Bismillah.
SS Week 6 terpaksa aku skip, karena saat itu ga buat versi tulisannya. It's a hard topic for me too.
Intinya, berikut aku share hasil sharing session week 7, dari program guidelight project batch 3.
***
Afalam Takunu Ta’qilun? Afala Ya’qilun?
Allah bertanya, apakah kita tidak menggunakan akal
kita, dua kali di dua ayat yang berdekatan. Pertama di QS Yasin ayat 62,
tentang orang-orang yang menyembah setan, padahal setan itu adalah musuh
manusia. Sebagaimana musuh pada umumnya, mereka menginginkan keburukan pada
kita. Begitupun setan, tapi mengapa masih ada yang ‘menyembah setan’, yang
mengikuti ajakan setan? Apakah kamu berpikir? Kemudian yang kedua, ada di QS
Yasin ayat 68, tentang fase hidup manusia, dari lemah, kuat, kemudian menjadi
lemah kembali. Pertanyaan itu diulang, karena dalam kita melihat fase hidup
manusia tersebut di sekitar, dan di dalmnya terdapat banyak ayat-ayatNya.
Pengingat tentang kekuatan itu milik Allah, dan Allah dapat dengan mudah
mengambilnya. Pengingat agar tidak sombong.
Pertanyaan serupa akan kita temukan juga di ayat-ayat
lain dalam Al Quran. Allah memberikan manusia keistimewaan disbanding makhluk
lain, yaitu akal. Akal yang jika digunakan dengan benar, ia akan menemukan
kebenaran, dan menjadi alat agar berjalan di shirath al mustaqim. Akal
menjadikan manusia mulia, namun jika tidak digunakan, manusia itu layaknya binatang
ternak, atau bahkan lebih buruk lagi.
Satu hal lain yang perlu kita tahu, akal itu berbeda
dengan otak. Orang yang memiliki IQ tinggi bisa jadi tetap dalam kesesatan dan
menyekutukan Allah, karena ia tidak menggunakan akalnya. Akal itu ada di hati,
berbeda dengan kecerdasan di otak. Jika saat melihat pohon, otak hanya
memikirkan tentang spesiesnya, usianya, manfaat dari pohon tersebut buat
manusia. Maka akal-lah yang mengantarkannya untuk sampai pada kesimpulan, bahwa
hidup dan matinya pohon adalah pengingat tentang hari kebangkitan.
Meskipun akal memiliki banyak keutamaan, tapi akal
tidak dapat berdiri sendiri. Harus ada dalil dan ayat-ayat yang memandunya agar
tidak keliru. Maka penting bagi kita untuk menjaga akal kita. Caranya dengan
menuntut ilmu dengan urutan prioritas yang benar. Kita belajar tauhid, belajar
quran, sebelum kemudian menelaah buku-buku buatan manusia yang isinya penuh
pemahaman yang keliru. Penting juga untuk memilih guru yang baik dan
mengelilingi diri dengan orang-orang yang berakal. Karena jika kita banyak
menghabiskan waktu dengan orang yang tidak pernah menggunakan akalnya, maka
kita juga –suka tidak suka- akan terpengaruh, dan mulai mengabaikan akal, serta
mengutamakan mengikuti hawa nafsu.
Muda
Maksiat
Masa muda adalah masa istimewa, saat itu manusia
diberikan kekuatan dan juga waktu luang. Maka banyak yang akhirnya tenggelam
dalam maksiat, tergerus oleh serangan fitnah zaman. Menulis ini, ketimbang
melihat keluar mengingatkan untuk melihat ke dalam. Barangkali sebenarnya kita
masih termasuk di dalamnya.
Bagaimana agar saat muda, tidak tenggelam dalam
maksiat? Yang pertama adalah meminta perlindungan dari Allah. Sesungguhnya
manusia itu lemah, tetapi Allah Maha Kuat. Anak muda diserbu dari segala arah,
membuat mayoritas memilih menyerah dan mengikuti arus saja. Kita sering merasa
setan itu godaannya kuat, padahal sebenarnya godaan setan itu lemah. Kita hanya
perlu meminta perlindungan dari Allah. Menjaga dzikir pagi dan petang, menjaga
shalat kita, sebagai benteng agar setan tidak bisa mendekat. Sekalipun
bisik-bisiknya akan selalu hadir, tapi ingatan kita kepada Allah akan membantu
kita memusnahkan was-was setan.
Selain berlindung kepada Allah, anak muda juga harus
memperhatikan waktu luangnya. Biasanya dari celah ini setan masuk. Penting
untuk menyibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat. Bukan cuma dengan
kegiatan yang berhubungan dengan agama, tapi juga kegiatan positif lain seperti
olahraga, atau mengasah skill di berbagai bidang yang diminati.
Adapun dakwah kepada para pemuda, kita harus mau untuk
dekat dengan mereka, menggunakan bahasa yang asik, dan yang terpenting, menjaga
agar tidak menghakimi terlebih dahulu. Kenalkan generasi muda dengan Al Quran,
maka kita akan temukan kelak mereka akan menjadi duta yang membawa perubahan-perubahan
baik untuk dunia. Allahua’lam bishowab.
Catatan
Hasil Diskusi
·
Keutamaan akal:
o Allah menyampaikan kalam-Nya kepada orang yang berakal, karena hanya
orang yang berakal yang dapat memahami kalam-Nya
o Akal manusia menjadi syarat taklif (kapan ia dibebani syariat)
o Allah mencela orang yang tidak menggunakan akalnya, bahkan lebih buruk
dari binatang ternak
o Dalam Quran terdapat banyak ajakan/pertanyaan untuk berpikir dan
menggunakan akal
o Allah memuji Ulul Albab
·
Meskipun akal memiliki keutamaan, namun
letak dalil tetap lebih tinggi dari akal. Defaultnya, sami’na wa atha’na.
·
Banyak mengingat kematian dan berkumpul
dengan orang shalih, agar masa muda tidak disibukkan dengan hal-hal yang tidak
bermanfaat apalagi dengan hal-hal yang berdosa
·
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda, “Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara : Waktu mudamu sebelum
datang waktu tuamu,
Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, Masa kayamu sebelum
datang masa kefakiranmu,
Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, Hidupmu sebelum datang kematianmu” [1]
Keterangan
[1] HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz
Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini
dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir
Purwokerto, 20 Desember 2020
Isabella Kirei
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya