangka
kalimat tadi yang akan kudengar, saat itu aku mengenakan kerudung lebar
berwarna hitam. Aku berprasangka buruk. Untuk menepis prasangka tadi, aku
tersenyum dan mengangguk pelan, mencoba memberitahu Bapak tadi, kalau muslimah
berkerudung lebar juga ramah dan sopan.
Ahh.. Sungguh, aku
begitu merasa bersalah, saat mendengar kalimat dari bapak tadi. Tapi di satu
sisi ada seberkas riang di hati. Allah.. Sungguh indah rencanaMu, sungguh indah
takdirMu. Pernah ada masa, saat di Indonesia memakai kerudung adalah hal yang tabu.
Aku ingat, saat masih SD, hanya satu orang temanku yang memakai kerudung. Aku
ingat, saat tukang foto untuk ijazah menakut-nakuti seorang anak jika
telinganya tidak terlihat. Aku ingat, saat aku merasa aneh melihat seseorang
mengenakan kerudung dan jilbab begitu lebar dan berwarna hitam. Aku ingat, saat
akhirnya aku merasa biasa melihat orang-orang mengenakan cadar. Aku ingat, saat
aku memakai masker di kelas selama 2 bulan dan tidak ada mata memicing baik
dari dosen maupun teman. Aku ingat, saat di Institut ini, tidak ada larangan
mengenakan cadar. Dan sekarang, bahkan hijab menjadi salah satu tren fashion,
untuk yang ini, aku tidak tahu harus bersedih atau bahagia.
Perubahan ini bukan
hal instan, ya bukan, karena masih bisa kita telusuri kisah perempuan-perempuan
tangguh. Perempuan-perempuan yang memegang kokoh iman mereka, hijab mereka,
meski kebanyakan orang mencela, menakut-nakuti, menghalangi, dll. Ya, bahkan hingga
detik ini, itu mungkin masih terjadi di belahan dunia yang lain.
Maka teruntuk diri
khususnya, mari syukuri setiap detik, setiap momen ini. Alhamdulillahilladzi
bini'matihi tatimusholihat.. Alhamdulillah 'ala kulli hal. Maka teruntuk diri
khususnya, tetaplah teguh menjalani amal ibadah, meski sunyi sendiri, meski di
ramai ruah.
Setiap orang
memiliki proses perubahan masing-masing. Tahap demi tahap yang tidak sama
dengan dirimu. Tanjakan dan turunan, kerikil dan duri yang berbeda. Untuk diri,
mari menjaga prasangka pada mereka yang detik ini belum menutupkan kain ke
auratnya. Untuk diri, mari menjaga
prasangka pada mereka yang detik ini belum mengulurkan kain menutup
dadanya. Untuk diri, mari menjaga
prasangka pada mereka yang detik ini masih menjadikan kain ini sebagai hiasan.
Mari menjaga
prasangka, janganlah diri merasa lebih suci. Sungguh, tidak ada yang tahu
kecuali Allah, siapa diantara diriku dan dirinya yang lebih tinggi derajatnya
kelak saat berjumpa Rabbul 'Alamin.
Mari menjaga
prasangka, bahkan pada mereka yang kini masih belum menikmati manisnya iman dan
islam. Kita tidak akan pernah tahu akhir kehidupan setiap manusia. Bisa jadi,
di akhir hidup mereka, mereka menemukan iman dan islam, serta wafat dalam
keadaan terbaik.
Allahua'lam
bishowab.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya