Follow Me

Monday, April 15, 2019

Bahasa Alam

Bismillah.

Awal April Sabtulis angkat tema "Alam". Meski sudah terlambat, aku masih ingin menulis dengan topik tersebut.

***


Pikiran pertama yang terlintas dan diracik otakku saat membaca kata "alam" adalah "bahasa alam", bahasa yang penuh kode dan tanda-tanda unik, mirip bahasa bersayapnya perempuan. Ini saya ketahui dari kelas perdana Forum Femininitas Bunda (FFB)

Kelas pertama baru perkenalan tentang femininitas, bedanya dengan feminisme. Bahkan bisa dikatakan justru kelas femininitas bertolak belakang dengan ide yang dibawa feminisme. Jika feminisme justru ingin menyamakan perempuan dengan laki-laki. FFB justru ingin mengasah sifat feminin perempuan. Femininitas mencakup perasaan, ketulusan, cinta, empati, intuisi, peduli dan berbasis hati.

Balik lagi ke bahasa alam. Menurut penjelasan Pak Adriano Rusfi, yang akrab disapa Bang Aad, sifat alam mirip dengan perempuan. Bahkan dalam quran, kata-kata yang mewakili alam (bumi, matahari, malam, siang, dll) sifat katanya feminin.

Bahasa alam itu tersirat, simbolik. Bahkan setiap ada bencana alam, sebenarnya sebelumnya alam sudah memberitahukan lewat 'bahasanya'. Bang Aad menyebutkan beberapa contoh, seperti bencana tsunami, yang sebelumnya ditandai dengan air laut yang surut jauh. Atau saat gunung api merapi aktif, tentang kera berekor panjang dan kera berekor pendek yang turun sebagai pertanda tingkat kewaspadaannya.

Beliau juga menjelaskan tentang sedikit sekali kita belajar dari alam. Bahkan sekolah-sekolah 'alam', pada akhirnya hanya melakukan perpindahan tempat, dari ruang tertutup ke ruang terbuka.

Memperhatikan alam, mengamatinya, dan berusaha belajar bahasa alam, akan mengasah sifat feminitas manusia. Tidak hanya untuk perempuan, namun juga laki-laki. Dari FFB, disebutkan idealnya laki-laki memeliki sifat maskulin 3:1 dibandingkan sifat femininnya. Sebaliknya perempuan sifat feminin idealnya 3:1 dibandingkan sifat maskulinnya.

***

Hal kedua yang terpikir saat membaca kata "alam" adalah beberapa ayat yang berulang artinya mirip-mirip. Tentang hujan yang menumbuhkan berbagai tanaman dan pepohonan, yang menghasilkan berbagai macam jenis buah.

Sebelumnya, aku selalu menyangkut-pautkan hujan yang bisa menghidupkan bumi yang mati, dengan al quran yang bisa menghidupkan hati yang mati. Namun beberapa hari yang lalu, aku berulang membaca, bahwa hujan yang menghidupkan bumi yang mati, adalah pengingat tentang hari kebangkitan. Bukan cuma tentang harapan, bahwa saat hati kita mengeras, Allah bisa melunakkannya kembali. Namun juga sebuah peringatan, bahwa kita tidak boleh lalai di dunia. Bahwa nanti... akan ada hari kita akan dibangkitkan kembali setelah mati kita. Pengingat kematian tidak cukup, kita harus ingat juga, kematian tidak mengakhiri hidup. Ada hari kebangkitan.

Bumi, yang di dalamnya ada tulang, atau bahkan manusia yang sudah hancur menjadi debu, kelak Allah akan bangkitkan kembali, seperti semula. Bahkan jari jemari kita, sidik jari yang setiap manusia unik dan tidak ada duanya.

Kalau kita hanya melihat saja alam, tanpa berusaha mengerti bahasanya, maka alam hanya bisa menjadi pemandangan yang menyejukkan mata. Namun jika kita melihat lebih dalam, memikirkannya dengan hati, belajar bahasanya meski terbata, in syaa Allah tidak hanya mata kita yang sejuk. Tapi hati kita juga, karena alam merupakan ayat-ayatNya.

***

Terakhir, ada sebuah kutipan dari buku yang sedang kubaca. Buku ini direkomendasikan FFB karena bisa membantu proses belajar feminitas.

"Keberuntungan atau kebahagiaan total hanya akan terwujud bila kita menjadikan pertemuan dengan Allah sebagai tujuannya, negeri akhirat sebagai tempat menetap yang kekal abadi, dunia sebagai tempat tinggal sementara, tubuh sebagai kendaraan, dan anggota-anggota tubuh sebagai pelayan-pelayannya." 
- Imam Ghazali, dalam buku Keajaiban Hati

Allahua'lam.

***

Keterangan ga penting hehe:


Qadarullah aku lihat buku "Keajaiban Hati" ada di rumah. Aku kira bukunya ibu, atau ayah, tapi ternyata... bukuku. Rasanya ingin heboh sendiri. Apalagi saat kubaca halaman setelah cover.

Tinta biru.

In case of lost, please return this book to:

Namaku, beberapa keterangan. Alamatnya Jl. Kanayakan Dalam No. 61.

Tinta hitam.

Tulisan tangan ibuku, namaku, dan alamat rumah, purwokerto.

Tinta biru lagi.

4 Sept 2011, tanda tanganku. Lalu keterangan asal buku tersebut. 

From: Yuditha Nindya Kartika Rizky & Salsabila Luthfi Sesotyosari

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya