Follow Me

Thursday, November 28, 2019

Answered

Bismillah.



Masih nyambung tulisan sebelumnya, tentang judul pertama blog ini sebelum berganti menjadi better word. I said I was looking for a genuine friends, and it is answered by Allah with his best plan.

***

Sebenarnya aku berniat menulis tentang ini 21 Oktober lalu, saat mataku terbuka dan aku merasakan lagi betapa indahnya nikmat diberi sahabat baik oleh Allah. Meskipun tertunda sebulan, izinkan aku tetap menuliskannya di sini. Barangkali suatu saat aku lupa (lagi) tentang nikmat ini. 

Aku sebelumnya mencari teman sejati, begitu yang kutulis dalam bahasa inggris, genuine friends, teman yang tulus, teman yang sebenarnya. Bukan teman yang memakai topeng, terlihat 'cantik dan tersenyum' di depan kita, di belakang beda wajah. Aku mencari sahabat yang baik, yang menggandeng tanganku menyusuri jalan kebaikan. Bukan sosok yang membawa pisau, dan tanpa sadar menciptakan goresan setiap kali kami berinteraksi. Perjalanan pencarian ini tidak mudah, terutama karena sebelumnya aku pernah mengecap pahitnya bertemu teman yang meremas kertas kepercayaan. Tanpa sadar, aku sendiri yang menciptakan sekat-sekat, pagar-pagar, hingga banyak yang mungkin merasa sulit mendekat. Atau mungkin merasa dekat, tapi aku sebaliknya. Bukan salah mereka, tapi karena aku.

Aku mulai memaknai kata ukhuwah islamiyah sejak lulus SMA, pernah menuliskannya juga di sini.


Pandanganku jadi lebih luas, kalau aku kira mencari teman sejati itu hampir tidak mungkin, setelah mencicipi manisnya pertemanan yang terjalin karena iman, semuanya jadi terasa lebih mudah.

Sampai ada momen saat aku menghilang dari peredaran, masa saat aku mundur dari segi kualitas diri. Aku kemudian kembali meragu, adakah yang mau menerimaku, setelah apa yang terjadi? Karena aku bukan lagi aku yang dulu, aku... banyak mengalami degradasi, baik dari segi mindset, iman, dll. Dan Allah menjawabnya, menjawab pertanyaanku, lewat begitu banyak ayat, tanda, dan hujan nikmat yang seringkali lupa aku syukuri. Dan akhir oktober kemarin, Allah membuka lagi mataku.

See? You found that genuine friends you're always looking for. Hubungan dengan mereka mungkin sesekali renggang, karena imanku yang koyak, tapi mereka ada. Aku yang sering lupa. Aku yang sering bertanya pertanyaan yang salah.

Saat itu, aku memutuskan untuk menuliskannya. Aku takut aku lupa lagi. Dan qadarullah, baru hari ini aku mewujudkannya dalam rangkaian kata.

I look back and lost count, how many genuine friends Allah has given me. Perempuan-perempuan shalihah yang hatinya lembut, dengan berbagai perbedaan karakter, dengan ribuan detik memori bersama mereka. Alhamdulillah alhamdulillah...

Bahkan saat ini, saat banyak yang bilang, nemu temen pascakampus itu sulit, Allah bahkan menyediakannya untukku. Padahal kalau dipikir secara logis, kayanya sulit dapetnya, secara sekarang mobilitasku terbatas dan 'sambungan' komunikasiku yang lebih sering 'putus-putus'. Tapi nyatanya, nikmat itu mengalir. Dari yang jauh, juga yang dekat. Dengan sahabat-sahabat yang rindu ingin saling bertemu, juga teman-teman yang rutin duduk bersama.

Semoga nikmat ini tidak berhenti di dunia saja, tapi sampai kelak di akhirat. Semoga Allah meridhai kita masuk surga, duduk di dipan-dipan sembari bertukar kata, bercerita tentang bagaimana jalinan ukhuwah tercipta dan pasang surut seiring iman kita. Bercerita bagaimana kehadiran masing-masing menjadi pengingat akan haqq dan kesebaran. Aamiin. Aamiin ya Rabbal 'alamin.

Allahua'lam.


No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya