Kau tahu, perempuan rata-rata mengeluarkan dua puluh ribu kata perhari? Tapi kamu lebih banyak diam, hanya mengeluarkan beberapa kata saja sehari. Lama aku tidak melihatmu mengoceh ini itu, atau mengobrol hal-hal kecil, bahkan tidak juga berjam-jam duduk di depan laptop mengetik deretan kalimat. Melihatmu, aku jadi ingin bertanya, kemana perginya semua kata?
***
Paragraf pembuka itu kutulis untuk bertanya pada diri dan juga pada siapapun, perempuan terutama, yang lebih sering diam dan tidak mengeluarkan kata-kata, baik dalam bentuk suara yang naik turun intonasinya, maupun dalam bentuk tulisan yang terkadang berputar-putar tanpa ide pokok.
Kemana perginya semua kata?
Padahal... katanya, kalau kebutuhan berkata-kata tidak terpenuhi, baik lewat suara maupun tulisan, efeknya akan buruk bagi kesehatan mental.
Kemana perginya semua kata?
Mungkin tidak ada yang pergi, semua masih ada di dalam kepala dan hati. Seringkali melintas dan menyesaki otak, lain waktu mengendap, masuk ke alam bawah sadar hingga terbawa menjadi bunga tidur.
Kemana perginya semua kata?
Mungkin mereka pergi ke langit, lewat bisikan kecil doa, ucapan dalam benak yang ditujukan pada 'telinga' yang maha mendengar apa yang ada di tiap hati manusia. Kata-kata itu mengalir terus dalam percakapan sunyi dengan Rabb semesta. Tidak selalu ba'da shalat, terkadang saat hujan, sering juga saat momen menunggu.
Kemana perginya semua kata?
Semoga kata-kata tersebut benar tersalurkan, dan bukan tersumbat dan menyesaki dada, membuat tidur tak lelap, dan mata memerah. Semoga kata-kata itu pergi dalam bentuk yang indah, tanpa balutan prasangka yang gelap, tanpa lilitan kenegatifan yang tajam.
***
Kau tahu, tidak semua orang sama, ada yang mudah bercerita dan menghabiskan jatah kata-kata hari itu dalam hitungan menit, atau jam, pada siapa pun, dimanapun. Namun ada yang lebih hati-hati dalam berucap dan menulis, ia seorang pemilih, ia seorang yang suka meramu kata masak-masak sebelum menyajikannya. Dan meski tidak ada yang sama, bukan berarti perbedaan itu menyebabkan yang satu lebih baik. It's just everyone unique in their own way.
Dan kau tahu, kemanapun perginya semua kata, ku harap masing-masing dari kita tidak lupa, untuk selalu mengirimkan banyak kata pada-Nya. Kau tahu mengapa? Karena banyak telinga yang tidak siap sedia mendengarkan kata-kata kita, dan banyak mata yang tidak bisa membaca kalimat-kalimat kita. Tapi Dia, yang tidak pernah mengantuk dan tidur, selalu mendengarkan kita, melihat kita, bersama dengan kita. He knows, what's in our heart.
يُولِجُ ٱلَّيْلَ فِى ٱلنَّهَارِ وَيُولِجُ ٱلنَّهَارَ فِى ٱلَّيْلِ ۚ وَهُوَ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ
Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati. [Surat Al-Hadid (57) ayat 6]
Allahua'lam.
***
Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya