Follow Me

Friday, April 19, 2019

Tenggelam-Berenang, Tenggelam-Menyelam

Bismillah.



Kemarin kutulis tentang gelap, hari ini aku ingin menulis tentang tenggelam dan berenang. Tapi kemudian aku teringat hubungan tenggelam dan menyelam yang pernah kubaca di buku Jalan Cinta Para Pejuang.

Jemariku langsung membuka mesin pencarian, "perbedaan tenggelam menyelam jcpp", yang keluar artikel kompasiana. Lalu kuganti keywordnya, kata jcpp uganti nama penulisnya, "perbedaan tenggelam menyelam salim a fillah". Lalu muncul sebuah artikel di web salimafillah.com

Di lautan nikmat, seringkali kita tenggelam. Tanpa pelita penerang. Tanpa sinaran cahaya yang membuat kita bisa menatap lekat keindahan, keunikan, keajaiban, dan pesona hidup. Bahkan tanpa alat pernafasan yang membuat kita megap-megap mengutuki air terminum yang rasanya pahit-pahit asin.
- Salim A. Fillah
Gelap karena tenggelam, di kedalaman yang tak terjangkau sinar matahari. Tentu saja berbeda, jika ini menyelam. Penyelam biasanya siap dengan segala peralatan, tabung gas, kaca mata, senter, juga sepatu selam yang memudahkan menyelam dan berenang.

Di akhir tulisan web tersebut, dituliskan, bahwa kita bisa meraih cahaya, lewat membaca ayat-ayatNya.
“Dialah yang menurunkan kepada hambaNya ayat-ayat yang terang, agar Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan menuju cahaya. Dan sesungguhnya, Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadap kalian.” (QS. Al Hadid: 9)
***

Awalnya aku ingin menulis tentang tenggelam dan berenang. Tentang perumpamaan orang-orang yang merugi. Ia tenggelam, namun tertidur. Ia tidak sadar, bahwa dirinya tenggelam. Lalu saat ia terbangun, ia berusaha untuk berenang ke atas, kakinya terikat dengan kaki orang lain yang juga tenggelam. Ia tidak bisa berenang sendiri, ia harus membangunkan orang tersebut, dan mengajaknya berenang bersama-sama.

Mungkin lelah, mungkin bibir dan lidah terasa asin dan pahit, dalam perjalanannya berenang, ia sering tertidur lagi, tenggelam lagi. Rasanya, kemarin ia bisa melihat cahaya, tanda bahwa permukaan sudah dekat. Tapi saat ia membuka mata, ia mendapati dirinya dalam kegelapan, lagi.

Bersitan pikiran negatif sering membuatnya berhenti berenang, bukan..bukan untuk menyelam, tapi membiarkan gravitasi menariknya kembali, lebih dalam.

Tapi sebuah 'suara' mengajaknya berenang lagi. Mengingatkannya, bahwa tenggelam itu sakit, dan akan semakin sakit. Dan bahwa berenang itu, meski lelah dan akan semakin lelah, tetap lebih baik daripada tenggelam.

Manusia itu.. diciptakan untuk bersusah payah, tinggal kita memilih. Ingin bersusah payah, yang mengantarkan ke Jannah-Nya? Atau... bersusah payah, menuju neraka yang apinya berwarna hitam. Allahumma ajjirna minannar.

Allahua'lam.

***

PS: Hari jumat, dan hujan (: Alhamdulillah

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya