Follow Me

Wednesday, April 14, 2021

Membaca di Aplikasi iPusnas

Bismillah.

Bismillah.

Aplikasi iPusnas didesain agar kita tidak bisa mengambil screenshoot, cara untuk menjaga terjaganya hak buku agar tidak disebarluaskan dengan cara yang salah.

Sejak itu, aku jadi memulai lagi mencatat kutipan di kertas. Memegang pena lagi, mengeja tiap kata dan menuliskan ulang. Setelah sebelumnya aku lebih nyaman menggunakan fasilitas SS dan kamera untuk meng-capture quotes dari buku bacaan.

***

Beberapa yang kusalin dari Novel Reem, karya Sinta Yudisia.

"Walaupun, bila membaca shirah Nabawiyah dan shirah Shahabiyah, seolah tidak mungkin manusia semacam itu pernah hidup memijak tanah.

Namun siapa yang dapat menjadi role model di saat manusia menghadapi masalah pelik?

Berkaca pada Khadijah dan Fatimah adalah menduplikasi ketahanan mental hingga mampu menghadapi kejadian paling ekstrem sama sekali pun.

Berguru pada Aisyah adalah bersikap teguh ketika isi dunia berpaling dan satu-satunya sandaran hanya Tuhan Pemilik Langit dan Bumi.
.
.
.
.
Jikalau Aisyah tidak percaya pada Allah memasangkan awal dan akhir, pangkal dan ujung, bagaimana mungkin beliau dapat mengatasi tuduhan-tuduhan keji?"

- Sinta Yudisia, dalam novel Reem

***

Sejak bertemu "konflik utama" di Reem. Tanpa sadar aku mempercepat ritme bacaku. Dan aku menemukan keindahan bagaimana belajar dari karakter di dalamnya. Saat diterpa ujian, dipojokkan oleh masalah, mereka kembali pada-Nya. Dan itu digambarkan dalam kata-kata yang bercerita.

Aku yang tadinya tidak begitu respect pada sosok Alya di awal buku Reem, tiba-tiba menjadi jatuh hati.

***

"Bila tidak ingin direndahkan penduduk Bumi, siapapun - termasuk *hidden to avoid spoiler* - maka berkelanalah di langit. Menghidupkan malam dengan shalat dan bacaan Quran.

Malam demi malam, Alya habiskan dalam munajat. Meletakkan dahi sejajar dengan tanah, menempelkan kepala di tempat sujud.

Ketika otak tidak mampu berpikir, biarkan Allah yang membantu memecahkan rumusnya."

- Sinta Yudisia, dalam novel Reem

***

Aku dibuat menyadari, bahwa terkadang cerita fiksi, karakter fiksi bisa memberikan contoh yang menggerakkan hati pembaca.

Maka itulah bahayanya cerita-cerita fiksi yang bisa menjadi contoh buruk, mengajarkan hal-hal yang keliru atau bahkan salah pada pembaca.

Aku bersyukur membaca Reem di bulan Ramadan ini. Aku seolah diingatkan lewat sosok Reem, tentang hal-hal yang aku lupakan. Semoga lesson learned-nya berbuah amal.

Aku belum selesai membaca Reem, dan aku berharap banyak membaca tentang palestina, sesuatu yang di awal banyak dibahas, tapi kemudian sempat menguap di tengah. Meski sebagian diriku ingin menegur, "Hei Bella.. Kalau mau serius baca tentang palestina, jangan cari cuma di satu buku fiksi!!"

Nanti.. Aku coba cari deh di iPusnas ^^

Terakhir, membacalah. Tengok buku-buku disekitarmu. Atau baca ebook, tapi hati-hati, jangan langgar hakcipta ya. Atau ke perpus, ah.. Aku rindu pergi ke perpustakaan. SRC, perpus di gazibu, perpus spendha purwokerto, perpus smansa purwokerto, juga perpus mini yang cuma berupa lemari kaca kecil di masjid ulba smansa.

Selamat menjalani bulan Ramadan. Semoga hari-harimu dinaungi keberkahan, diisi dengan kegiatan produktif, dihiasi dengan doa-doa yang terbang ke langit tinggi.~ Aamiin.

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya