Bismillah.
sumber gambar |
Aku dulu.. Begitu khawatir saat adikku beranjak
remaja. Saat aku duduk di SMP dulu, ada yang pernah berkata, kalau sekarang
susah cari cowok yang mata-nya bersih. Maksudnya? Bersih dari tontonan haram.
Hm.. Itu satu ke khawatiranku.
Kekhawatiran kedua adalah tentang games online. Ini
termasuk yang katanya ga bisa dihindari cowok jaman sekarang. Masalahnya games
online yang aku tahu, pertama bikin kecanduan, bisa habis waktu dan uang untuk
main di warnet. Kedua, isinya yang biasanya ga lepas dari pornografi. Aku ga
pernah main sih, cuma baca-baca dan denger dari temen katanya gitu..
Dan kekhawatiran itu perlahan sirna.
Aku termasuk deket sama adikku. Biasanya aku seneng
nemenin adikku nonton bola, atau motogp, karena papah, mamah, atau kakak ku ga
ada yang suka. Kadang juga suka ngobrol tentang teman-teman cowok di sekolah
waktu SD-SMA. Ya, sekedar berbagi aja, sekalian pengen tahu emang cara berpikir
mereka gimana dengan nanya ke adik.
Pernah merasa lega banget, waktu adikku curhat suka
diajakin temen main game online. Alhamdulillah adikku ga suka dan ga kecanduan.
Malah bilang, game online itu ngabis-ngabisin uang, mending buat ditabung. Aku
saat itu cuma tersenyum dan mengangguk.
Sejauh yang aku tahu dan lihat, Alhamdulillah adikku
lebih banyak menghabiskan waktu dengan olahraga, atau kalau main game ya main
game sepak bola, atau football manager. Setidaknya kekhawatiranku mulai
menepis.
***
Tantangan perempuan dan laki-laki itu beda, emang
beda.
Adikku termasuk orang-orang yang semangat ngafalnya
tinggi. Hafalan kami walau sedikit, termasuk banyak yang sama. Sehingga kami
sering muraja'ah bareng, biasanya adikku yang ngingetin, hehe.
Suatu hari, aku tersadar sesuatu. Saat itu aku pulang
dan membawa buletin Salman yang membahas tentang menghafal Al Quran. Ada profil
anak SMA atau SMP di bandung yang hafizh. Aku kasih tahu kan ke adikku,
maksudnya biar dia baca dan makin semangat. Dan kamu tahu apa responnya?
"Pasti sekolahnya islami ya? Dipisah ya ikhwan
sama akhawat? Soalnya ga mungkin kalau ga gitu." ucapnya dengan redaksi
mirip-mirip ini.
Saat itu juga aku termenung dan dibuat berpikir. Ya,
inilah perjuangan seorang ikhwan. Suka atau tidak, perempuan memang fitnah
(ujian) terbesar mereka.
***
Pernah aku mendengar sebuah lecture, intinya sang
penceramah mengingatkan perempuan, kalau ikhwan tuh ga sama kaya mereka. Ini
bukan tentang "aku punya dua mata, kamu juga iya, trus apa susahnya
menundukkan pandangan?" Karena kenyataannya memang lebih susah bagi
laki-laki. Mereka orangnya visual -kalau ga salah. Dan ada something inside
them yang membuat mereka harus berjuang kalau masalah perempuan.
Jadi? Jadi yuk sebagai akhawat kita bantu mereka.
Seriusan kasian, hehe. Beneran loh, kita bisa aja sudah menutup aurat dengan
baik, namun aksesoris atau warna yang mencolok akan membuat mereka lebih susah
nundukin pandangan. Hehe.
Bahkan kata Salim A. Fillah, (kebanyakan) ikhwan tuh
kalau liat cewek pakai baju ga bener, bisa cepet nundukkin pandangannya. Tapi
kalau liat akhawat pakai kerudung lebar.. Nah itu tantang mereka. Kata Ustadz
Salim sih lebih susah. Tapi aku ga tahu juga ya, belum pernah tanya langsung
sama ikhwan soalnya. Hehe.
Bukan ngajak kegeeran, tapi beneran.. Yuk perhatikan
lagi cara kita berpakaian, berjalan, berbicara, dst.. Kadang kita bisa ngerasa
sellow, padahal yang di luar sana (ikhwan) perjuangannya banting tulang untuk
jaga pandangan, jaga pendengaran dan jaga hati.
Terakhir.. Izinkan aku kutip tulisannya M. Irawan S. (baca selengkapnya di sini)
Kita lalu menjaga pandangan, Kita lalu menjaga pendengaran, karena apa yang masuk ke telinga seringkali membentuk bayang-bayang di celah otak. Kita lalu menjaga kulit dari persentuhan-persentuhan yang tak diperkenankan. Karena kenangannya sulit dilupakan. Karena kepala ditusuk dengan jarum besi menyala. Jauh lebih baik daripada menyentuh kulit yang tak halal bagi kita. Kita lalu menjaga diri atas hubungan-hubungan antara manusia. Bahwa berbicaranya wanita dan laki-laki memiliki adabnya tersendiri. Ketika kata-kata bernada menjadi pembicaraan khusus, maka ia berdenting, meresonansi dawai-dawai syahwat dalam hati. Kita lalu tahu, bahwa dekatnya fisik dan panjangnya interaksi tak dianjurkan ketika kita berkomitmen menjaga kesucian diri.
dari sini |
Allahua'lam bishowab.
**adikku lebih tinggi dari aku, beberapa kali ke Bandung dan makan berdua, jalan berdua, rawan fitnah. Biasanya aku kasih klarifikasi ke akhawat yang aku kenal, "ini adikku". Cuma kalau ke ikhwan, yaudah sih biarin. Ahahaha. Kalau emang butuh harusnya dia kroscek sendiri.
*ditulis lebih banyak untuk diri daripada orang lain.
Jadi, ini untuk diri, untuk diri, untuk diri.
**adikku lebih tinggi dari aku, beberapa kali ke Bandung dan makan berdua, jalan berdua, rawan fitnah. Biasanya aku kasih klarifikasi ke akhawat yang aku kenal, "ini adikku". Cuma kalau ke ikhwan, yaudah sih biarin. Ahahaha. Kalau emang butuh harusnya dia kroscek sendiri.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya