-Muhasabah Diri,
SensiMe-
Bismillah.
http://assets.kompasiana.com/statics/files/1417255040435110281.png?t=o&v=300 |
Sebutlah diri
membaca status saudarinya di jejaring sosial "garis" haha, ada 2 komen. Tap, lalu muncul lah dua nama,
nama pemilik status (akhwat) dan nama komentator (ikhwan). Dan percakapan bathin pun
terjadi pada si silent reader.
A : "Kenapa sih
ikhwan kegatelan banget untuk komentar di status akhawat?"
A' : "Iya, kaya
kamu yang gatel untuk berkomentar kalau liat ikhwan komen di status
akhwat"
A : (tertawa)
"Iya juga. Tapi beneran deh getet* kalau liat yang kaya gitu. Pengennya
teriak, PENTING YA KOMEN KAYA GITU??"
A' : "mungkin
ga ada maksud apa-apa, jangan suudzon deh! Kebanyakan orang zaman sekarang
memang punya kebiasaan untuk segera komen kalau ada status temen baik ikhwan
atau akhwat yang muncul di news feed. Kaya kamu..."
A : "tapi kan
aku ga komen di sana, da aku mah komennya di tempat lain"
A': "Nah itu
dia yang ga bener!! Beraninya ngomong dibelakang! Kalau berani, langsung kasih
link tulisan aja yang Saling Berkomentar Dengan "Si Dia""
A : "Ga mau ah!
Emang aku polisi syariah?!"
A': "Yaudah,
kalau liat kaya gitu tutup mulut aja, jangan komentar di sini. Diam itu emas,
cukup membenci dengan hati.."
A: "tapi kan
itu selemah-lemah iman"
A': "yaudah
suarain, share tulisanmu.. Tag temen-temen yang udah ngerti tentang itu, biar
saling mengingatkan aja, kalau lebih baik jadi silent reader daripada saling
komentar hal-hal ga penting"
A:
"Mm...."
A': "Tuh kan
ragu.. Kenapa? Malu harus tag orang-orang? Takut dikira sok suci?"
A: (ga berkutik)
Dan perdebatan dalam
diri pun selesai. Adzan ashar sudah berkumandang, ditemani derai rintik hujan
di sore yang syahdu.
Ah.. Begitulah. Ini
fitrah, akan ada rasa tertarik dalam diri manusia laki-laki dan perempuan. Dan
rasa tertarik itulah yang akhirnya membuat kita ikut tersenyum saat membaca
status/tweet gembira si "dia", dan ikut komentar/reply tweet menyemangati
saat si "dia" berkicau sedang lelah/sedih. Atau tiba-tiba merasa
sebuah panah menikam hati (jleb!), saat si "dia" berbagi tausyiah,
lalu berkata dalam hati, "Ah.. Kok dia bisa tau banget sih.. Dia
pengertian banget.. Pas banget.. dll" haha. Padahal itulah celah-celah
syetan, mulai menyusup ke hati, baca status non-mahram memang bukan zina mata,
tapi kalau setelah itu berujung ke komen ketawa-ketiwi, atau jadi membayangkan
si "dia", itu jelas jadi zina hati.
Well.. Catatan ini
dibuat untuk diri. Bahwa terkadang, meski sudah berusaha begitu ketat menjaga
hijab di keseharian, dunia maya menjadi tempat 'tersembunyi' yang membuat kita
tidak sadar telah melepas penjagaan hijab pelan-pelan. Mungkin awalnya kepo alias
stalking iseng, lalu berlanjut karena selalu muncul di news feed, dan makin
banyak jempol dan komentar yang kita berikan, makin sering "dia"
muncul di beranda. Kenyataannya memang begitu lah algoritma sosmed dibuat,
buble, secara tidak sadar kita sedang berada di lingkaran balon, yang
memerangkap diri dan "dia" untuk saling update info, meski tak
disengaja.
http://dontbubble.us/images/filter11.jpg |
Ya Allah.. Bantu kami dalam menjaga izzah dan iffah, karena kami begitu lemah dalam menjaga hijab kami di dunia nyata apalagi di dunia maya.
Allahua'lam.
*getet = gemes
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya