Follow Me

Monday, May 4, 2015

"Gatal" untuk Berkomentar


-Muhasabah Diri, SensiMe-

Bismillah.

http://assets.kompasiana.com/statics/files/1417255040435110281.png?t=o&v=300
Sebutlah diri membaca status saudarinya di jejaring sosial "garis" haha, ada 2 komen. Tap, lalu muncul lah dua nama, nama pemilik status (akhwat) dan nama komentator (ikhwan). Dan percakapan bathin pun terjadi pada si silent reader.

A : "Kenapa sih ikhwan kegatelan banget untuk komentar di status akhawat?"

A' : "Iya, kaya kamu yang gatel untuk berkomentar kalau liat ikhwan komen di status akhwat"

A : (tertawa) "Iya juga. Tapi beneran deh getet* kalau liat yang kaya gitu. Pengennya teriak, PENTING YA KOMEN KAYA GITU??"

A' : "mungkin ga ada maksud apa-apa, jangan suudzon deh! Kebanyakan orang zaman sekarang memang punya kebiasaan untuk segera komen kalau ada status temen baik ikhwan atau akhwat yang muncul di news feed. Kaya kamu..."

A : "tapi kan aku ga komen di sana, da aku mah komennya di tempat lain"

A': "Nah itu dia yang ga bener!! Beraninya ngomong dibelakang! Kalau berani, langsung kasih link tulisan aja yang Saling Berkomentar Dengan "Si Dia""

A : "Ga mau ah! Emang aku polisi syariah?!"

A': "Yaudah, kalau liat kaya gitu tutup mulut aja, jangan komentar di sini. Diam itu emas, cukup membenci dengan hati.."

A: "tapi kan itu selemah-lemah iman"

A': "yaudah suarain, share tulisanmu.. Tag temen-temen yang udah ngerti tentang itu, biar saling mengingatkan aja, kalau lebih baik jadi silent reader daripada saling komentar hal-hal ga penting"

A: "Mm...."

A': "Tuh kan ragu.. Kenapa? Malu harus tag orang-orang? Takut dikira sok suci?"

A: (ga berkutik)

Dan perdebatan dalam diri pun selesai. Adzan ashar sudah berkumandang, ditemani derai rintik hujan di sore yang syahdu.

Ah.. Begitulah. Ini fitrah, akan ada rasa tertarik dalam diri manusia laki-laki dan perempuan. Dan rasa tertarik itulah yang akhirnya membuat kita ikut tersenyum saat membaca status/tweet gembira si "dia", dan ikut komentar/reply tweet menyemangati saat si "dia" berkicau sedang lelah/sedih. Atau tiba-tiba merasa sebuah panah menikam hati (jleb!), saat si "dia" berbagi tausyiah, lalu berkata dalam hati, "Ah.. Kok dia bisa tau banget sih.. Dia pengertian banget.. Pas banget.. dll" haha. Padahal itulah celah-celah syetan, mulai menyusup ke hati, baca status non-mahram memang bukan zina mata, tapi kalau setelah itu berujung ke komen ketawa-ketiwi, atau jadi membayangkan si "dia", itu jelas jadi zina hati.

Well.. Catatan ini dibuat untuk diri. Bahwa terkadang, meski sudah berusaha begitu ketat menjaga hijab di keseharian, dunia maya menjadi tempat 'tersembunyi' yang membuat kita tidak sadar telah melepas penjagaan hijab pelan-pelan. Mungkin awalnya kepo alias stalking iseng, lalu berlanjut karena selalu muncul di news feed, dan makin banyak jempol dan komentar yang kita berikan, makin sering "dia" muncul di beranda. Kenyataannya memang begitu lah algoritma sosmed dibuat, buble, secara tidak sadar kita sedang berada di lingkaran balon, yang memerangkap diri dan "dia" untuk saling update info, meski tak disengaja.

http://dontbubble.us/images/filter11.jpg
Ya Allah.. Bantu kami dalam menjaga izzah dan iffah, karena kami begitu lemah dalam menjaga hijab kami di dunia nyata apalagi di dunia maya.

Allahua'lam.

*getet = gemes
**algoritma buble setau saya dipakai di medsos facebook dan google.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya